Kamila gadis yatim piatu mencintai Adzando sahabatnya dalam diam, hingga suatu malam keduanya terlibat dalam sebuah insiden.
Adzando seorang artis muda berbakat.
Tampan, kaya, dan populer. Itulah kata-kata yang tepat disematkan untuknya.
"Apapun yang kamu dengar dan kamu lihat, tolong percayalah padaku. Aku pasti akan bertanggung jawab dengan apa yang aku lakukan. Kumohon bersabarlah."
Karena skandal yang menimpanya, Adzando harus kehilangan karier yang ia bangun dengan susah payah, juga cintanya yang pergi meninggalkannya.
"Maafkan aku, Do. Aku harus pergi. Kamu terlalu tinggi untuk aku gapai."
"Mila... Kamu di mana? Aku tidak akan berhenti mencarimu, aku pasti akan menemukanmu!"
Kerinduan yang sangat mendalam di antara keduanya, membuat mereka berharap bahwa suatu hari nanti bisa bertemu kembali dan bersatu.
Bagaimana perjalanan cinta mereka?
Mari baca kisahnya hanya di sini ↙️
"Merindu Jodoh"
Kisah ini hanya kehaluan author semata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
...*...
Apartemen Zando
"Tadi kalian ngobrol apa saja?" tanya Zando. Saat ini mereka sudah berada di atas tempat tidur, bersiap untuk istirahat setelah setengah jam yang lalu tiba dari rumah Adzana-kakaknya.
"Tadi Oma menanyakan ke Mama, mau mengadakan resepsi kapan, tapi mama bilang terserah sama yang bersangkutan," beritahu Kamila pada sang suami.
"Kalau kamu mau, kita bisa mengadakan resepsi, supaya semua orang tahu kita sudah menikah."
"Tidak perlu, bagiku ini sudah cukup. Bisa menikah denganmu dan diterima dengan hangat oleh keluargamu, itu sudah cukup. Aku tidak menginginkan yang lebih. Bukankah kamu sudah setuju, untuk tidak mengadakan resepsi?"
"Iya juga, sih. Tapi, aku ingin tahu alasanmu!"
"Kita kan menikah karena sesuatu hal, jika tidak lama setelah resepsi aku melahirkan, pasti akan menimbulkan pertanyaan banyak orang. Dan aku tidak mau membuatmu malu. Apalagi kamu kan publik figure."
Zando langsung mendekap erat tubuh istrinya. Lalu menyematkan tanda cintanya pada kening sang istri. "Terimakasih, dan jika ada masalah kita akan menghadapinya bersama-sama. Kamu jangan berpikir terlalu jauh, lebih baik berpikir yang baik-baik saja, hemmm...?"
Kamila mengangguk. Lantas keduanya memutuskan untuk beristirahat karena malam semakin larut.
.
.
.
Keesokan harinya
Terbiasa bangun pagi, Kamila pun membuka matanya ketika alarm alami menyuruhnya untuk segera bangun dari tidur lelapnya. Akan tetapi, ada yang berbeda kali ini. Jika biasanya dia tidur sendiri, kini ada seseorang yang menemani.
Tidak ada malam pertama seperti pasangan pengantin lainnya sehabis menikah, karena baik Zando maupun Kamila telah sepakat akan melakukannya setelah bayi mereka lahir nanti.
Kamila memandangi wajah tampan suaminya yang masih tertidur pulas dengan napas teratur. Wajah yang banyak digilai oleh para wanita di luaran sana. Dia tersenyum lalu mengusap perutnya. "Assalamualaikum, hai anak bunda, semoga nanti wajahmu lebih banyak mirip sama Ayah ya, Nak," gumam Kamila.
Lalu dia pun menjawab dengan suara mirip anak kecil. "Waalaikumsalam, Bunda. Iya Bund, adik akan mirip sama ayah."
Kamila tersenyum sendiri, sedangkan Zando yang mendengar suara seperti anak kecil langsung membuka matanya, dan ia mendapati sang istri tengah berbicara sendiri sambil tersenyum.
Zando mengangkat tubuh dari posisi berbaringnya, lalu merangkul pundak istrinya. "Apa menyenangkan berbicara dengannya?" tanya Zando.
"Eeh, sudah bangun? Cobalah berinteraksi dengannya, aku selalu melakukannya semenjak dia hadir di sini." Kamila kembali mengelus perutnya. "Dan ini sangat menyenangkan."
Zando beringsut dari posisi duduknya, lalu menghadap sang istri. Membelai wajah manis yang selalu membuatnya jatuh cinta setiap waktu. Kemudian menyelipkan helaian rambut di atas telinga istrinya. Ini adalah kedua kalinya dia melihat Kamila tidak mengenakan hijab. "Kamu sangat cantik dan manis jika tidak berhijab, biar aku saja yang menikmati wajahmu, bukan orang lain."
Kamila menatap teduh wajah suaminya lalu tersenyum. "Tapi wajah suamiku sangat diidolakan oleh banyak wanita diluaran sana." Kamila bersungut.
"Itu resiko orang tampan, karena aku tidak bisa memilih akan terlahir tampan atau sebaliknya." Zando menyunggingkan senyum menggoda.
"Ternyata kamu memang sangat narsis seperti Oma Mia, ya!" Kamila terkekeh pelan.
"Oh, iya jelas. Waktu kecil aku dan Kakak, memang lebih sering sama Oma, karena Mama harus kuliah."
"Oooh, begitu. Eh... tadi katanya mau menyapa anak kita." Kamila mengingatkan.
"Oh iya, lupa. Hallo, assalamualaikum.... Apa kabar anak ayah? Baik-baik di dalam perut Bunda ya, Nak."
