Skaya merupakan siswi kelas XII yang di kenal sebagai siswi berprestasi, cantik, dan ramah. Banyak lelaki yang menyukai Skaya, tetapi hatinya justru terpesona oleh seseorang yang tidak pernah meliriknya sama sekali, lelaki dingin yang terkenal sebagai anggota geng motor yang disengani di kota nya.
Darren bukan tipe yang mudah didekat. Ia selalu bersikap dingin, bicara seperlunya, dan tidak tertarik oleh gosip yang ada di sekitarnya. Namun Skaya tidak peduli dengan itu malah yang ada ia selalu terpesona melihat Darren.
Suatu hari tanpa sengaja Skaya mengetahui rahasia Darren, ternyata semuanya tentang masalalu yang terjadi di kehidupan Darren, masalalu yang begitu menyakitkan dan di penuhi oleh janji yang tidak akan ia ingkar sampai kapanpun. Skaya sadar waktu begitu singkat untuk mendekati Darren.
Ditengah fikiran itu, Skaya berusaha mendekati Darren dengan caranya sendiri. Apakah usahanya akan berhasil? Ataukah waktu yang terbatas di sekolah akan membuat cinta itu hanya menjadi kisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azra amalina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bahaya yang Mendekat
Jantung Skaya berdegup kencang saat tatapan Darren menguncinya di tempat. Seakan-akan ia telah melakukan kesalahan yang sangat besar.
Saat ia mencoba melangkah mendekat, tiba-tiba Darren bergerak lebih dulu. Dalam hitungan detik, ia sudah berdiri di hadapan Skaya, suaranya rendah dan penuh tekanan.
“Kita harus bicara”
Tanpa menunggu jawaban, Darren meraih pergelangan tangannya dan menariknya menjauh dari koridor sekolah yang ramai.
“Darren, ada apa? Kenapa semua orang melihatku seperti ini?”
Darren tidak menjawab sampai mereka sampai di belakang gedung sekolah, tempat yang sepi dari murid lain. Saat ia akhirnya bicara, suaranya lebih dingin dari biasanya.
“Kau bodoh atau memang cari mati?”
Skaya terkejut. “Apa maksud lo?”
Darren menatapnya sangat tajam. “Setelah kejadian tadi malam, lo pikir datang ke sekolah seolah tidak terjadi apa-apa adalah ide bagus?”
Skaya mengernyit. “Kejadian tadi malam?, Aku cuma datang ke--”
“Markas,” potong Darren cepat. “Dan sekarang musuh kami tahu lo ada hubungannya dengan gue.”
Skaya membeku. “Musuh?”
Darren menghela nafas panjang, menekan emosi yang jelas hampir meledak. “Mereka memata-matai kami, Skaya Aprilia Siregar. Dan lo, dengan mudahnya muncul ditempat tidak seharusnya membuat mereka tahu ada celah untuk menyerang gue!.”
Skaya merasakan bulu kuduknya meremang.
“Gue.... Gue tidak tahu apa yang terjadi....”
“Itu masalahnya,” gumam Darren, suaranya lebih pelan tapi tetap penuh ketenangan. “Lo tidak tahu apa pun tentang dunia ini. Tapi sekarang kau sudah terseret ke dalamnya.”
Hening sejenak.
Lalu Skaya berkata dengan nada yang pelan, “Apa ini ada hubungannya dengan Rama?”
Mata Darren menajam, sorotannya berubah saat menyebut nama itu.
Dalam sekejap, udara di antara mereka terasa semakin berat. Dan disitulah Skaya tahu- pertanyaannya baru saja membuka luka lama yang seharusnya tidak disentuh. Sebuah rahasia yang bisa mengubah segalanya.
Skaya menahan napas. Ia bisa melihat perubahan di wajah Darren, tatapannya yang dingin kini dipenuhi badai. Untuk pertama kalinya, Skaya merasakan benar-benar telah melewati batas.
“Jangan sebuh nama itu!,” suara Darren terdengar rendah, hampir seperti bisikan.
“Tapi...”
“Diam, SKAYA!”
Nadanya begitu dingin hingga membuat Skaya menggigit bibirnya sendiri. Tapi bukan itu yang membuatnya takut. Melainkan tatapan di mata Darren yang di penuhi dengan amarah. Tapi juga.... Ada kesakitan yang mendalam.
Skaya menelan ludah. Ia ingin mengatakan sesuatu, ingin menjelaskan bahwa ia hanya penasaran. Tapi sebelum sempat berbicara sebuah suara lain menginstruksi mereka.
“Jadi ini dia?”
Skaya menoleh dan jantung seketika mencelos. Seorang laki-laki bertumbuh tegap dengan tatapan penuh kebenciannya, berdiri tidak jauh dari mereka. Di belakangnya beberapa orang lain semuanya dengan ekspresi yang tajam.
