Dendam petaka Letnan Hanggar beberapa tahun lalu masih melekat kuat di hatinya hingga begitu mendarah daging. Usahanya masuk ke dalam sebuah keluarga yang di yakini sebagai pembunuh keluarganya sudah membawa hasil. Membuat gadis lugu dalam satu-satunya putri seorang Panglima agar bisa jatuh cinta padanya bukanlah hal yang sulit. Setelah mereka bersama, siksaan demi siksaan terus di lakukan namun ia tidak menyadari akan perasaannya sendiri.
Rahasia pun terbongkar oleh kakak tertua hingga 'perpisahan' terjadi dan persahabatan mereka pecah. Tak hanya itu, disisi lain, Letnan Arpuraka pun terseret masuk dalam kehidupan mereka. kisah pelik dan melekat erat dalam kehidupannya. Dimana dirinya harus tabah kehilangan tambatan hati hingga kembali hidup dalam dunia baru.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya???
Penuh KONFLIK. Harap SKIP bagi yang tidak biasa dengan konflik tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Memulai pembalasan.
Ekor mata Bang Hanggar terus melirik Arlian. Entah apa yang di rasakannya saat ini. Gadis itu terlihat begitu cantik. Harus ia akui selama ini Arlian memang gadis yang sangat cantik tapi kali ini rasa tubuhnya terasa menegang tak karuan melihat kecantikannya.
'Tuhan, tolong jangan buat hati dan pikiranku berkhianat dalam keadaanku. Aku hanya ingin membuat keluarga ini menangis dan membayar semua perlakuan hingga nanti keluarga ini menangis saat aku meninggalkan gadis ini dalam keterpurukan.'
...
Bang Hanggar membanting dirinya yang lelah. Beberapa jam menjamu tamu undangan sudah cukup menguras tenaga.
"Bang, bisa minta tolong bantu lepas pernak pernik di kepala Lian?" Tanya Lian.
Sebenarnya Bang Hanggar cukup malas karena kelelahan pada tapi tetap saja kakinya melangkah menghampiri Arlian. Satu persatu tangannya melepas hiasan di puncak kepala Arlian.
Semerbak aroma mewangi masih melekat pada tubuh sang istri yang memang sangat merawat tubuhnya. Hatinya sempat tergoda untuk mengecup puncak kepala gadis yang telah resmi menjadi istrinya itu. Namun sesaat kemudian ia tersadar akan tujuan utamanya menikahi Arlian. Ia pun mengambil jarak.
"Lanjutkan sendiri, saya mau merokok." Ucapnya kini terdengar berbeda, nada suaranya lebih terkesan kasar.
Mau tidak mau Arlian melepas riasan pada rambutnya sendirian.
"Abang capek ya?" Tanya Arlian.
"Cepek lah, seharian berdiri nyambut tamu." Jawab ketus Bang Hanggar.
"Mau Lian pijat?"
"Nggak usah, di luar banyak perempuan yang pintar memijat." Bang Hanggar segera menyambar dompet dan kunci motornya kemudian segera keluar dari kamar.
~
Tak sengaja saat itu Bang Axcel melihat Bang Hanggar keluar membawa motornya. Keningnya pun berkerut, jika biasanya pengantin baru akan betah berada di dalam kamar, namun baru kali ini dirinya melihat ada pengantin pria yang meninggalkan kamarnya dan keluar tengah malam.
"Ini ada apa sih? Apa jangan-jangan 'ada tamu', kalau memang benar.. bukan main kesalnya si Hanggar, tapi wajar lah wanita kedatangan tamu." Gumamnya namun kemudian tak ambil pusing dengan rumah tangga adiknya, ia pun kembali tidur di sebelah Bang Bilal dan adiknya.. Bang Rumbu.
Sejenak setelah merebahkan diri, ia melihat adik perempuan keluar dari kamar sembari menghapus air matanya.
"Mereka ribut gara-gara 'itu'?? Masa iya Hanggar nggak bisa maklum??" Lagi-lagi Bang Axcel kembali heran tapi kemudian segera memejamkan matanya meskipun harus dengan susah payah.
***
Bang Hanggar menangis sendirian. Hatinya berantakan merasakan hidupnya. Keinginannya untuk menikahi Arlian sudah tercapai. Dua tahun ini dirinya berusaha keras mengambil hati gadis kecil kesayangan Panglima.
Namun kini setelah pernikahan itu terjadi, batinnya menjadi dua kali lipat lebih sakit. Ingin rasanya untuk langsung 'menangani' Arlian tapi hatinya merasa tidak tega, tapi hanya dengan 'menyiksa' fisik dan mental Arlian, seluruh dendamnya akan terbalaskan.
"Aku harus bagaimana Ya Allah????? Kenapa hatiku jadi plin-plan??? Bukankah keluguannya yang akan kugunakan untuk mengalahkan Pak Hara????" Bang Hanggar mengacak rambutnya. "Kenapa kamu terlahir sebagai putri panglima sih, dek????" Gumam sesal Bang Hanggar.
Tangis Bang Hanggar pecah berlelehan, di sela jarinya terselip batang rokok sebagai kawan malamnya. Ia pun kemudian melirik botol yang masih tersegel rapat.
