Vivian Lian di hidupkan kembali setelah mendapatkan pengkhianatan dari suaminya dan adik tirinya. Di kehidupan lalu, dia mempercayai ibu tirinya dan adik tirinya hingga berakhir mengenaskan. Dia pun melakukan cinta semalam dengan calon tunangan adik tirinya hingga mengandung anak sang CEO demi membalaskan rasa sakit hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Maaf
Vivian menatap sayu ke arah bingkai foto di depannya. Ia sangat merindukan dekapan ibunya. Bertahun-tahun ia hidup tanpa seorang ibu dan dengan bodohnya ia yang mengharapkan seorang ibu membawanya keluar dari jurang malah semakin menjatuhkannya masuk ke dalam jurang. "Vivian merindukan mu, Mommy."
"Vivian akan membalas mereka. Mommy melahirkan Vivian dengan mempertaruhkan nyawa, tapi tante Diane malah ingin menghilangkan nyawa Vivian. O iya Mom, tadi aku membuat Tante Diane dan Daddy bertengkar, aku akan membuat mereka berpisah. Aku tidak ingin Daddy di sakiti."
"Ibu pasti mendukung Vivian kan? Aku percaya itu," Vivian memeluk erat sebuah figura, ia seolah merasakan kehangatan ibunya.
.....
Mommy Diane menutup rapat pintu kamar Alena kemudian kembali menghampiri Alena. Ia tidak habis pikir putrinya kembali melakukan kesalahan yang akan berdampak pada hubungannya dengan Elmar.
"Mom aku ...."
"Kenapa kau bisa melakukan hal bodoh Alena?" Mommy Diane kini sadar apa yang telah ia lakukan salah. Tidak seharusnya tadi ia membela Alena, membela putrinya membuat hubungan merenggang. Ia tidak ingin kehilangan Elmar, cukup dulu ia kehilangan Elmar.
"Mom aku ... "
Mommy Diane merasakan kepalanya cenat cenut, ia menekan keningnya. Baru beberapa hari yang lalu ia memperbaiki hubungannya dengan Elmar. "Kenapa kau tidak bisa mengontrol emosi mu? Daddy mu bisa tau kalau kau tidak menyukai Vivian."
"Ini semua gara-gara Vivian Mom, dia yang memulainya. Seharusnya Vivian yang harus di marahi bukan aku. Aku tidak pernah di marahi Daddy sampai seperti ini. Aku membencinya Mom."
Alena menatap nyalang dan mengepalkan kedua tangannya, ia ingin sekali mencabik-cabik wajah Vivian. "Vivian terlihat berbeda Mom, apa dia sudah merasakan sesuatu?"
Mommy Diane sempat berpikir seperti itu. Vivian biasanya berada di bawah kendalinya, tapi aneh Vivian seperti orang berbeda. Biasanya dia akan bermanja-manja padanya. "Aku juga merasakannya, apa Vivian mengetahui rencana kita?"
"Kalau Vivian tau rencana kita tidak mungkin dia bertunangan dengan Feng Yan." Alena menimpali perkataan ibunya.
"Benar, tapi kita harus tetap waspada. Kita tidak boleh lengah, tapi sekarang kita harus bagaimana? Mommy dan Daddy mu bertengkar. Aku harus meminta maaf lagi," ujar Mommy Diane.
"Iya sudah lah Mom, cepat minta maaf." Alena mendorong Mommy Diane ke arah pintu. Dia membuka pintunya dan menutupnya kembali. "Semoga berhasil Mom." Alena sangat tau kalau ibunya menyukai Daddy Elmar, tapi dia membenci Vivian karena Vivian sangat mirip dengan wajah sahabat ibunya yang sudah meninggal.
Mommy Diane membuka pintu kamarnya, ia menghampiri suaminya yang sedang membaca sebuah buku. "Sayang aku minta maaf."
Daddy Elmar tak berniat melihat ke arahnya. Ia menutup pintunya dan membuat Mommy Diane tersenyum, ia yakin Daddy Elmar akan memaafkannya. Akan tetapi Daddy Elmar salah, dia menarik selimutnya dan menutupi tubuhnya.
"Sayang, aku tau aku salah. Aku akan mendidik Alena dengan baik, jadi aku mohon maafkan aku."
Daddy Elmar tak menjawab, Mommy Diane terpaksa harus mengalah. Besok pagi ia akan kembali meminta maaf.
Keesokan harinya.
Vivian membuat sarapan, ia membuat telur gulung dan sandwich, lalu menghidangkannya di meja makan. Ia mengingat percakapannya dengan nenek Amel. Hari ini dia akan datang, ia ingin menyambut nenek Amel dan mengajaknya sarapan bersama.
"Sayang, kau membuat sarapan?" tanya Daddy Elmar. Ia seakan melihat istrinya yang sedang menyiapkan sarapan untuknya.
"Iya Dad, ayo duduk."
Daddy Elmar pun duduk, dia tidak sabar memakan telur gulung buatan putrinya.
Kedua mata Vivian bertemu dengan kedua mata mommy Diane. "Mom, ayo sarapan. Dimana Alena? Dia belum bangun?" tanya Vivian.
Mommy Diane merasa tak suka dengan sapaan Vivian, suara Vivian sangat menjengkelkan baginya. "Iya, biar pelayan saja yang membangunkannya."
Selang beberapa saat terdengar sapaan dari nenek Amel. Wanita itu langsung menuju ruang makan. Vivian tadi mengatakannya kalau dia akan membuat sarapan. Tentu saja nenek Amel tidak sendiri, dia membawa putranya, Anderson.
"Vivian."
Daddy Elmar dan Mommy Diane seketika menoleh, mereka bergegas beranjak dari kursinya dan menyambut nenek Amel dengan Anderson. "Nyonya, Anderson."
Anderson tersenyum dan nenek Amel langsung tertuju pada meja makan. "Wah kalian sarapan, maaf aku datang pagi-pagi karena juga ingin ikut sarapan bersama."
"Tentu saja Nek," Vivian menarik sebuah kursi di samping Mommy Diane. "Silahka Nek."
Anderson merasa dongkol, pasalnya hanya dia saja yang berdiri tanpa di sapa oleh Vivian. "Ehem ...."
"Tuan Anderson silahkan duduk." Vivian mempersilahkan pria itu.
Anderson tersenyum, ia memilih tempat duduk bersama Vivian yang berhadapan langsung dengan nenek Amel dan Mommy Diane.
Apa-apan Anderson bisa duduk dengan Vivian? Jangan sampai Vivian merebut milik Alena. Anderson hanya milik Alena batin Mommy Diane menatap sinis ke arah Vivian.