NovelToon NovelToon
Ditolak Camer, Dinikahi MAJIKAN

Ditolak Camer, Dinikahi MAJIKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Hamil di luar nikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:200.6k
Nilai: 4.8
Nama Author: Mama Mia

Indah, seorang gadis dari kampung yang merantau ke kota demi bisa merubah perekonomian keluarganya.

Dikota, Indah bertemu dengan seorang pemuda tampan. Keduanya saling jatuh cinta, dan mereka pun berpacaran.

Hubungan yang semula sehat, berubah petaka, saat bisikan setan datang menggoda. Keduanya melakukan sesuatu yang seharusnya hanya boleh di lakukan oleh pasangan halal.

Naasnya, ketika apa yang mereka lakukan membuahkan benih yang tumbuh subur, sang kekasih hati justru ingkar dari tanggung-jawab.

Apa alasan pemuda tersebut?
Lalu bagaimana kehidupan Indah selanjutnya?
Akankah pelangi datang memberi warna dalam kehidupan indah yang kini gelap?

Ikuti kisahnya dalam

Ditolak Camer, Dinikahi MAJIKAN

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31

Resti mengusap layar ponselnya ragu-ragu. Ia masih dilema, apakah dia akan menghubungi kakaknya, atau jujur pada bapak dan ibu. Tapi masalahnya Ia tak berani menceritakan perkelahian yang baru saja terjadi di sekolah kepada orang tuanya. Lalu bagaimana, sedangkan besok adalah hari terakhir masa skorsing, dan lusa dia harus membawa wali murid menghadap kepala sekolah.

"Ah, mungkin lebih baik Aku hubungi Kak Indah saja dulu. Tanya sama kak Indah, gimana baiknya," gumam Resti sambil menekan tombol panggil. Dia tak memikirkan adanya pilihan lain.

Di seberang sana, Indah sedang mengemasi pakaian dan hendak menyimpannya dalam lemari. Di sinilah saat ini dia berada di kamar tamu rumah mewah itu. Rama akhirnya mengijinkan dia pindah, tapi tidak mengizinkan kembali ke kamar lama. Rama juga tak mengijinkannya kembali bekerja seperti sebelumnya, kecuali hanya sekedar bantu-bantu sedikit agar tubuh tetap bergerak.

Mendengar ponselnya berdering, indah meletakkan pakaian yang hendak ditatanya. Lalu mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas. "Resti? Ngapain dia nelpon? Baru minggu lalu juga kita ketemu. Ada apa ya?"

Indah pun segera mengangkat panggilan itu. "Kak, aku lagi ada masalah." Indah mendengar Suara Resti yang bergetar.

"Resti? Kamu kenapa? Ada apa? Kenapa suara kamu begitu?" tanya Indah cemas.

Resti menceritakan semuanya. Tentang perkelahian tempo hari, tentang bagaimana ia tidak terima saat Monica dan teman-temannya menggunjing tentang kakaknya yang menikah dengan keadaan perut besar.

"Habis gitu, aku diskors, Kak. Padahal aku gak salah. Aku cuma membela diri. Mereka itu sering gitu. Tapi biasanya aku diam aja.” Resti menahan isakannya, takut terdengar oleh ibunya.

“Sekarang aku harus gimana Kak? Lusa, kepala sekolah minta aku datang bersama orang tua. Tapi Aku gak berani ngomong sama bapak atau ibu,” lanjut Resti.

Indah terkejut mendengar cerita Resti. "Ya Allah , Res. Ngapain juga Kamu ladeni mereka. Harusnya kamu biarkan saja, toh Kakak memang benar-benar melakukan kesalahan. Mereka itu sengaja mancing supaya Kamu marah, terus kena hukuman. Terus sekarang gimana coba? Iya kalo kakak di rumah, bisa kakak saja yang datang ke sekolah. Tapi kakak kan jauh, Res!” Indah juga merasa bingung, bagaimana cara mengatasi masalah adiknya.

“Terus sekarang Aku harus gimana, Kak? Apa Aku ngomong jujur aja ya sama Ibu?” Resti semakin bingung dengan jawaban kakaknya.

“Tunggu dulu, Res. Jangan ngomong dulu.”

Tok… tok… tok…

“Bentar, ya, Res. Ada yang ngetuk pintu.” Indah bicara sambil berjalan menuju pintu.

“Ada apa, Mbak?” Indah bertanya pada Mbak Tati yang berdiri di depan pintu tanpa memutus sambungan telepon.

“Tuan Muda dan Nyonya Besar sudah menunggu Mbak Indah di meja makan.” Akhirnya setelah Indah mengomelinya, kini Tati mau juga melepas panggilan Nyonya itu dari Indah.

“Ahh,,, iya, Mbak. Aku segera ke sana. Terima kasih, ya,” ucap Indah. Tati mengangguk lalu pergi dari kamar Indah.