"Waalaikumsalam, kabar adik baik Ayah. Tentu adik akan menjadi anak Ayah dan Bunda yang baik serta pintar." Kamila menjawabnya dengan suara anak kecil.
Zando kemudian mencium perut Kamila dengan lembut. "Sudah yuk, kita mandi! Setelah itu sholat subuh."
"Mandi bareng?" Kamila membulatkan kedua matanya.
"Apa kamu menginginkan kita mandi bareng? Aku sih, tidak keberatan."
"Oh, tidak-tidak. Terimakasih." Kamila langsung beringsut turun, lalu menuju kamar mandi. Sedangkan Zando tersenyum geli melihat tingkah istrinya, lantas berlalu keluar kamar berniat untuk mandi di kamar mandi dekat dapur.
Selesai mandi dan sholat subuh berjamaah, Kamila berniat ke dapur memasak untuk sarapan mereka berdua. Namun saat membuka kulkas ternyata hanya ada air mineral dan minuman bersoda. Kamila pun mengurungkan niatnya untuk memasak.
"Aku ingin memasak buat sarapan, tapi kulkasnya kosong hanya ada air saja."
"Aku lupa belum mengisinya lagi. Ayo kita ke luar kalau begitu, kita berburu sarapan!"
Zando dan Kamila, akhirnya memutuskan keluar dari unit huniannya, untuk mencari sarapan. Saat sampai di bawah dan keluar dari lift, keduanya bertemu dengan Nino di lobi.
"Zando... Kamila kalian....?" Nino tidak melanjutkan kata-katanya, dia nampak terperanjat dengan kehadiran Kamila di sana. Apalagi melihat tangan keduanya bertautan, sehingga banyak pertanyaan timbul di benak Nino.
Zando mengangkat tangan menunjukkan cincin pernikahan yang melingkar di jari manisnya dan Kamila. "Kami sudah menikah kemarin, maaf aku tidak memberitahumu," ucap Zando.
Nino langsung terbelalak, saat mendengar ucapan Zando. Bagaimana mungkin dia bisa tidak tahu, apakah dirinya sudah tidak dianggap teman, sampai-sampai acara yang sakral terlewatkan begitu saja.
"Datanglah ke tempatku nanti, sekarang aku mau mencari sarapan. Bye..." Zando mengajak Kamila pergi menjauh dari tempat itu. Sementara Nino memandang kepergian pasangan baru itu dengan pandangan tak percaya.
Zando dan Kamila sampai di pasar kaget yang menjual aneka jajanan, dan menu sarapan di pagi hari. Terlihat ada beberapa stand makanan yang dipenuhi pembeli.
"Kamu mau apa, Beb?" Zando bertanya karena melihat istrinya yang hanya diam saja.
"Adik mau makan apa? Mumpung ada Ayah yang mau membelikan makanan buat kita." Bukannya menjawab pertanyaan Zando, Kamila justru berbicara sendiri dengan bayi yang ada dalam perutnya.
Zando dibuat melongo dengan tingkah istrinya yang menurutnya sangat lucu. Apa-apa selalu bertanya dulu jika itu soal makanan, sehingga membuatnya menggelengkan kepala takjub.
"Apa kamu selalu melakukan itu ketika menginginkan sesuatu?"
"Tidak juga, hanya ketika bingung mau makan apa. Aku tidak mau membeli sesuatu dan mubazir nantinya, jadi lebih baik aku tanya sama dia."
Zando akhirnya mengajak Kamila berkeliling, agar menemukan makanan yang disukai istrinya. Dan mereka pun berhenti di depan stand yang menjual jajanan pasar. Kamila lalu memilih jajanan yang ia sukai.
Setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, mereka pun kembali ke unit apartemennya. Ternyata di depan pintu Nino telah berdiri menunggunya.
"Kenapa tidak masuk? Biasanya juga langsung menyelonong?" tanya Zando.
"Sekarang sama kemarin beda. Kalau kemarinnya kamu masih single sekarang sudah tidak lagi. Memangnya kamu tidak butuh privasi apa?
"Tumben pinter?" ledek Zando sambil menekan kode akses masuk unit huniannya. Dan ketiganya lantas masuk ke dalam, begitu pintu terbuka.
Kamila menaruh jajanan pasar yang dibelinya di atas piring, lalu membuat tiga gelas teh manis. Kemudian dia membawa ke ruang tamu dan meletakkannya di atas meja.
"Duduk sini." Zando menepuk tempat di sebelahnya. Dan istri Zando itu menurut apa yang dikatakan oleh suaminya.
"Sekarang apa yang ingin kamu ketahui tentang kami?" tanya Zando pada Nino.
"Coba ceritakan padaku bagaimana kamu bisa menikahi Kamila? Bukankah siang itu kita baru saja tiba di sini?"
"Malam itu aku mendapat notifikasi pesan dari nomor tidak dikenal." Zando kemudian membuka aplikasi pesan, lalu memperlihatkannya pada Nino.
"Karena aku tidak ingin Kamila menikah dengan orang lain, maka malam itu juga aku meminta Papa menemaniku ke sana untuk menikahi Kamila."
Nino tampak mengangguk-angguk, entah dia paham atau tidak. Tapi mudah-mudahan saja dia paham.
"Dan ternyata semua memang sudah dipersiapkan oleh mereka untukku."
"Mereka.... siapa?"
"Hakan dan Heru."
"Heru????"
...*...
.
.
.
.
.
trus gimana dgn bayinya
pembaca ku bilang orang sabar sawahnya lebar 😂
turu mu kemiringen
mn yg bener