Tidak selamanya jodoh itu datang sendiri, terkadang datang satu paket dengan anaknya.
Di usinya yang sudah matang, Arjuna belum juga menemukan tambatan hatinya. Padahal Arjuna dikenal sebagai seorang playboy di masa remajanya dulu.
Namun siapa sangka, takdir malah mempertemukannya kembali dengan sang mantan kekasih yang kini telah berstatus sebagai janda beranak satu.
Akankah mereka bersatu kembali dan hidup bahagia untuk selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menolak Lamaran
"Akhir tahun nanti, kita mau mendaki gunung lagi, kalian mau ikut?"
Ajak Arjuna pada Rinjani dan Maya ketika mereka sudah sampai di basecamp dan bersiap untuk pulang kerumah masing-masing.
"Ayoo aja..siapa takut!"
Jawab Rinjani antusias. Sedangkan Maya hanya bisa bergidik ngeri, wanita itu mengedikkan bahunya sembari membayangkan betapa sulitnya jalur pendakian di gunung yang akan mereka lewati nanti.
"Kami pulang duluan ya, terima kasih atas bantuannya selama di pendakian. Maaf kita terlalu banyak merepotkan kalian"
Pamit Rinjani kepada teman satu tim pendakiannya.
Sedangkan Maya masih terlihat lesu dan tak banyak bicara seperti biasanya. Sekujur tubuhnya terasa sakit, sepertinya ini akan menjadi pendakian gunung yang pertama sekaligus yang terakhir dalam hidup wanita 23 tahun itu.
"Apa kalian mau aku antar pulang?"
Arjuna menawarkan diri untuk mengantar pulang kedua wanita itu.
"Gak usah, kita pulang sendiri aja. Kita bawa kendaraan sendiri kok"
Jawab Rinjani diiringi dengan senyuman.
"Ah sial! Kenapa aku tidak menyuruh Maya naik kendaraan umum saja saat berangkat kesini? Jadi aku bisa antar Rinjani pulang kan!"
Gumam Arjuna di dalam hatinya, hilang sudah kesempatannya untuk menghabiskan waktu lebih lama dengan Rinjani.
Usai berpamitan sekedarnya, Rinjani dan Maya berlalu meninggalkan Arjuna dan kawan-kawannya yang lain.
Arjuna terus menatap sosok Rinjani yang berjalan semakin jauh meninggalkannya, namun terasa semakin dekat dengan hatinya.
***
***
Beberapa hari kemudian...
Rinjani menghentikan motornya di halaman rumah. Namun ada yang berbeda, sore itu suasana rumahnya terlihat lebih ramai dari biasanya.
"Sepertinya sedang ada tamu."
Tebak Rinjani saat melihat ada mobil yang terparkir di halaman rumahnya.
Seusai jam kerjanya berakhir, Rinjani langsung tancap gas menuju rumah.
Tak dihiraukannya ajakan Mila dan Maya untuk sekedar jajan bakso terlebih dahulu sebelum pulang kerumah.
Rinjani ingin segera pulang kerumah agar bisa segera bertemu dengan Alena. Seharian tidak bertemu dengan bayi menggemaskan itu, memunculkan kerinduan yang begitu mendalam dihati ibu satu anak itu.
"Rinjani.. akhirnya kamu pulang juga nak."
Ucap bu Dewi setengah berbisik dari pintu samping rumahnya.
"Iya bu, Alena mana bu?"
Tanya Rinjani sembari berjalan menuju pintu utama.
"Eh tunggu-tunggu! Jangan masuk lewat pintu depan Rin, sini lewat pintu samping saja"
Ucap bu Dewi lagi, Rinjani pun menurut saja dengan permintaan ibunya yang random itu.
"Lagi ada tamu ya bu?"
Tanya Rinjani seusai mencium punggung tangan sang ibu.
"Iya, ada tamu penting. Sana kamu mandi dulu ya dan jangan lupa dandan yang cantik. Setelah itu temui tamu kita dan bersikaplah dengan baik!"
Titah bu Dewi.
"Males ah bu, aku cape. Alena mana? Aku mau main sama dia aja"
Rinjani sangat malas jika harus menemui tamu itu. Dipikirannya sekarang hanya ada putri kecilnya saja.
