Si bos membuat aturan tidak boleh berpacaran ditempat kerja.
Tapi bagaimana jika bos itu sendiri yang melanggar aturan tersebut?
Bahkan si bos itu sendiri jatuh cinta pada sang sekretaris cantik yang baru saja direkrut. Akhirnya si bos pun memutuskan untuk pacaran secara sembunyi-sembunyi ditempat kerja.
Penasaran? ikuti yuk, dan baca ceritanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14
Selama tiga hari Abbey dirawat dirumah sakit, selama itu juga ia tidak masuk bekerja. Kini hari ke empat Abbey sudah kembali bekerja.
Abbey sudah terbiasa bekerja, jadi saat dirumah sakit, bukannya senang malah ia mengeluh mengatakan badannya sakit semua.
Abbey datang kali ini sedikit terlambat, meskipun belum waktunya masuk kerja. Tapi menurutnya itu sudah terlambat. Abbey menunggu lift karyawan terbuka. Karena ada beberapa karyawan juga yang ingin masuk.
"Kalau terus mengantri begini, bisa-bisa kita selalu terlambat," kata Abbey pada Tania. Tania tidak menjawab dan hanya tersenyum saja.
Kebetulan perkataan Abbey didengar oleh Alvaro. Tapi Alvaro dan Dary malah melewati nya begitu saja.
Sekarang pintu lift terbuka, mereka buru-buru masuk. Abbey tidak ingin berebut, jadi dia yang terakhir masuk. Saat masuk, ternyata sudah melebihi kapasitas muatan lift.
Abbey terpaksa mengalah dan keluar dari lift. Sebenarnya tadi Tania yang ingin mengalah, tapi keduluan Abbey keluar.
"Lewat lift sebelah kanan saja," pinta Alvaro.
Abbey pun mengikuti Alvaro, sedangkan Dary sudah duluan keatas. Abbey masuk kedalam lift dan disusul oleh Alvaro. Para karyawan yang melihatnya begitu iri. Mereka selama bekerja disini belum pernah bos mereka menawarkan naik lift sebelah kanan.
"Apa bos suka dengan cewek itu ya?" tanya karyawan 1.
"Mana mungkin, bos begitu tampan, tidak mungkin mau dengan cewek kucel kaya gitu," jawab karyawan 2.
"Jangan memandang rendah orang lain, apa kamu sudah begitu sempurna? Bercermin dulu sebelum mengatai orang," timpal karyawan 3.
Dia memang tidak suka ada orang memandang rendah orang lain hanya karena penampilan.
"Ingat jangan memandang orang dari luarnya saja. Siapa tahu orang yang kamu pandang rendah bisa lebih baik dari dirimu sendiri," kata karyawan itu lagi.
Karyawan 2 hanya terdiam, kata-kata rekannya itu begitu menusuk hingga membuatnya bungkam. Mereka datang belakangan, jadi mereka terpaksa mengantri untuk lift selanjutnya.
"Sebenarnya aku tidak enak dengan mereka, nanti mereka mengira yang enggak-enggak lagi," kata Abbey saat mereka didalam lift.
Alvaro tidak menjawab, ia hanya diam berpura-pura tidak mendengar perkataan Abbey. Pintu lift terbuka, Abbey mempersilahkan bos nya keluar lebih dulu. Kemudian barulah dia sendiri yang keluar.
"Kerjakan berkas ini, aku mau sebelum makan siang sudah siap!" perintah Alvaro.
"Baik bos," jawab Abbey.
Abbey tidak protes sedikitpun, yang penting baginya bisa menyelesaikan semuanya sebelum jam istirahat makan siang.
"Kalau dilihat-lihat ternyata dia cantik juga," gumam Alvaro yang mengintip dari celah pintu yang terbuka sedikit.
Abbey yang merasa ada yang mengintip nya pun mendongak sedikit, Alvaro yang takut ketahuan pun segera berpindah dari situ dan duduk di sofa.
"Gak ada siapa-siapa, tapi aku merasa ada yang memperhatikan," batin Abbey. Kemudian ia melanjutkan pekerjaannya.
Alvaro mengelus dadanya, jika ketahuan dimana ia menyembunyikan wajahnya. Alvaro pun melanjutkan pekerjaannya yang sama sekali belum dikerjakan.
Abbey akhirnya menyelesaikan pekerjaan yang diperintahkan oleh Alvaro. Abbey kemudian mengantar dokumen tersebut kepada Alvaro.
"Masuk!" perintah suara dari dalam setelah Abbey mengetuk pintu. Perlahan Abbey membuka pintu dan menyembulkan kepalanya.
"Masuk saja, tidak perlu ngintip," pinta Alvaro tanpa menoleh ke Abbey. Alvaro berpura-pura sibuk dengan laptop miliknya.
"Tuan, ehh bos ini sudah saya kerjakan."
