Tragedi Bachelor Party

"Loli tolong bilang ke aku kalo apa yang Sania katakan itu bohong" Wajah pria tampan itu terlihat penuh harap. Ia begitu kalut saat mendengar berita dari Sania bahwa Loli akan segera menikah. Padahal ia begitu bahagia menyambut liburan dengan harapan bisa bertemu Loli, gadis cantik yang selalu ceria dan penuh semangat yang sudah ia taksir sejak gadis itu duduk di kelas 1 SMA sementara saat itu dirinya sudah duduk di kelas 3. Ia begitu berharap Sania hanya mengerjainya meski saat ia datang ke sini dia bisa melihat kesibukan di rumah Loli.

"Ya-yang dikatakan Sania benar kak, aku mau menikah besok" ucap Loli terbata. Ia merasa bersalah, pertama kali melihat Zayn datang Loli dilanda kegundahan.

"Kenapa Loli? bukan nya kamu uda janji untuk menikah dengan ku? 2 tahun lagi aku berencana datang melamar kamu Loli. Apa itu terlalu lama bagimu? kalau iya aku bersedia menikahi kamu sekarang. Batalkan pernikahan kamu aku mohon" Zayn tak bisa menutupi keresahan hatinya. Tubuh nya terasa lemas seketika. 1 tahun lagi ia akan lulus dan 1 tahun setelah kelulusan nya akan ia gunakan untuk belajar menjalankan perusahaan papanya dan setelah itu ia akan mempersunting Loli, tak apa meski Loli masih kuliah karena ia ingin segera memiliki gadis itu. Namun sekarang? semua mimpinya hancur begitu saja.

"Ma-maaf kak"

"Kenapa jadi begini Loli? kamu bilang nggak mau pacaran karena itu kakak meminta kamu buat nunggu sampai kakak siap melamar kamu. Tapi kenapa sekarang malah seperti ini akhirnya" Loli iba namun ia juga tak bisa berbuat apa-apa.

"Kakak tau kan kalo kita ini hanya berperan sebagai perencana sementara Tuhan yang menentukan semuanya? aku cuma bisa minta maaf karena nggak bisa memenuhi janji aku ke kakak. Aku doain semoga kakak mendapatkan pendamping yang jauh lebih baik"

"Tapi hanya kamu gadis yang terbaik di mata aku Loli" ucap Zayn tak terima dengan ucapan klise Loli yang hanya bertujuan untuk menghiburnya.

"Tapi menurut Tuhan aku bukan yang terbaik karena itu aku dijauhkan dari kakak. perkara jodoh adalah hak mutlak Yang Maha Kuasa kak. Sekuat apapun kita berupaya jika memang kata Tuhan tidak maka hasil akhirnya tetap tidak" Yah kini sia-sia sudah.

"Kamu akan bahagia?" begitu sulit namun tak ada pilihan lain, satu-satunya yang bisa Zayn lakukan adalah mencoba mengikhlaskan.

"Iya aku akan bahagia" Loli mencoba tersenyum untuk menenangkan Zayn.

"Apa pria itu baik?"

"Calon suamiku pria yang baik dan bertanggung jawab. Kakak nggak usah khawatir?" Hati Zayn terasa ditusuk kuat. Ia terluka dan merasa begitu kesakitan mendengar pujian Loli pada pria yang akan menempati posisi di mana seharusnya ia berada.

"Kalian saling mencintai?" Loli awalnya tak bisa menjawab, namun demi meyakinkan Zayn gadis itu mengangguk meski terlihat ragu.

"Baiklah, semoga kamu bahagia bersama nya Loli" Loli meremas dadanya yang terasa ngilu saat melihat mata Zayn basah. Pria itu meneteskan air matanya.

"Kakak akan datang?" Mungkin pertanyaan itu begitu bodoh, Loli sadar tak seharusnya ia mengatakan hal itu.

"Entahlah, aku tak sekuat itu Loli" Bisik pria itu dengan suara bergetar. Loli mengangguk maklum.