“Res, aku tutup dulu ya. Nanti aku yang akan hubungi Kamu. Kamu jangan bilang dulu sama Ibu.” Indah kembali pada percakapannya dengan adiknya setelah Tati pergi.

“Ya udah kalo gitu, Kak. Aku tutup dulu ya? Aku tunggu kabarnya. Assalamualaikum.”

“Wa’alaikum salam.”

Indah menutup telponnya. Menghela nafas panjang. Dia juga bingung harus bagaimana. Dia merasa sedih mendengar cerita Resti. Tak pernah menyangka bahwa dosa yang dia lakukan, tak hanya mendatangkan masalah untuk dirinya sendiri. Setelah kemarin Tuan Rama dan Nyonya Felly yang ikut terkena masalah akibat dosa itu. Kini adiknya juga mengalami masalah akibat perbuatan yang dia lakukan.

Hanya dia seorang yang melakukan dosa itu. Tapi seolah semua orang yang dekat dengannya ikut terkena imbasnya. Indah benar-benar menyesali perbuatannya. Andaikan saja waktu bisa diulang….

“Sekarang, Apa yang bisa aku lakukan untuk menyelesaikan masalah Resti?”

***

Ruang makan terasa sunyi. Indah yang tidak fokus dengan makanannya, dan sejak tadi hanya mengaduknya saja, membuat Rama dan nyonya Felly saling pandang. Keduanya saling mengangkat dagu, seakan saling bertanya, dengan bahasa isyarat mereka. Ada Apa Dengan Indah?

Rama mengambil sesendok makanan lalu mengulurkannya ke depan mulut indah membuat wanita itu tergagap. “Ak aku bisa makan sendiri, Mas,” ucap indah dengan wajah yang sudah bersemu merah.

"Makan itu dimasukkan ke dalam mulut, bukan cuma diaduk-aduk terus. Itu tidak bisa membuatmu kenyang," Rama tidak juga menarik kembali sendok yang dipegangnya. Hingga Indah pun membuka mulutnya. Mengunyah pelan, terasa enggan untuk menelan. Makanan yang sebenarnya lezat, terasa hambar di lidahnya.

"Kamu kenapa sih? Kamu kelihatan gelisah sejak tadi," tanya Rama, cara makan Indah yang di luar kebiasaan, membuatnya khawatir.

Indah menunduk, tak berani menatap mata Rama. "Aku baru dapat telpon dari Resti. Dia cerita kalau dia berantem sama teman-teman di sekolahnya."

"Lalu? Apa yang terjadi?"

"Resti berantem karena membelaku. Dia tidak terima saat teman-temannya menghinaku, dan berbicara yang buruk tentangku.” Indah menunduk sedih.

Rama terdiam sejenak, mencerna cerita Indah. Ia merasa sedih mendengar cerita Resti. Mencoba membayangkan dirinya berada di posisi adik iparnya. Dia juga akan marah jika orang terdekatnya dibicarakan dengan buruk.

“Anak-anak zaman sekarang memang susah diatur. Apalagi anak-anak yang menganggap dirinya lebih baik dari orang lain, hanya karena status mereka yang lebih tinggi.” Nyonya Feli ikut merasa geram mendengar cerita Indah tentang perkelahian drastis dan teman sekolahnya.

“Kapan pemanggilan orang tua wali murid?” tanya Rama.

“Lusa. Kata Resti besok terakhir dia menjalani masa skorsing.”

"Ya sudah, ayo lanjutkan dulu makanmu. Kamu harus menjaga dirimu, dan jangan lupakan, bayi dalam kandunganmu butuh nutrisi. Kamu juga tidak boleh stress, karena itu akan berdampak pada kandunganmu. Jangan khawatir, Aku akan melakukan sesuatu untuk menolong adikmu.”

Indah menatap Rama dengan mata berbinar harapan. "Benarkah itu, Mas? Tapi bagaimana caranya. Kita berada di sini, sedangkan sekolah Resti jauh di desa.”

“Sekarang ini bukan zaman susah. Dari sini ke sana hanya membutuhkan waktu enam jam jika mengendarai mobil pribadi. Dan akan lebih cepat lagi jika menggunakan pesawat. Jadi jangan cemas lagi.” Rama berbicara sambil kembali mengulurkan sendoknya ke mulut Indah. “Ayo makan!” serunya.

Indah merasa malu karena di sana juga ada Nyonya Felly. Tapi dia juga merasa tak enak jika menolaknya. Maka yang bisa dia lakukan hanya membuka mulutnya dan menerima suapan itu.

Nyonya Felly yang melihat itu tersenyum, wanita itu merasa bahagia, meskipun Indah belum jadi resmi sebagai menantunya. Tapi setidaknya kehadiran indah telah menghadirkan kebahagiaan bagi dia dan putranya. “Bukannya besok Daniel mau pergi ke kota M. Itu tidak jauhkan dari desa Indah, kan?” tanya Nyonya Felly saat dia mengingat sesuatu.