Darren langsung bergerak, berdiri di depan Skaya seolah menjadi perisai. “Pergi,” ucapnya tajam. Tapi laki-laki itu menyeringai. “Aku cuman ingin melihat sendiri siapa yang bisa membuat Darren kehilangan kendali.” Tatapannya beralih ke Skaya
Skaya membeku di tempat. Tatapan laki-laki itu di depannya begitu menusuk, seolah menelanjangi setiap kelemahannya.
Ia tidak mengenali siapa dia, tapi dari arah darat berdiri di depannya, melindunginya, sudah jelas kalau laki-laki itu bukan orang baik.
“Jasi ini perempuan yang bikin lu sibuk akhir-akhir ini?” Laki-laki itu menyeringai sinis, matanya masih tertuju pada Skaya. “Gue nggak nyangka lo bakal sebodoh ini, Darren.”
orang tidak beraksi. ia hanya menatap laki-laki itu dengan sorotan tajam dan bahunya menegang, seakan menahan diri agar tidak meledak.
“Pergi,” ulang Darren, suaranya lebih dingin.
Laki-laki itu tertawa kecil. “tenang titip gue nggak bakal nyampe cewek lo.”
Skaya merasakan tubuhnya membeku. cewek lo? apa maksudnya? tapi sebelum ini sempat berpikir lebih jauh, dalam sekejap, Darren sudah bergerak.
Tangan Darren kencangkan kerah laki-laki itu dan mendorong keras ke dinding, membuat beberapa orang di belakangnya langsung siaga. “itu dia dan gue bakal pastiin lo nggak bakal bisa jalan lagi,” desisnya
Laki-laki itu tidak tampak takut. Justru, ia menyeringai lebih lebar. “Lihat diri lo sekarang, Darren,” bisiknya. “Dulu lo engga pernah selemah ini.”
Darren tidak menjawab. Matanya tetap penuh kebencian, tapi Skaya bisa melihat sesuatu yang lain tatapan itu, luka yang belum sembuh. Dan saat itulah Skaya menyadari sesuatu. Orang ini bukan orang asing buat Darren.
Ia bagian dari masa lalu Darren. Masa lalu yang berisi kematian Rama. Laki-laki itu mendekati wajahnya sedikit. “Lo tahu ini beli selesai, kan?”
Darren tidak menjawab. Tapi tangan yang mencengkram kerah laki-laki itu semakin kuat, seolah-olah ia sedang menahan sesuatu.
Skaya bisa merasakan ketegangan di udara. Apa pun yang terjadi disini... Ini bukan hanya sekedar ancaman biasa.
“Darren....” bisiknya pelan. Suara Skaya membuat Darren tersadar. Dengan kasar, ia melepaskan cengkraman nya, lalu mundur selangkah.
Laki-laki itu membenahi bajunya sambil terkekeh. “Gue bakal ketemu lo lagi.” Tatapannya kembali ke Skaya. “Dan mungkin lain kali, kita bisa kenalan lebih dekat.”
Darren kembali menegang. Tapi sebelum ia bisa melakukan apa pun, laki-laki itu dan teman-temannya sudah pergi.
Meninggalkan Skaya dengan sejuta pertanyaan... Dan meninggalkan Darren dengan kemarahan yang ia coba kubur.
Begitu Mereka pergi, raksa mengelola nafas panjang dan menekan pelipisnya. Skaya yang masih diam, berusaha memahami apa yang baru saja terjadi.
Tapi sebelum ia bisa membuka mulut, Darren sudah kebalik matanya membara.“Kenapa lo nggak pernah dengerin gue?” Suaranya bergetar menahan emosi.
Skaya tersentak. “Apa?”
“Gue udah bilang jangan ikut campur!” Darren mengajak rambutnya dengan frustasi. “Lo pikir ini cuman permainan? mereka itu nggak kayak cowok-cowok biasa, Skaya! mereka nggak akan segan-segan nyakitin orang yang deket sama gue!”
Skaya menetapkan dengan nafas tersengal. dia bisa melihat betapa marahnya Daren, tapi di balik kemarahan itu..... Ada sesuatu yang lebih dalam. Takut.
Darren takut sesuatu terjadi padanya. “Kenapa lo peduli” suara Skaya lirih. Darren terdiam. Seketika udara di antara mereka menjadi berat.
Jawaban atas pertanyaan itu mungkin sederhana. Tapi justru karena itulah, Darren tidak bisa mengatakannya. Karena jika ia mengakui itu berarti Skaya sudah benar-benar masuk ke dunianya.
Dunia yang penuh bahaya. Skaya melangkah mendekat. “Darren, gue mengapa diri seberapa keras mengusir gue. Gue tetap akan ada di sini. Gue cuman mau tahu...” Suara Skaya melembut, penuh ketulusan.
“Apa yang sebenarnya terjadi sama rama?” Dan saat itulah.... untuk pertama kalinya, mata dingin Darren terlihat patah.