Alettha gadis 16 tahun yang kini duduk di bangku kelas 2 SMA itu nampak diam termenung, wajah cantiknya masih terlihat kesedihan yang mendalam.
Kehilangan Ayahnya membuat gadis itu begitu frustasi dan begitu sedih, belum lagi semua aset kekayaan ayahnya kini sudah di ambil alih oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab.
Alettha Kinaya Ayu, harus meneruskan hidup nya berapa dengan ibu tiri dan kakak tiri nya yang kurang menyukai nya itu, entah apa yang akan terjadi pada gadis malang itu.
Yuk mampir di cerita pertama ku semoga kalian suka❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lembayung Senjaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menolak Rasa Iba
Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa sudah 3 bulan Alettha berada dirumah Mona.
Gadis belia itu bekerja dan membantu pekerjaan yang ada dirumah besar milik keluarga Wijaya. Meski awalnya Muklis dan Mona tidak mengizinkan Alettha melakukan pekerjaan dan tinggal di paviliun khusus pembantu.
Mengingat gadis itu masih terlalu belia dan Mona berencana untuk membantu nya bersekolah lagi. Namun Alettha tidak ingin terus merepotkan orang lain akan kehidupan nya.
Gadis itu mulai jadi gadis yang mandiri sebisa mungkin dia tidak merepotkan semua orang, membantu setiap pekerjaan dan juga membantu Mona merawat kebun mawar kesayangan nya.
Hari ini Mona dan Muklis pergi ke Bali karena ada suatu urusan yang harus mereka selesaikan.
Alettha melihat Ayu yang sedang membersihkan rumah liar di belakang rumah, gadis itu berlari kecil dan menghampiri nya .
" Mbk Ayu, Alettha boleh bantu?." Seru nya berjongkok di depan gadis bernama Ayu.
Gadis bernama Ayu itu nampak yanya tersenyum dan membiarkan Alettha membantu nya. Ayu adalah pekerjaan lama Dirumah Mona, usia jauh lebih tua dari pada Alettha.
Mentari bersinar begitu terik di pagi hari itu membuat dua orang gadis muda yang sedang membersihkan rerumputan itu nampak berkeringat, angin datang sesekali berhembus lembut menerpa tubuh mereka.
" Astaga panas sekali, jam berap sih?." Seru Ayu mengibaskan tangan nya.
" Baru jam 10 mbk, istirahat dulu yuk di bawa pohon mangga itu.." Gumam Alettha.
Ayu mengganguk kemudian berjalan bersama dengan Alettha menuju pohon mangga yang cukup besar itu. Kedua gadis itu duduk sembari bersandar di pohon besar itu, menikmati angin yang menerpa nya dengan sejuk.
Mata Alettha terpejam menikmati sejuk nya angin.
Ayu sekilas menatap Alettha dan tersenyum.
" Kenapa kamu menolak menjadi keluarga Wijaya?". Gumam Ayu pelan.
Alettha membuka mata nya dan menatap Ayu yang tersenyum.
" Aku harus bisa bangkit sendiri mbk, jangan terlalu tergantung dengan orang lain. Aku gak mau hidup di bawah naungan ke ibahan dan juga rasa kasihan."
" Kamu masih terlalu muda Alettha, setidaknya menerima pendidikan saja itu lebih dari cukup. Jika ada waktu luang kamu kan bisa kembali bantu bantu?."
Alettha hanya diam.
" Maaf aku bukan lancang, itu semua pilihan mu Alettha. Mbk Ayu hanya bertanya dan jangan terlalu jadi pikiran." Ayu merasa tak enak hati saat tiba-tiba Alettha menjadi diam dan murung akibat ucapan nya.
" Mbk Ayu tahu tentang anak anak Bu Mona ?, kenapa aku tidak pernah melihat mereka ada disini?". Alettha mengalihkan pembicaraan mereka.
" Mereka sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas di Singapura, sejak dulu tuan dan nyonya jarang bertemu mereka. Hanya sesekali jika sedang liburan saja, mereka calon penerus jadi memang belajar menjadi tunjangan yang di haruskan."