"Iya, Ma,” jawab Rama, lalu kembali menoleh ke arah Indah. “Benar yang Mama bilang. Kebetulan besok aku menyuruh Daniel untuk mengurus sesuatu di luar kota. Dan itu melewati daerah kelahiranmu. Berikan nama dan alamat sekolah Resti! Nanti aku suruh dia datang ke sekolah Resti sebagai perwakilan dari orang tua Resti," jelas Rama.

Indah mengangguk, matanya yang berkaca-kaca kini berbinar. Indah merasa lega mendengar penjelasan Rama. Ia sangat bersyukur ada Rama yang selalu menjaganya dan membantunya dalam keadaan apapun.

“Terima kasih, Mas. Aku benar-benar tidak tahu harus membalas dengan apa hutang budi ini. Tidak hanya menolongku, Mas Rama dan Mama, juga selalu membantu keluargaku.” Indah tak bisa menahan air mata harunya.

“Kamu ini ngomong apa sih?”

***

Hari masih pagi, dan kelas belum dimulai…

Patrick masuk ke dalam perpustakaan bersama teman-temannya. Tempat yang sebelumnya jarang dia datangi. Tapi belakangan ini dia jadi sering ingin berkunjung ke tempat itu. Entah apa yang menarik perhatiannya. Kedatangan Patrick dan teman-temannya, membuat suasana perpustakaan yang semula tenang, menjadi riuh oleh cewek-cewek yang menyerukan namanya. Apa Patrick peduli? Tidak!!

Patrick mengedarkan pandangannya, mencari satu bayangan. Tampak oleh pemuda itu, Resti yang sedang duduk sendirian, membaca buku dengan tenang. Seakan tak terusik oleh suara heboh para siswi yang berseru bersahutan memanggil namanya. Patrick tidak suka itu. Harusnya Resti melihat ke arahnya, saat para teman cewek yang lain juga melakukan hal yang sama.

Ingin sekali Patrick menghampiri Resti, tapi cowok itu merasa ragu. Resti terlihat tenang, juga tertutup. Menikmati kesendiriannya.

“Sorry ya, Kamu nunggu lama!”

“Iya, Res. Toilet beneran antri, tadi.”

“Gak papa, woles aja,,! Lagian Kamu tadi sarapan makan apa sih, masak jam segini sudah mules?”

Patrick melihat dua orang teman dekat Resti yang baru saja datang. Resti yang semula hanya fokus dengan bukunya, kini terlihat tertawa. Patrick suka melihat wajah ceria itu.

“Lalu gimana nanti, Res? Jadi, bapakmu menghadap kepala sekolah jam istirahat?” Rani menggenggam tangan Resti. Dinda yang duduk di sebelah Rani juga tampak khawatir.

Patrick mendengar percakapan itu, lalu teringat akan rekaman CCTV yang dia dapat dari orang suruhannya kemarin. Bukti bahwa Resti tak sepenuhnya bersalah. Bukti bahwa Monica lah yang memprovokasi duluan. Jika dia memberikan bukti itu kepada kepala sekolah, dan bisa membebaskan Resti dari hukuman, apa Resti akan mengucapkan terima kasih dan kembali menoleh padanya?

1
Ah Serin
lanjut lagi plseee
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
F.T Zira
yg ndak kelen itu kalo lagi serius baca nyempil typo Jerry jadi jari/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
F.T Zira: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
〈⎳Mama Mia: tuh kan, benelan ndak kelen /Sob//Sob//Sob/
total 2 replies
Ana
🤣🤣🤣🤣si Daniel ini ya
Ana
efek cemburu 😂
Ana
hadeeeh🤦‍♀️ bocah cilik menggemaskan 😁😅tau aja istilah ndak kelen
Herlin Mae
Kecewa
Herlin Mae
Buruk
Nar Sih
lanjutt kak mya ,bingung mau komen apa😂
Asyatun 1
lanjut
〈⎳ Moms TZ
hemmm, apanya sih yang ndak kelen?
〈⎳Mama Mia: rambutnya Langga, Oma
total 1 replies
Desmeri epy Epy
lanjut thor
Erni Nofiyanti
ko Rahmat
bukan rama
〈⎳Mama Mia: ya ampunnn, lha kok suwi men🤦🤦😤😤
〈⎳ Moms TZ: urung 😂
total 6 replies
Nar Sih
cemburuu nih kak daniel nya kata resti ,gengsi dan ngk jujur sih sama persaan sendiri ntar keburu di tikung yg lain baru nyeseell.😂😂
Patrick Khan
aku suka🤩😍🥰
F.T Zira
Om mi.. yg uncel ke si daniel.
〈⎳Mama Mia: nah, otw otw
total 1 replies
F.T Zira
lahh.. panggilan rangga berubah.. bukan om tante lagi..
tapi sama aja sih😅😅
F.T Zira
hobi batal batalin aja sih nih anak../Facepalm//Facepalm/
F.T Zira
panasin aja teruss/Smug//Smug/
F.T Zira
dihh.. maksa/Smug//Smug/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!