Dulu, minuman itu pun menjadi kawan setianya. Hobby nya itu terhenti saat mengenal Arlian dalam hidupnya karena gadis itu tak menyukainya. Ia tak paham pada dirinya sendiri, mengapa dirinya bisa menjauh dari minuman tersebut jika hanya untuk menarik perhatian seorang Arlian.
Antara ragu dan tidak, ia membuka tutup botol tersebut.
cckkllkk..
"Maaf, dek..!!"
...
"Astaghfirullah.. Gaaaarr..!!!!" Bang Bilal geram tapi merendahkan suaranya namun suara tersebut masih bisa membangunkan Bang Axcel.
"Ono opo??" Bang Axcel melirihkan nada suaranya.
"Hanggar mabuk. Cepat kita bawa ke kamar Lian..!! Jangan sampai Papa tau, bisa di gampar nih bocah." Kata Bang Bilal.
Secepatnya Bang Axcel dan Bang Bilal membawa Bang Hanggar ke kamar adiknya.
Mendengar suara ketukan pintu, Arlian pun segere membuka nya.
"Abaaaang..!!!" Arlian kaget melihat Bang Hanggar tiba-tiba menubruknya.
"Sayangkuuu..!!!" Racau Bang Hanggar.
Aroma minuman keras langsung membuat Arlian pusing.
"Keluarlah, Bang..!! Biar Lian yang urus Bang Gar." Kata Arlian.
"Kamu bisa urus sendiri?? Hanggar berat lho dek." Ucap Bang Bilal tidak yakin.
"Bisa, Bang. Nggak apa-apa."
Bang Axcel yang penasaran segera mengangkat dagu iparnya dan memperhatikan disana sini. Keningnya pun berkerut.
"Ya sudah, kau urus dia baik-baik. Usahakan cepat sadar..!! Kalau suamimu tidak sadar juga, hantam pakai pot bunga..!!"
...
"Abaaang.. sadar..!! Kenapa Abang jadi begini?? Lian buat salah apa sama Abang?? Lian minta maaf..!!"
Bang Hanggar masih bertingkah seolah tidak mendengar. Ia pun 'menyerang' Arlian dengan brutal. "Aku tidak pernah cinta sama kamu. Kamu tidak pernah menarik di mataku."
Arlian mendengarnya, ia hanya menitikan air mata lalu tersenyum menatap kedua bola mata Bang Hanggar yang terus menghindari tatapannya.
"Tidak apa-apa. Mungkin suatu saat nanti Abang akan mencintai Lian." Jawab Lian kemudian menghapus air matanya lalu dan secepatnya merawat Bang Hanggar.
Agaknya ucap kecil Arlian membuat Bang Hanggar merasa tidak tahan. Ia memejamkan matanya dan memilih untuk 'tidur'.
...
"Saya minta rumah dinas, Pa." Pinta Bang Hanggar saat sarapan pagi.
"Ya sudah, silakan saja. Segera hubungi bagian pelayanan personel agar bisa segera di persiapkan rumah dinasmu..!!" Jawab Papa Hara menyetujui.
"Bolehkah Lian tetap tinggal disini bersama Papa??" Tanya Lian pelan.
"Lian sayang, bukannya Papa tidak mengijinkan kamu untuk tinggal dengan Papa dan Mama disini, tapi kamu sudah punya suami. Akan lebih baik kalau kamu belajar mandiri. Belajar bermasyarakat dan mengurus suami." Jawab Papa Hara.
"Papamu benar, ndhuk." Imbuh Mama Rintis dan mendapatkan anggukan penuh dari Opa Ratanca dan Oma.
Arlian hanya bisa menunduk pasrah kemudian mengangguk. Tak ada suara apapun juga dari Bang Hanggar. Yang pasti ia sudah mengungkapkan inginnya untuk membawa Arlian pergi dari rumah.
Bang Axcel sedikit curiga tapi ia menepis semua rasa curiganya itu.
...
"Abang mau kemana???" Tanya Arlian saat Bang Hanggar bersiap pergi di masa cutinya.
"Cari uang tambahan lah. Memangnya skincare mu, make up mu, pakaianmu, benda yang menempel di sekujur tubuhmu semuanya murah??" Ucap Bang Hanggar kini terdengar lebih menyakitkan.
"Maaf, Bang. Lian tidak akan memakainya lagi." Arlian segera melepas segala perhiasan yang melekat pada tubuhnya.
"Tidak usah di lepas. Saya nggak mau kalau sampai orang menyangka saya kere." Jawab Bang Hanggar kemudian segera meninggalkan kamar.
Langkahnya berjalan cepat menuju ke mobil dan segera menutup pintu mobilnya.
jddrr..
Bang Hanggar menyandarkan punggungnya dengan kasar. "Astaghfirullah hal adzim, Ya Allah.. kenapa hatiku sakit sekali melakukannya. Kenapa kamu tidak melawanku, dek?? Kenapa kamu tidak teriak dan memberontak????" Tak hentinya Bang Hanggar mengusap dadanya yang terasa nyeri. "Apakah aku bisa kuat kalau seperti ini terus keadaannya. Ayo lawan, dek..!!!!"
.
.
.
.
mbak nara yg penting d tunggu karya terbarunya
buku baru kpn mbak.. 🙏 penasaran sm mbak Fanya dn Bang Juan.