Alettha mengganguk kan kepala nya mengerti .
" Berapa, usia mereka dan nama mereka mbk Ayu?".
" Usia mereka jauh lebih tua dari kamu, sekitar 21 tahunan sekarang . Anak pertama mereka nama nya tuan muda Arsyaka Wijaya biasa di panggil den Arsya kalau anak kedua nya namanya tuan muda Arkhana Wijaya biasa di panggil den Arkha."
Alettha mendengar dengan serius ucapan Ayu agar nanti saat mereka bertemu Alettha sudah tahu.
" Mereka kembar yah mbk Ayu?".
Ayu mengganguk .
" Tapi setahu aku lebih baikan den Arkha sih dari pada den Arsya, sama sama tampan hanya saja berbeda sifat.".
" Memang kenapa mbk?".
Ayu nampak diam mengingat saat anak anak keluarga Wijaya masih ada dirumah itu.
" Entah kenapa den Arsya selalu bersikap dingin sejak kecil, kasar angkuh dan juga menyebalkan. Sudah lah yang penting mereka belum kembali datang kesini jadi aman deh...".
Mereka tertawa pelan kemudian kembali membersihkan rerumputan sebelum matahari semakin tinggi dan panas.
***
Seorang pemuda nampak diam menatap hamparan rumput dan pepohonan yang nampak bergoyang mengikuti irama angin yang saduh.
Dia adalah Arsyaka Wijaya pemuda berusia 20 tahun yang kini sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas ternama. Pemuda dengan wajah dingin namun begitu sempurna.
Polesan wajah Yunani yang dapat membuat semua orang tak bergeming. Sikap dingin dan angkuhnya semakin membuat orang orang penasaran dengan putra pertama dari penguasa ternama dan juga dokter yang cukup handal itu .
Senyuman tak pernah sekalipun terukir di wajah tampan nya mata tajam nya dapat menguliti siapa saja yang menatap nya, rahang kokoh nya mempertajam wajah tampan nya.
Hari ini Arsyaka dan Arkahana akan kembali kerumah masa kecil mereka. Sejak kecil mereka jarang berada di rumah karena memang keharusan menempuh pendidikan yang cepat membuat mereka tidak leluasa menikmati masa kecil dan remaja mereka.
"Huft..." Arsya menghela nafas nya pelan.
Dia benar benar lelah jika harus di suruh kembali kerumah. Entah lah kenapa Arsya tidak begitu menyukai bertemu dengan orang tua mereka.
" Bang ..." Seru seorang pemuda dengan wajah sama persis seperti nya berjalan perlahan menghampiri nya.
Arsya hanya diam.
" Pesawat dah mau otw hayuk ah.."
Arsya hanya diam kemudian berbalik menatap kembaran nya itu yang nampak tersenyum kikuk mendapatkan tatapan tajam dari Arsya.
Dia adalah Arkhana Wijaya, putra kedua sekalian kembaran Arsya. Mereka begitu mirip hampir tak bisa di bedakan, namun mata Arkha jauh lebih teduh dan ramah senyuman pun selalu terukir indah di wajah nya.
Arkha adalah sisi baik dari Arsya si manusia kutub Utara.
Mereka segera berangkat ke bandara untuk segera brangkat menuju Indonesia. Dalam perjalanan hanya hening yang terlihat diantara 2 saudara itu. Arsya yang selalu sibuk dengan laptop dan pekerjaan nya sedangkan Arsya sibuk dengan grub di ponselnya yang begitu ramai.
Tak lama mobil yang di Kendari oleh supir itu berhenti di depan bandara.
Mereka segera pergi berlalu membawa koper koper mereka sendiri menunggu jadwal pesawat yang akan segera landing .
" Bang, diem ajee loo?." Gumam Arkha menatap Arsya yang diam.
" Berisik Lo." Singkat padat membuat Arkha langsung diam mendengar suara berat Arsya yang seperti ingin menelannya hidup hidup itu.
" What ever.." Arsha memasang earphone ke telinga nya acuh.