Sebuah pernikahan yang tidak pernah di bayangkan sebelumnya oleh seorang gadis bernama Kayra.
Karna ayah Kayra terlilit hutang pada seorang rentenir, karna tidak terbayar Kayra pun menjadi taruhannya. Kayra merasa itu adalah akhir dari hidupnya.
Ternyata bukan rentenir itu yang menikahi Kaya melainkan seorang abdi negara. Kayra berpikir bahwa pernikahan itu tu tidak berarti bagi seorang abdi negara itu, ternyata abdi negara itu sangat menganggap serius perihal pernikahan nya.
Kayra mendapatkan perlakuan baik dari Abdi negara itu, tapi tidak dengan keluarga mertuanya. Kayra di buat sesakit hati mungkin dalam pernikahanmya.
"Aku akan tetap mempertahankan pernikahan ini Bu. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14.
"Kayra sudah berangkat BI ? " Tanya Raka sambil merapihkan lipatan pakaian bagian tangan kanannya.
Kali ini bi Ima menatap Raka sangat beda sekali, Raka pun menyadarinya.
"Sudah Den, 10 menit yang lalu Neng Kayra berangkat. Ada sidang katanya di pengadilan. " Jawab bi Ima.
Raka menganggukkan kepalanya paham.
"Den ... " ucap bi Ima sambil memperhatikan sekitar.
"Ya bi ? Ada apa, kok kayanya bibi ada yang mau di sampaikan. " tanya Raka.
"Den ... bibi minta Den Raka jangan sakiti Neng Kayra, bibi titip neng Kayra ya. Dia anak baik. Terlebih saat bibi tahu dia sudah tidak punya ibu. " tutur bi Ima pada Raka.
"Kayra cerita semua sama bibi ? " tanya Raka dengan tatapan tajam.
Bi Ima menganggukkan kepalanya, " Maaf den, bibi lancang. Bibi melihat neng Kayra selalu masuk di malam hari dan keluar sebelum pagi dari kamar dengan Raka. Saat bibi bertanya Neng Kayra menjawab semuanya. "
"Lalu apa tanggapan bibi ? " tanya Raka biasa saja. Karna memang lambat Laun semua akan mengetahuinya.
"Bibi senang Den Raka akhirnya sudah mempunyai istri, dan bibi yakin neng Kayra terbaik untuk den Raka. Tapi .... "
"Tapi apa BI .... " tanya Ibu Helma yang baru saja datang dari arah belakang.
Raka melihat kegugupan BI Ima, Raka langsung menolong BI Ima.
"Tapi bibi tidak bisa membuatkan nya. " sambung Raka.
BI Ima menoleh pada Raka, " I-iya Den."
"Ya sudah kalau tidak bisa jangan. " jawab Raka sambil menggigit roti yang sudah di siapkan.
"Raka suruh bibi buatkan SOP buntut, tapi katanya bibi tidak bisa." jelas Raka berkilah di hadapan ibunya.
"Oh ... " jawab Bu Helma percaya, " Bi wanita itu sudah pergi ? " tanya Bu Helma.
"Kayra Bu ? " tanya bi Ima.
"Emm ... " jawab malas Bu Helma.
Bi Ima melirik ke arah Raka.
"Sudah Bu, " jawab bi Ima.
"Kalau hutangnya selesai, cepat keluarkan dia dari rumah ini Bang. Enak saja dia itu, kerja apa numpang hidup sih ? " tutur Bu Helma.
Raka menyudahi sarapan paginya.
"Den habiskan dulu. " ucap bi Ima.
"Sudah tidak selera makan bi. " jawab Raka berdiri dan langsung pergi.
"Aneh dia itu, sekarang setiap hari pulang ke rumah. Biasanya dia itu paling susah kalau di suruh pulang. " ucap Bu Helma melihat nanar kepergian Raka.
Raka pergi tanpa berpamitan pada ibunya, ia sudah terlanjur kesal Kana pembicaraan ibunya itu sangat tidak baik pada Kayra.
Raka pergi dengan menggunakan mobil kesayangannya. Tanpa di duga ia melihat Kayra masih berdiri menunggu angkutan umum.
Kayra merasa lega, kala melihat mobil suaminya saat itu.
"Masuk. " perintah Raka dari dalam mobil.
Kayra masuk ke dalam mobil, sambil menyeka keringat dingin yang membasahi pelipisnya.
"Mas kenapa sudah berangkat ? " tanya Kayra.
"Malas kalau harus lama-lama di rumah. " jawab singkat Raka.
Raka memperhatikan wajah Kayra.
"Kamu pucat Kay ... sakit ? " tanya Raka.
Kayra menoleh ke arah Raka. "Mungkin efek dari kemarin kehujanan Mas. "
"Kamu istirahat saja di hotel ya, nanti Mas pesan kan buat kamu. Nanti saat Mas pulang tugas Mas akan pulang ke hotel. " tutur Raka.
