NovelToon NovelToon
Menikahi Bintang Film Dewasa

Menikahi Bintang Film Dewasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Dark Romance / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / CEO Amnesia
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Vanilla Ice Creamm

Laura Rivas 22 tahun, seorang bintang film dewasa Spanyol dengan nama panggung Karen Monroe di L.A., diasingkan ke Portugal oleh calon kakak iparnya, Diego Torres, setelah skandalnya menjadi "gadis penghibur" Kartel Meksiko menghancurkan reputasi sosial kakaknya, Julia Rivas, dan membatalkan pernikahan Julia.

Asisten utama Diego, Pablo Reyes (32), ditugaskan mengurus Laura di pengasingan, namun Laura yang selalu bermasalah terus melanggar protokol keamanan. Untuk mengatasi kekacauan ini, Diego menyetujui keputusan drastis Pablo untuk menikahi Laura Rivas.

Pernikahan ini, yang mencakup perjanjian pra-nikah dengan klausul properti dan kewajiban kegiatan ranjang, bertujuan memberikan Laura status, perlindungan, dan memindahkan seluruh tanggung jawab pengawasannya ke tangan Pablo.

Awalnya hubungan intim sebagai tugas untuk pengamanan Laura agar tak liar, namun Pablo kecanduan pada kemahiran Laura di ranjang, mengubah "tugas" menjadi candu bak kokain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanilla Ice Creamm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Kabar Duka

Laura merasakan perubahan intensitas itu. Pablo memang berkata itu kewajiban, tetapi cara pria itu menuntut, cara ia menikmati setiap gerakan halus yang Laura berikan, tidak mencerminkan kebosanan. Laura tahu bahwa keahliannya, yang dulu ia jual, kini menjadi satu-satunya kekuatan kecil yang ia miliki untuk mengikat Pengawasnya, suami kontraknya.

Laura telah mengambil kendali fisik, memanfaatkan keahliannya untuk memicu reaksi yang tulus dari Pablo.

Laura kini berada di atas Pablo, menggerakkan tubuhnya dengan ritme yang memabukkan, sepenuhnya memanfaatkan keahliannya..

Pablo memejamkan mata, tangannya yang kuat mencengkeram pinggang Laura, memandu dan menstabilkan. Suara yang keluar dari tenggorokannya bukan lagi perintah dingin, melainkan geraman yang dalam, nyaris tak tertahankan.

"Lebih cepat... Ya. Ini nikmat sekali, Laura."

Laura tersenyum kecil di tengah napasnya yang terengah. Ia tahu ia telah memenangkan pertempuran kecil dengan Pablo yang dingin.

Laura sedikit mengubah ritmenya, menguji batas respons Pablo.

"Bagaimana jika begini?"

Pablo menarik napas tajam, seluruh kendali dirinya lenyap di tengah sensasi itu. Kata-kata yang keluar darinya adalah pengakuan murni atas hasrat yang selama ini ia sangkal.

"Ini juga sama nikmatnya... Teruslah. Jangan berhenti."

Laura melanjutkan, mengklaim momen itu. Untuk pertama kalinya, ia merasa memiliki kekuatan yang nyata di dalam hubungan yang dikendalikan oleh kontrak tersebut.

Cengkeraman Laura di bahu Pablo menguat, kukunya menancap kuat hingga menciptakan goresan samar di kulit suaminya. Pandangannya mengabur, suara napasnya memburu.

"Aku hampir sampai, Pablo."

Pablo merespons dengan mengangkat pinggulnya. "Tahan sebentar, aku akan menyelesaikan klimaksku"

Suara erangan yang keluar dari tenggorokannya semakin dalam, mencerminkan bahwa ia sendiri kini terdorong melampaui batas kendali yang ia tetapkan. Ia mengambil alih ritme, mengunci Laura di tempatnya, menuntaskan hasratnya dengan dominasi yang luar biasa dominasi yang kini diwarnai dengan intensitas yang jujur, bukan lagi sekadar kewajiban.

