NovelToon NovelToon
Koki Cantik Penyelamat Kaisar

Koki Cantik Penyelamat Kaisar

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Time Travel / Cinta Seiring Waktu / Masuk ke dalam novel / Mengubah Takdir / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Laila ANT

Han Qiu, seorang penggemar berat street food, tewas akibat keracunan dan bertransmigrasi ke dalam tubuh Xiao Lu, pelayan dapur di era Dinasti Song. Ia terkejut mendapati Dapur Kekaisaran dikuasai oleh Chef Gao yang tiran, yang memaksakan filosofi 'kemurnian'—makanan hambar dan steril yang membuat Kaisar muda menderita anoreksia. Bertekad bertahan hidup dan memicu perubahan, Han Qiu diam-diam memasak hidangan jalanan seperti nasi goreng dan sate. Ia membentuk aliansi dengan Kasim Li dan koki tua Zhang, memulai revolusi rasa dari bawah tanah. Konfliknya dengan Chef Gao memuncak dalam tuduhan keracunan dan duel kuliner akbar, di mana Han Qiu tidak hanya memenangkan hati Kaisar tetapi juga mengungkap kejahatan Gao. Setelah berhasil merestorasi cita rasa di istana, ia kembali ke dunia modern dengan misi baru: memperjuangkan street food yang lezat sekaligus higienis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laila ANT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Misi Rahasia

Han Qiu menghela napas, menatap guci bumbu dan tumpukan sate dengan pandangan jauh.

"Persis," katanya, suaranya lebih pelan dari bisikan.

"Tidak ada jejak, tidak ada aroma. Tapi yang lebih penting dari itu, Li, adalah bagaimana kita memastikan Kaisar mau menerimanya tanpa penolakan. Ini bukan sekadar menyelundupkan makanan, ini diplomasi rasa."

Li menggosok-gosok wajahnya yang masih legam oleh jelaga.

"Diplomasi apanya, Xiao Lu? Kita ini pelayan. Kalau ketahuan menyajikan makanan di luar menu resmi, kepala kita bisa menggelinding seperti bakso di meja istana. Gao tidak akan segan-segan."

"Aku tahu," jawab Han Qiu, menatap Li dengan mata serius.

"Tapi kita sudah sampai sejauh ini. Kita sudah menaklukkan api, asap, dan bahkan bau busuk. Masa kita menyerah di tahap akhir?"

"Lalu bagaimana?" tanya Li, gesturnya menunjukkan keputusasaan.

"Kau mau kita menyelinap ke kamar Kaisar dengan nampan sate ini sambil menyanyikan lagu rakyat? Dia akan mengira kita gila, atau lebih parah, utusan dari Gao untuk meracuninya."

"Tidak," Han Qiu menggeleng.

"Kita tidak bisa langsung menyajikan. Kita harus menanam benih dulu. Mengajukan tawaran, dengan cara yang tidak bisa ditolak, tetapi juga tidak mencurigakan."

"Tawaran apa?"

"Sebuah surat," bisik Han Qiu.

"Surat rahasia. Singkat, padat, tetapi menggugah rasa ingin tahu Kaisar."

Li terdiam sejenak, memproses ide itu.

"Surat? Kepada Kaisar? Kau tahu berapa banyak penjaga yang akan menyaring setiap lembar kertas yang masuk ke kamarnya? Bahkan laporan cuaca saja harus disetujui tujuh menteri sebelum sampai ke tangannya."

"Bukan surat resmi," Han Qiu menjelaskan.

"Surat yang diselipkan. Kau kan sering mengantar teh dan camilan ringan ke kamarnya, kan? Pasti ada momen di mana kau bisa menyelipkan sesuatu."

"Itu sangat berisiko, Xiao Lu," Li menegaskan.

"Kalau aku ketahuan, aku akan dicambuk sampai mati."

"Aku tahu risikonya, Li," Han Qiu balas menatapnya.

"Tapi pikirkan, Kaisar kita sedang sekarat. Dia tidak makan. Dia hidup dalam ketakutan dan kehampaan. Apa lagi yang bisa ia hilangkan selain hidupnya? Jika kita tidak bertindak, ia akan mati perlahan. Dan Gao akan terus berkuasa dengan makanannya yang hambar dan steril itu."

Han Qiu mengambil sepotong kecil kertas yang biasa digunakan untuk mencatat persediaan di dapur—kertas kasar dan tidak mencolok. Ia mengambil sebatang arang kecil dari tumpukan dan mulai menulis. Tangannya berhati-hati, kata-katanya dipilih dengan cermat.

"Apa yang akan kau tulis?" Li bertanya, mendekat dan mengintip dari bahu Han Qiu.

"Sesuatu yang jujur," kata Han Qiu,

"sesuatu yang menyentuh hatinya, bukan sekadar menjanjikan kenikmatan. Kaisar sudah muak dengan janji-janji palsu dan kemewahan hampa."

Ia menulis, lalu merenung, menghapus beberapa kata dengan ujung jarinya yang kotor oleh arang, lalu menulis lagi.