Kayra menggelengkan kepalanya, " Jangan Mas, aku kuat kok. Hari ini ada sidang putusan, berkas nya ada di aku semua. "
"Ya sudah, kalau tidak kuat jangan memaksakan diri. Mas akan pulang lebih cepat hari ini. " sambung Raka.
Kayra hanya diam, merasakan pusing dan mual saat itu.
Raka mengantarkan Kayra sampai ke depan ruang sidang. Geri yang baru saja tiba melihat Kayra bersama seorang TNI. Raka mengecup kening Kayra sebelum dirinya pergi.
"Bukan kah itu Mayor Raka ? " ucap Geri mengetahui Raka, karna Raka selalu berada di samping orang penting di Ibu kota.
Geri seketika penasaran akan hubungan Kayra dan Raka. Ia akan menanyakan hal itu saat sidang putusan selesai.
"Selamat pagi Pak Geri. " Sapa Kayra dengan senyuman manisnya.
Geri tersenyum simpul. " Pagi Kay. "
Geri melihat raut wajah Kayra pucat saat itu. " Kamu sakit ? "
"Hanya masuk angin saja Pak. " jawab Kayra.
Sidang putusan itupun diselenggarakan. Kubu Pak Geri dan Kayra menang saat itu. Mereka pun mendapatkan keadilan karna bantuan Geri.
"Selamat ya Pak, anda memang pengacara hebat. " sahut salah satu rekan Geri yang menghadiri sidang putusan itu.
"Terimakasih Pak, " Jawab Geri.
"Kalian pasangan yang serasi. " ucap rekan Geri itu.
Seketika Kayra menatap Geri, Kayra pun merasa canggung.
Hari pun berlalu, hari demi hari Kayra merasa bahwa rasa yang ada di dalam tubuhnya belum hilang juga. Malah rasa itu semakin menjadi.
Di hari itu dimana Kayra sedang mendampingi Geri, Kayra jatuh pingsan. Geri bersama rekannya langsung membawa Kayra ke dalam mobil Geri.
Sebagai seorang atasan Geri seharusnya perduli pada bawahannya terlebih pada Kayra.
Kayra di bawa ke sebuah klinik terdekat. di sana Kayra di periksa oleh Dokter yang bertugas saat itu.
Saat di periksa Kayra sudah sadar, sehingga perlahan dia bisa terbangun di bantu Geri.
"Silahkan duduk Pak-Bu. " ucap Dokter itu.
"Selamat ya Pak-Bu, sebentar lagi kalian akan menjadi seorang Ayah da seorang Ibu. Ibu hamil. " jelas Dokter yang di sambut kaget oleh Geri.
Yang Geri tahu, Kayra belum menikah.
"Hamil Dok ? " tanya Kayra kembali.
"Untuk memastikannya, Ibu bisa menggunakan test kehamilan. " jawab Dokter itu.
Singkat cerita Kayra dan Geri pun keluar dari Klinik itu. Geri belum berani bertanya pada Kayra.
"Mas ... Aku hamil, aku tidak tahu ini berita baik atau tidak Mas. Bagaimana ini ? " batin Kayra.
"Kamu baik-baik saja kan Kay ? " tanya Geri.
Kayra tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Geri saat itu mengantar Kayra ke rumah Bu Helma. Gari pamit setelah Kayra keluar dari dalam mobilnya.
Kayra masuk ke dalam rumah seperti biasa, ia masuk lewat pintu belakang. Tanpa Kayra sadari Raka pun baru saja sampai dan masuk ke dalam rumah lewat pintu depan.
"Siapa dia ? Kayra di antar siapa ? " batin Raka melihat mobil hitam baru saja pergi dari depan rumahnya. Dan Raka melihat Kayra baru saya berjalan ke halaman belakang rumahnya.
Raka masuk ke dalam rumah, ia di kejutkan oleh beberapa tamu ibunya.
Raka melihat sosok yang selalu di bicarakan oleh Ibunya, Rere ....
Rere adalah sosok yang selalu di jodohkan oleh Bu Helma. Lengan Raka di tarik oleh Bu Helma untuk duduk di sampingnya.
"Apa kabar Nak Raka ? " Tanya Dewi Ibu dari Rere.
"Baik Tante. " Jawab Raka dingin.
"Wah .. Tambah matang dan gagah ya Hel anak mu ini. " puji Dewi.
Helma tersenyum bangga. " Iya dong. "
"Sapa dong Rere nya Bang, dia dari tadi nunggu kamu loh. " penyakit Bu Helma kumat, bukan penyakit jantungnya melainkan kan penyakit yang selalu ingin menjodohkan Raka dengan wanita pilihannya.