Klimaks yang datang terasa eksplosif dan panjang. Tubuh Laura melengkung dalam pelepasan, dan Pablo menyalurkan hasratnya yang selama ini tertahan, melepaskan ketegangan yang menumpuk bukan hanya dari fisik, tetapi juga dari kontradiksi antara tugas dan keinginannya.

Keheningan kembali menyelimuti kamar. Kali ini, keheningan itu sedikit lebih hangat. Pablo tidak langsung bangkit dan kembali ke suite-nya seperti biasanya.

Ia menggulingkan tubuhnya ke samping, menarik Laura yang terengah-engah dan lemas ke pelukannya. Laura terkejut, kebiasaan selalu meminta mereka berpisah segera setelah selesai. Ia merasakan panasnya kulit Pablo dan kelembaban di antara mereka.

Pablo membenamkan wajahnya di rambut Laura, napasnya berat.

"Jangan bergerak."

Perintahnya yang terakhir malam itu adalah sebuah kelemahan yang ia sembunyikan dengan dominasi dingin. Ia telah melanggar aturan tak tertulisnya sendiri, tidak kembali ke 'perbatasan', memilih untuk tetap berada di kamar Laura. Di luar kontrak, Pablo butuh kehangatan untuk meredam pelepasan kendalinya yang baru saja terjadi.

Laura memejamkan mata, membiarkan dirinya ditahan. Ia tahu ini tidak berarti cinta, tetapi di tengah semua ancaman dan kontrol, sentuhan pasca klimaks ini terasa seperti persetujuan dan pengakuan yang paling nyata.

Di kamar Laura, untuk pertama kalinya, mereka tidur bersama.

Kamar Laura. Pagi hari, cahaya lembut mulai menyusup melalui celah tirai. Laura terbangun dalam pelukan Pablo, hal yang tidak pernah ia duga akan terjadi. Ia merasakan lengan kuat Pablo melingkari pinggangnya, dan napasnya yang tenang di tengkuknya.

Keheningan yang damai itu tiba-tiba terkoyak oleh suara beep keras dan mendesak dari smartphone keamanan Pablo yang diletakkan di meja samping tempat tidur. Suara itu begitu nyaring, menunjukkan tingkat urgensi yang tinggi.

Pablo segera terbangun, kendali diri yang terprogram membuatnya langsung siaga. Ia melepaskan Laura, meraih ponselnya. Matanya yang baru terbuka langsung membaca pesan yang terpampang di layar.

Wajah Pablo yang tadi tampak santai karena tidur, seketika menegang dan menjadi dingin.

"Bangun, Laura."

"Ada apa, Pablo?"

Pablo menatap Laura, memproses informasi yang baru ia terima.

"Telepon dari Girasol Estate. Mereka mengirim pesan darurat dari rumah sakit Ibumu, Carmen Rivas... dia kritis. Julia sudah berada di sana. Diego mengabarkannya baru saja."

Laura tidak perlu mendengar kata-kata lain. Nama ibunya dan kata 'kritis' sudah cukup. Rasa kantuk, keintiman semalam, dan semua kepatuhan yang ia bangun seketika lenyap, digantikan oleh kepanikan yang luar biasa.

Air mata langsung membanjiri matanya.

"Ibu... oh tidak! Aku harus ke sana, Pablo! Sekarang!"

****

Area pemakaman di pinggiran Madrid, di bawah langit kelabu yang seolah ikut berduka. Bau tanah basah dan bunga-bunga lily mendominasi udara. Carmen Rivas telah meninggal dunia dan kini akan dimakamkan.

Laura berdiri di tepi liang lahat, tubuhnya bergetar tak terkendali. Di satu sisi, Julia memeluknya erat, wajah Julia juga basah oleh air mata, perutnya yang membuncit sedikit menghalangi geraknya. Di sisi lain Laura, berdiri Armand, kakak mereka yang baru tiba dari Valencia. Ekspresi Armand terlihat kosong dan pucat, menatap gundukan tanah di hadapan mereka.