"Ish! Jangan membantah ibu! sana mandi dulu!"
Perintah bu Dewi memaksa.
"Emang siapa sih tamu penting itu? Gak tau apa kalau orang lagi capek baru pulang kerja. Malah di suruh menemui tamu juga!"
Gerutu Rinjani setelah bu Dewi pergi.
Dengan terpaksa Rinjani pun menuruti perintah bu Dewi walau dengan wajah yang ditekuk. Percuma membantah juga, dia tidak akan pernah menang jika harus berdebat dengan ibunya sendiri.
***
Sekitar 30 menit lamanya, Rinjani baru selesai dengan aktifitasnya membersihkan dirinya.
sedari tadi bu Dewi sudah memanggil namanya berkali-kali.
"Rin, cepetan! Jangan lupa dandan yang cantik ya"
Titah bu Dewi pada Rinjani.
"Iya bu sebentar lagi"
Sahut Rinjani yang sedang bersolek di depan meja riasnya.
Rinjani memakai dress terusan warna cream, Rinjani juga merias wajahnya tipis-tipis sesuai dengan titah sang Ibu.
Sedangkan rambut panjangnya yang sedikit basah sengaja ia biarkan tergerai begitu saja, namun hal itu justru membuatnya terlihat seperti seorang gadis remaja saja. Orang yang tidak mengenalnya dengan baik tidak akan menyangka kalau Rinjani adalah janda beranak satu.
"Masya Allah... cantiknya"
Puji seorang wanita paruh baya ketika melihat Rinjani datang, wanita itu tengah asik menggendong Alena yang nampak anteng dalam dekapannya.
Rinjani mengedarkan pandangannya mengitari seisi ruang tamu yang cukup luas itu.
Seorang pemuda dengan jenggot tipisnya, tersenyum ke arah Rinjani.
"Mas Yanto?"
Rinjani mengernyitkan dahinya saat mengetahui siapa orang yang menjadi tamu mereka.
Yanto adalah duda tanpa anak yang nasibnya hampir sama dengan Rinjani, sama-sama dikhianati pasangan mereka masing-masing.
"Ada apa ini bu?"
Tanya Rinjani heran sembari menatap ke arah bu Dewi.
"Sini duduk dulu, nak Rinjani?"
Ajak wanita paruh baya yang tak lain adalah ibunya Yanto.
Kali ini dia sudah pindah posisi duduk di sofa yang cukup panjang. Tangannya menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya, seolah memberi kode agar Rinjani duduk di tempat itu.
Rinjani melangkah gontai sembari tersenyum datar. Ia mendaratkan tubuhnya yang sebenarnya sangat lelah tepat di sebelah Ibunya Yanto.
"Begini nak Rinjani, maksud kedatangan kami kesini sebenarnya memiliki niat yang baik"
Ucap pak Umar kepala desa yang rambutnya sudah hampir memutih semua itu. Pria itu adalah ayahnya Yanto.
"Maksudnya? niat baik apa ya pak Kades?"
Tanya Rinjani penasaran.
"Maksud kedatangan kami kesini untuk melamar nak Rinjani agar menjadi istrinya Yanto"
Ujar pak Umar mengutarakan maksudnya.
Rinjani menatap datar ke arah lawan bicaranya itu, batinnya sudah bisa menerka sebelumnya. Karna ini adalah lamaran kesekian kali yang datang kepadanya setelah Rinjani resmi menjadi seorang janda.
"Tapi. aku bel.."
"Wah terimakasih pak Kades, kami sangat tersanjung dengan maksud dan tujuan kedatangan kalian"
Belum juga Rinjani menyelesaikan ucapannya, wanita yang sudah melahirkan Rinjani ke dunia itu memotong perkataan sang putri.
Rinjani memandang gusar ke arah ibunya.
"Jadi nak Yanto, menyukai Rinjani?"
Tanya bu Dewi dengan lembut.
"Iya bu, sejak kami masih sekolah dulu saya sudah menyukai Rinjani. Tapi saya tidak punya keberanian untuk mengungkapkannya"
Jawab Yanto lugas.