Zayn menghela nafas berat, pria itu menghapus air matanya yang sempat mengalir sungguh hatinya terasa disayat hingga ia tak bisa menahan laju air matanya. Zayn bahkan merasa tak peduli jika Loli ingin mengoloknya sebagai pria yang payah karena menangis. Hatinya patah dengan sangat parah.

"Boleh kakak memelukmu? untuk pertama dan terakhir kalinya?" Tanya Zayn penuh harap.

"Mungkin itu satu-satunya kenangan yang bisa kakak simpan dari kisah kita yang harus usai sebelum dimulai. Setidaknya kakak memilikinya sebagai penguat hati kakak yang sedang hancur" ucapan mengiba Zayn membuat Loli tak sampai hati untuk menolak. Meski dengan ragu namun gadis itu menganggukkan kepalanya.

Zayn tersenyum dengan binar bahagia. Ia segera memeluk Loli dengan begitu erat, menciumi aroma tubuh Loli dan menyesap sebanyak-banyaknya seolah ia ingin menyimpan wangi tubuh Loli dalam ingatan nya. Loli merasakan tubuh pria itu bergetar, Zayn menangis lagi.

"Kakak sangat mencintaimu Loli, menghapus semua impian tentang mu akan terasa begitu berat" Ucap Zayn yang lebih seperti sebuah keluhan.

Loli mengusap punggung Zayn untuk menenangkan pria itu.

"Ada gadis lain yang akan menggantikan impian kakak dengan lebih indah. Percayalah kak, jangan bersedih" Bisik Loli lembut.

Ah bagaimana bisa Zayn melepaskan gadis sehalus Loli. Ini benar-benar tak akan mudah.

"Tolong lepaskan calon istriku. Kamu sudah terlalu lama memeluknya" Suara berat dan tegas itu membuat tubuh Loli bergidik. Ia dengan cepat melepaskan diri dari rengkuhan Zayn.

Wajah Loli memucat saat melihat keberadaan Marcell yang menatap tajam padanya. Marcell terlihat menahan amarah.

"K-kak Marcell" lirih gadis itu. Sementara Zayn tampak santai.

"Jadi kamu calon suaminya?"

"Yah, jadi sudah seharusnya kamu menjaga sikap. Rasanya tidak pantas menyentuh seorang wanita yang akan segera menikah" Nada bicara Marcell begitu dingin, ini kedua kalinya Loli melihat Marcell semarah ini.

"Baiklah aku minta maaf untuk hal itu. Aku tidak bermaksud apa-apa. Hanya sebagai salam perpisahan, aku titip Loli padamu. Tolong jaga dia dan jangan pernah menyakiti nya. Karena ada pria lain yang tak akan berfikir dua kali untuk merebut nya dari mu jika kamu tak bisa memberi kebahagiaan untuk nya" Ucapan Zayn begitu tegas namun Marcell sedikitpun tak merubah raut wajahnya. Ia tak akan pernah goyah pada ancaman seorang bocah.

"Aku pastikan itu tak pernah terjadi" ucap Marcell tak kalah tegas.

"Baiklah, aku tenang mendengarnya." Zayn menoleh pada Loli yang sejak tadi tak membuka suara sedikitpun.

"Loli kakak pulang. Jaga diri baik-baik, sampai detik ini kakak masih menyayangi dan mencintai kamu. Jika kamu tak mendapatkan kenyamanan kamu tau ke mana harus pergi, kakak akan selalu ada untuk kamu" Zayn berlalu dari hadapan Marcell yang kini mengepalkan tangan nya dengan begitu erat. Ia begitu ingin menghajar Zayn, amarah nya begitu memuncak namun Marcell berusaha menahan diri agar tak membuat keributan. ia tak mau membuat Loli ketakutan.

"Kamu uda makan?" Marcell tetap perhatian namun Loli dapat merasakan nada suara pria itu tak selembut biasanya.

"Su-sudah" Jawabnya terbata.

"Keadaan kamu gimana? mual nggak pagi ini?" Loli menggeleng.

"Ayo kakak antar ke kamar. Kamu harus banyak istirahat untuk menabung tenaga. Besok pasti akan sangat melelahkan" Loli tak suka mendengar nada bicara Marcell yang datar, Ia merasa takut.

🍁🍁🍁