Untuk Yang Mulia Kaisar,

Hamba yang rendah ini telah menyiapkan hidangan. Bukan dengan emas atau permata, bukan pula dengan bumbu langka dari negeri jauh. Hidangan ini dibuat dengan hati yang jujur, dengan api yang menyala, dan dengan harapan bahwa Yang Mulia akan menemukan kembali kehangatan yang telah lama hilang. Ia tidak mewah, tetapi ia otentik. Jika Yang Mulia bersedia, hamba akan menyajikannya besok malam, saat bintang-bintang paling terang.

Seorang pelayan yang merindukan senyum Yang Mulia.

Han Qiu menunjukkan surat itu pada Li.

"Ini… ini lebih seperti puisi daripada surat," kata Li, alisnya berkerut.

"Apakah Kaisar akan mengerti?"

"Dia akan mengerti," Han Qiu meyakinkan.

"Dia sudah mencicipi bubur kita. Dia tahu ada sesuatu yang berbeda. Kata 'hati yang jujur' dan 'kehangatan' akan mengingatkannya pada itu. Dan 'api yang menyala'… itu adalah metafora untuk gairah, bukan hanya api fisik."

"Tapi bagaimana aku memberikannya padanya? Dan bagaimana dia membalasnya?" Li masih ragu.

"Aku tidak bisa hanya menunggu dia menulis surat balasan. Itu terlalu berbahaya."

"Kau harus menyelinapkannya," Han Qiu berpikir cepat.

"Kau tahu sapu tangan istana, kan? Yang sering ia pakai, yang dibordir inisialnya?"

Li mengangguk.

"Tentu. Ada di mana-mana. Kenapa?"

"Kalau dia setuju, minta dia melipat sapu tangannya dengan cara tertentu," Han Qiu menjelaskan.

"Misalnya, lipat menjadi tiga jika setuju. Jika tidak, biarkan saja tergeletak biasa. Dan tempatkan di… di bawah bantalnya. Kau bisa melihatnya saat merapikan tempat tidur besok pagi."

Li menelan ludah.

"Di bawah bantal? Itu terlalu dekat. Bagaimana kalau ada orang lain yang melihatnya?"

"Kau yang paling sering di kamarnya, Li," Han Qiu berkata tegas. "Kau yang paling tidak mencurigakan. Ini satu-satunya cara. Kau harus melakukannya saat tidak ada orang lain di dekatnya, atau saat ia terlalu sibuk membaca laporan. Ini harus terlihat seperti kebetulan."

*

Keesokan harinya, sepanjang siang, Li merasa seperti berjalan di atas pecahan kaca. Setiap langkahnya terasa berat, setiap tatapannya terasa penuh tuduhan. Kertas kecil yang dilipat rapi itu tersembunyi di dalam lengan bajunya, menekan kulitnya seperti sebuah kutukan.

Sore harinya, tiba gilirannya untuk mengantar teh sore kepada Kaisar. Jantungnya berdebar kencang saat ia melangkah masuk ke kamar megah itu. Kaisar Zhao Xian duduk di meja kerjanya, menatap tumpukan gulungan laporan yang seolah tak ada habisnya. Wajahnya yang pucat dan kurus tampak lebih cekung dari biasanya. Udara di ruangan itu dingin dan hampa, seperti makanan yang disajikan Gao.

"Yang Mulia," Li membungkuk dalam, meletakkan teh melati dan beberapa kue beras hambar di meja.

Kaisar hanya mengangguk tanpa menoleh.

"Kau boleh pergi, Li. Aku ingin sendirian."

Kesempatan Li seolah tertutup. Ia merasa putus asa. Namun, saat ia berbalik, sebuah gulungan laporan jatuh dari tumpukan di meja Kaisar.

Srak!

Itu adalah momen yang sempurna.

"Maaf, Yang Mulia!" Li segera berlutut, berpura-pura mengambil gulungan itu. Saat tangannya menyentuh gulungan, dengan gerakan secepat kilat, ia menyelipkan surat kecil Han Qiu ke bawah tumpukan laporan di meja, tepat di bawah lengan Kaisar yang sedang menulis. Lalu ia berdiri, membungkuk lagi, dan bergegas keluar.

Napasnya terasa tercekat saat ia berjalan menjauh. Ia telah melakukannya. Sekarang, tinggal menunggu.

*

Beberapa jam kemudian, setelah semua kasim dan pelayan pergi, Kaisar Zhao Xian masih duduk di meja kerjanya. Lelah, ia menyandarkan kepalanya di tumpukan gulungan. Tangannya yang kurus meraba-raba meja, mencari sebuah pena. Jarinya menyentuh sesuatu yang aneh—selembar kertas kecil yang tersembunyi.

Dia mengerutkan kening. Mengapa ada kertas ini di sini? Bukan laporan, bukan catatan. Dengan hati-hati, dia menariknya keluar. Aroma samar arang dan… sesuatu yang hangat, sedikit manis, tercium dari kertas itu. Dia membukanya.

Matanya yang lesu perlahan membaca setiap kata. Hati yang jujur… api yang menyala… kehangatan yang telah lama hilang…

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!