"Letakkan disitu," pinta Alvaro masih sibuk dengan laptopnya.
"Permisi bos." Abbey hendak pergi setelah berpamitan. Tapi dicegah oleh Alvaro.
"Tunggu! Ada sesuatu untukmu."
Abbey pun berdiri mematung ditempatnya. Sementara Alvaro masuk kedalam ruangan pribadinya. Beberapa saat kemudian Alvaro keluar dengan menenteng paper bag.
"Pakai untuk nanti malam, kita akan ada pertemuan dengan rekan bisnisku."
Abbey mengintip isi paper bag tersebut, terlihat ada gaun malam, kalung sebagai pasangannya, alat make-up dan parfum.
"Wow, orang kaya memberikan ini kaya memberikan gorengan," batin Abbey.
"Kamu bisa make-up sendiri, kan? Jam 6.30 sore aku jemput."
"Tapi ...."
"Kamu sekretarisku, tidak ada penolakan."
"Maksud saya, ini apakah dipotong dari gaji saya?"
Alvaro tersenyum. Ia tahu jika gadis didepannya ini pasti perhitungan soal uang. Tapi dia suka, tidak materialistis dan tidak munafik. Selalu tampil apa adanya.
"Soal itu kita bicarakan nanti, sekarang sudah waktunya istirahat. Pergilah makan dulu."
Abbey mengangguk, kemudian ia berbalik lagi, "bos jika dipotong gaji saya, saya tidak ingin memakainya. Ini pasti mahal."
"Untuk kali ini gratis, tapi lain kali beli sendiri."
"Terima kasih bos," ucap Abbey sambil tersenyum. Kemudian ia pun keluar dari ruangan itu.
Alvaro tersenyum, "baru kali ini aku bertemu gadis seperti dia."
Abbey turun ke lantai dua, disana ada kantin. Karena sudah waktunya makan siang. Ternyata di kantin sudah ramai para karyawan ngantri memesan makanan.
Abbey juga ikut ngantri, tapi ada seseorang yang sengaja memotong antrian.
"Minggir!" Mustika mendorong tubuh seorang karyawan wanita yang ada disitu.
"Hei apa-apaan kau?" tanya wanita itu.
"Aku duluan, kalian belakangan," jawab Mustika.
"Sudah, yang waras mengalah saja," kata temannya. Wanita itupun mengalah.
Abbey hanya memperhatikan saja, ia tidak ingin ikut campur. Setelah semuanya kebagian makanan. Merekapun duduk dikursi meja makan yang ada disitu.
Saat Abbey sedang makan, Mustika menyiramkan air ketempat makanan Abbey. Abbey mendongak karena posisi Mustika berdiri.
"Makanan ini yang layak untukmu," ucapnya.
Abbey menghembuskan nafasnya pelan. Kemudian ia bangkit dari duduknya dan mengangkat tempat makanan tersebut.
"Aaach...! Jerit Mustika saat Abbey menumpahkan makanan ke wajah Mustika.
Pandangan mereka semua tertuju pada Mustika yang menjerit. Serta Makanan yang menempel di wajah kemudian jatuh ke tubuhnya.
"Jangan kira aku takut denganmu. Sekarang apapun yang kamu lakukan padaku, maka akan berbalik padamu."
Abbey segera pergi dari situ, baru beberapa suapan dia makan, tapi sudah terganggu. Mustika mengepalkan tangannya, setelah kepergian Abbey, barulah mereka berani mentertawakan Mustika.
"Awas kau Abbey, akan aku buat kamu menyesal," gumam Mustika geram.
"Huuuu" mereka semua bersorak melihat Mustika yang berantakan.
Mustika segera pergi dari situ, ia pergi ke toilet untuk membersihkan diri. Beruntung makanan tersebut sambal nya terpisah. Jika tidak, sudah dipastikan wajah Mustika akan kepanasan.
Abbey menghempas bokongnya dikursi kerjanya, untung kursi tersebut empuk jadi tidak sakit. Abbey tidak mengerti mengapa Mustika tidak habis-habisnya mengganggunya.
"Ini kerjakan," kata Dary.
Abbey hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia lagi bete, meskipun begitu ia tetap profesional dengan pekerjaannya.
"Tidak perlu terburu-buru, itu tidak terlalu penting," kata Dary melihat perubahan wajah Abbey.
Dary mengira Abbey marah karena disuruh mengerjakan dokumen itu. Padahal ada hal lain yang Dary tidak tahu, yang membuat Abbey jengkel.
teirma kasih sdh memberikan kita kisah ini...
kisah yg memberikan semangat untuk para wanita di luar sana supaya kuat menghadapi rintangan apapun di kehidupqn nyata...
terima kasih sakali lagi dan terus semangat thor...
kasar bangat kata2nya
ini ada sedikit gado2tu mama mu itu LBH bagus dr PD kata2sisa