Kita tidak pernah tau takdir apa yang akan menghampiri hidup kita kelak. Semua skenario sudah Allah atur sesuai kapasitas masing - masing.
Saatnya diatas siapapun mengaku saudara,teman atau apalah. Tapi saat kita terpuruk mana tadi yang mengaku saudara. Semuanya perlahan pergi menjauh.
Begitulah kehidupan Keluarga Derel,pasca pendemi merubah segalanya. Saat kedua orang tuanya telah tiada kakak dan adik - adiknya seakan tidak mengenal dirinya lagi.
Dulu waktu ia punya semuanya kakak dan adiknya rajin datang kerumah berkumpul. Itu semua tinggal kenangan. Bagaimana kehidupan Derel dan keluarganya selanjutnya?akankah ia kembali sukses? apa yang terjadi pada orang - orang yang menghina dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Setelah berdiskusi dengan istrinya, Derel memutuskan menerima apa yang Gibran katakan. Ia akan mencoba menjalankan sesuai arahan Gibran.
"Assalamualaikum, Gibran aku terima tawaran kamu yang kemaren." ujar Derel menghubungi temannya kembali.
"Baik, kapan kamu mau pulang? Biar aku cari waktu yang tidak bertabrakan dengan yang lain." tanya Gibran.
"Sabtu besok kamu free ga?" tanya Derel.
"Boleh, Mau berangkat kapan?" Tanya Derel.
"Enaknya sih kalau ga malam sabtu, subuh sekalian juga ga apa - apa. Aku mau cari pinjaman mobil dulu,nanti aku kabari lagi."
"Ngapain cari mobil, pakai mobil aku saja. Kita berangkat sabtu subuh aja, nanti aku jemput kerumah. Kamu sherlock aja." ujar Gibran.
Panggilan pun berakhir . Derel berbincang sebentar dengan istrinya baru merebahkan tubuhnya yang terasa lelah setelah seharian keliling mencari nafkah.
Keesokan harinya ia menghubungi adik - adiknya mengabari bahwa ia akan pulang dan menyuruh adik.- adiknya untuk berkumpul dan membereskan polemik yang ada.
Tak terasa hari cepat berlalu. Seperti janjinya pada temannya yang akan mengantar dirinya pulang kerumah almarhum ibu. Derel sudah mengirim alamat tempat tinggalnya.
"Dafa dan Dhani tinggal dulu dirumah ya, ayah dan ibu mau pulang kerumah nenek sebentar. Insya Allah balik secepatnya. Kalian ga apa - apa kan ayah tinggal." pamit Derel pada kedua putranya.
"Iya, yah. Ayah dan ibu hati - hati di jalan." jawab Dafa.
"Abang sudah mengabari temannya." tanya Sinta yang sudah rapi.
"Sudah, Ia sedang dalam perjalan menuju kesini." jawab Derel dan benar saja tak lama sebuah mobil mewah berhenti di depan pagar rumahnya.
"Assalamualaikum. " panggil Gibran dari luar pagar.
"Waalaikumsalam. Mari masuk." sambut Derel ramah.
Gibran masuk dan duduk sebentar sambil ngopi sebelum berangkat.
"Udah siap?" tanya Gibran.
"Sudah. Aku hanya berdua dengan istriku saja yang ikut." jawab Derel.
"Anak - anak ga ikut?" tanya Gibran.
"Ga usah, lagian mereka juga ada kegiatan pagi ini di sekolah." jawab Derel.
Hampir tiga puluh menit mereka berbincang - bincang baru memutuskan berangkat. Mobil Gibran berjalan perlahan meninggalkan rumahnya.
Jalanan begitu sepi karna waktu masih terlalu pagi,di mesjid baru terdengar lantunan ayat suci karan waktu subuh hampir masuk. Di tengah perjalanan mereka berhenti sebentar untuk sholat subuh dan kembali melanjutkan perjalanan, tapi kali ini Derel yang di suruh bawa sementara Gibran memilih tidur sebentar.
Tepat jam delapan Derel akhirnya sampai juga di rumah almarhum ibunya. Ia membangunkan Gibran dan segera turun.
"Udah sampai?" tanya Gibran.
"Udah, ayo turun."
"Masih seperti dulu." ucap Gibran memperhatikan rumah peninggalan ibu Derel. Dulu waktu kecil beberapa kali ia pernah bermain di sini. Rumah mereka dulu tidak terlalu jauh. Sayang rumah Gibran harus di jual karna orang tuanya pindah tugas ke kita sebelah.
Gibran memperhatikan sekeliling rumah. Terlintas memori saat dirinya bermain dengan Derel dulu. Almarhum bapak dan ibu Derel itu orang baik, mereka sangat menyayangi anak - anaknya.
Udara terasa dingin hingga terasa ketulang. Gibran memakai jaketnya dan Sinta sudah menyuguhi mereka dengan segelas kopi panas untuk menghangatkan badan.
Derel memperhatikan istri Gibran diam - diam. Ia kagum betapa rajin wanita itu. Walau lelah tapi masih berusaha melayani suaminya dengan baik. Wajahnya teduh dan cantik. Tutur katanya juga lembut. Andai saja ia bisa menemukan wanita seperti istrinya Derel tentu ia akan sangat bahagia.
Tiga tahun ia hidup menduda,baru kali ini ia merasa kagum pada seorang wanita pasca kehilangan istri. Istrinya meninggal karna kanker yang sudah tidak tertolong. Kita tidak pernah tau umur kita sampai dimana dan kita juga tidak pernah tau jodoh yang Allah berikan seperti apa. Selalu berdoa moga Allah memberi kita yang terbaik.🤲
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi kk,apa kabar hari ini? Terimaksih sudh menunggu,thor udh ul lagi ya kk. Jangan lupa tinggalkan jejak berupa like dan komen serta votenya yang banyak biar thor semakin semangat menulis bab berikutnya😊😘😘🙏🙏🙏
klu Darel selamat
malah tokoh utamanya dimatiin...
ke ce wa... left..
ya ngak seru klu Darelnya meninggal.. Thor