"Tapi maaf sebelumnya pak kades, bu kades, mas Yanto juga. Saat ini aku belum punya niat untuk menikah lagi!"
Ucap Rinjani lantang, Ia tak ingin memberi harapan palsu pada Yanto dan berharap semua drama di hadapannya akan segera berakhir.
Rinjani mengambil Alena yang ada dalam gendongan bu kades dan berlalu pergi menuju kamarnya.
"Rin, Rinjani! Tunggu!"
Bu Dewi tak menyangka anaknya akan bertingkah seperti itu.
Begitupun dengan Yanto dan kedua orang tuanya.
Karna selama ini Rinjani dikenal ramah oleh semua orang. Tidak pernah berbicara tanpa sopan-santun seperti tadi.
Tanpa basa-basi Rinjani menolak maksud baik mereka dan pergi begitu saja tanpa permisi.
"Sepertinya nak Rinjani menolak maksud baik kami, kalau begitu kami pulang saja. Maaf sudah mengganggu waktu kalian"
Ucap pak Kades dengan nada kecewa.
"Aduh, maafin tingkah laku anak saya ya pak kades"
Jawab bu Dewi, ia merasa malu karna merasa gagal mengajarkan tata krama pada anak semata wayangnya itu.
Pak Sarif yang sedari tadi ada diantara mereka hanya diam saja sambil sesekali menyeruput kopi hitam kesukaannya. Ia menyerahkan saja semua keputusan pada Rinjani karna ingin melihat putrinya bahagia.
"Bapak itu bagaimana sih! kok malah diem aja?"
Umpat bu Dewi kesal.
Bu Dewi memiliki kebiasaan, kalau dia sedang kesal akan memarahi siapa saja orang yang ditemuinya. Walaupun orang itu sebenarnya tak bersalah.
"Ya sudahlah bu, jangan maksain kehendak. Rinjani itu sudah dewasa, biarkan dia melakukan apa yang dia mau"
Jawab pak Sarif dengan nada santainya, membuat amarah bu Dewi semakin menjadi saja.
***
Senja sudah berganti menjadi malam. Alena kini sudah tertidur lelap disamping Rinjani.
Sedangkan Rinjani merasa sangat kacau hari ini hingga ia kesulitan untuk tidur.
Di tambah lagi sejak kejadian tadi, bu Dewi tidak datang untuk menemuinya lagi.
Padahal biasanya wanita paruh baya itu akan mengomel habis-habisan jika ada hal yang membuatnya marah.
"Huhf...ibu pasti marah banget sama aku sampe gak mau ngomong sama aku lagi"
Sikap dingin bu Dewi menandakan bahwa saat ini ia sedang marah besar dan perang dingin di antara ibu dan anak itu pasti akan segera di mulai.
Rinjani memainkan ponselnya untuk menghibur diri. Berselancar di dunia Maya untuk sekedar melihat beberapa postingan dari teman-temannya.
Ada yang upload foto keluarga. Ada yang upload foto hasil masakannya sendiri diiringi dengan caption 'masak untuk keluarga tercinta'.
Bukannya merasa terhibur saat melihat semua itu tapi perasaan Rinjani malah menjadi semakin gusar saja.
"Apa aku terima saja ya lamaran mas Yanto tadi" lirih Rinjani.
Bosan berselancar di sosial media, Ia beralih ke album foto yang tersimpan di galeri ponselnya.
Dipandanginya foto-foto saat ia mendaki gunung kemarin.
Pandangannya terhenti kala menatap foto kebersamaannya dengan Arjuna saat berada di puncak gunung.
Rinjani memperbesar tampilan foto itu hingga kini layar ponselnya dipenuhi oleh wajah Arjuna saja.
Drrrd....drrrd....
Saking terkejutnya, Hampir saja Rinjani menjatuhkan ponselnya ke atas wajahnya sendiri saat ponselnya bergetar.
"Telpon dari Arjuna?"
Mata bulat Rinjani semakin membelalak tajam saat melihat panggilan telpon itu dari Arjuna.
sakit nih ryan
kelakuan astaghfirullah.
healjng ke gunung bs2 hilang.. bnr jg 😀
jika suami setia seribu pelakor dtg aman RT