Ketiga bersaudara itu; Laura si 'pendosa' yang kini berbalut kemewahan, Julia si 'istri sempurna' yang berduka, dan Armand si 'anak hilang' dipersatukan oleh kehilangan terbesar mereka.

Di belakang mereka, berdiri Diego Torres, merangkul Julia dengan satu tangan. Di samping Diego, Pablo berdiri kaku seperti patung, Ia mengamati Laura, yang kini benar-benar.. Isakan Laura nyaris tak terdengar, tetapi air mata yang jatuh membasahi pipinya terasa seperti hujan deras.

Ketika peti mati Carmen diturunkan, Julia meremas tangan Laura. Armand menaburkan segenggam tanah terakhir dengan tangan yang gemetar.

"Ibu..." Bisikan itu hanyalah desahan, seruan perpisahan terakhir yang ditelan oleh angin dingin.

.

.

Ruang tamu di rumah Laura dan Pablo, malam hari setelah pemakaman. Suasananya gelap, hanya diterangi oleh lampu redup. Laura baru saja berganti pakaian, mengenakan robe beludru hitam yang terasa berat. Ia berjalan menuju kabinet minuman keras Pablo.

Laura mengambil sebotol Cognac tua yang mahal minuman yang biasanya Pablo minum di malam hari dan menuangkannya ke dalam gelas kristal dengan tangan yang nyaris tidak gemetar. Ini adalah kebiasaan yang sudah lama ia tinggalkan, bagian dari citra 'bersih' yang ia bangun.

Pablo, yang sejak tadi mengamati Laura dari ambang pintu, kini berjalan masuk.

Laura mengangkat gelasnya, menatap cairan emas di dalamnya, suaranya terdengar datar dan hampa, seolah semua emosinya telah terkuras habis di pemakaman.

"Aku sudah jarang minum dan merokok, tolong untuk kali ini. Aku ingin, Pablo." ucapnya penuh permohonan pada Pablo yang menatapnya.

Pablo menghentikan langkahnya, menatap dingin pada Laura dan gelas di tangannya. Ia mengerti bahwa ini adalah reaksi yang dibutuhkan oleh Laura untuk menghindari kehancuran total.

1
Vanilla Ice Creamm
Hai semua... aku up setiap hari ya, minta tolong klik Like dan ulasannya ya... boleh banget lho kritik, saran dan komentarnya, agar author makin semangat menulisnya.
Vanilla Ice Creamm
Hai semua... minta dukunganan like & koment utk saran ya readers.
dan... akhirnya /hr 5 bab selama 4 hari done!
Yolanda
langsung baca
Park Nana
suka sama karakter cewe2 rebel ini....
Park Nana
dari judulnya, ibarat makanan itu.. "menggugah selera" lebih ke kategori romance yg dikemas dg cerita yang ada tujuannya, bkn soal hubungan fisik semata.
dari karakter Laura, Laura ini blak-blakan dan grusa grusu ya... cocok sm karakter Pablo yg disiplin spy lbh terarah.
Vanilla Ice Creamm: hai terima kasih sdh mampir
total 1 replies
Bengkoang Studio
Anjay, dah pada mateng usianya 😌
Sweet Moon |ig:@sweet.moon2025
salfok Julia uda hamil gede disini 🤗
Vanilla Ice Creamm: eh iya dong, di GN kan ada perjanjian sm diego utk hamil.. sdikit mengambil rulenya Christiano Ronaldo & Georgina Rodriguez
total 1 replies
Enjel
Selamat atas karya pertama author kesayanganku yang pindah kemari.. jangan ragu utk baca karya kak vanilla
Vanilla Ice Creamm: terima kasih ud mampir ya, kak
total 1 replies
Enjel
wah laura... laura... emang perlu banget sih ya laki-laki itu diminta ketegasannya dari awal... jgn ksh kendor💪
VIC
penasaran deh
VIC
good job, mi vida
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!