Hasta dan Jesan menjalin hubungan tanpa di ketahui kedua orang tua Hasta karena sang Mama yaitu Sarah tidak merestui hibungan mereka karena status social yang mana Jesan hanya anak yatim piatu. Akan tetapi, Hasta tetap bertahan sampai tiga tahun lamanya membuat Sarah curiga dan mencari tau keberadaan Jesan hingga Sarah melakukan kekerasan pada Jesan hanya untuk menyuruhnya menjauhi Hasta.
Sarah menjodohkan Hasta dan Anjani sampai mereka menikah, tetapi pernikahan Anjani seperti di neraka baginya karena selama lima tahun mereka menikah Hasta tidak pernah sekalipun membalas cinta Anjani dan memilih kembali bersama dengan Jesan yang selama lima tahun tidak bertemu dan akhirnya mereka dipertemukan lagi. Lalu Hasta memutuskan menikah dengan cinta pertamanya.
Bagaimana kah nasib pernikahan Anjani, apakah gadis itu menerima jika suatu saat dirinya mengetahui pernikahan kedua suaminya?
happy reading😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 ( Dia masih memiliki tahta tertinggi di dalam hatiku)
Pagi harinya Keluarga Giandra bersiap untuk pergi ke bandara. Bukan Jesan namanya jika ia tidak memasang raut wajah murung karena keluarga kesayangannya akan pergi meninggalkannya dalam waktu yang tidak di tentukan.
Perusahaan Andrew yang berada di Jakarta untuk sementara diambil alih sang Paman yang sebenarnya masih memegang separuh saham di perusahaan Mark yang merupakan adik dari sang Paman.
"Kalian baik-baik di sini. Hasta, kau jangan sungkan di rumah ini ibu tidak mau kau membawa Jesan tinggal di apartemen. Di sini ada beberapa bodyguard yang berjaga. Selain itu banyak tetangga kalau di sana sudah tinggi gedung nya kalo ada apa-apa pada Jesan bagaimana," ujar Aleta yang terus saja mengoceh.
"Baiklah Bu aku akan tetap di sini sampai aku nantinya membelikan rumah untuk istriku," Sebenarnya Hasta bukan tidak ingin membeli rumah sendiri, tetapi Sarah yang melarangnya. Karena dia ingin saat Hasta menikah nanti ia tetap tinggal di kediaman Nugraha.
Akan tetapi, karena saat itu Anjani di berikan hadiah dari kedua orang tua nya berupa rumah mewah untuk mereka tempati, akhirnya Sarah mengalah.
"Setelah Jesan memeluk kedua orang tua nya tibalah ia memeluk Andrew yang sudah siap merentangkan kedua tangannya menyambut sang adik yang memeluknya lebih dulu dengan air matanya yang deras membasahi kedua pipinya.
"Hiks, kakak baik-baik di sana. Aku doakan kakak dapat jodoh yang sangat mencintaimu di sana," ujar Jesan.
"Dia masih memiliki tahta tertinggi di dalam hatiku," lirih Andrew kedua matanya mulai berkaca-kaca ketika dirinya teringat akan sosok Anjani.
Hasta melihat ketulusan dari tatapan Andrew dia sangat menyayangkan mengapa harus dirinya yang dicintai bukan Andrew yang memiliki cinta sangat besar untuk Anjani.
"Sudahlah, jangan bahas jodoh. Aku hanya ingin fokus bekerja di sana. Kau baik-baik di sini kalau suami mu macam-macam hubungi aku nanti kakak langsung membawamu pergi bersama keponakan ku," ujar Andrew menatap sinis pada Hasta.
"CK, mulai lagi dia. Bagaimana aku akan macam-macam kehilangan Jesan selama lima tahun saja aku hampir gila dibuatnya," batin Hasta menarik sudut bibirnya menatap sinis juga pada Andrew.
Setelah drama melepas rasa rindu yang pastinya akan selalu datang saat keluarga Jesan pergi. Mereka pun mulai memasuki mobil masing-masing menuju bandara.
Semuanya melambaikan tangan salam perpisahan pada pasutri itu. Setelah itu Jesan dan Hasta memilih masuk kembali ke dalam.
"Tuan, apa kau tidak masuk kantor hari ini?" tanya Jesan.
"Rencana memang hari ini aku harus pergi ke kantor. Papa sudah memintaku dan semalam ia menghubungi ku," jawab Hasta seraya membaringkan tubuhnya di ranjang.
"Ngomong-ngomong saat kamu di penjara papa menemui ku, Tuan," ujar Jesan.
"Ya, aku tau. Aku yang menyuruhnya tapi memang papa sudah sangat ingin bertemu kamu. Menantunya yang bisa membuat aku sampai tergila-gila," seru Hasta mencubit hidung mungil sang istri.
"Ish, gombal banget. Buktinya aku ditinggal nikah saat aku ..." ucapannya terpotong saat Hasta menggenggam erat tangan Jesan dengan menundukkan kepalanya.
"Maaf, saat itu aku juga hampir putus asa mencari mu. Aku selalu datang ke kontrakan mu walaupun kontrakan itu sudah berbeda bentuk nya tapi tetap saja selalu terbayang akan kenangan kita di dalam rumah itu Jesan.
"Jauh dalam hati ini aku masih berharap kau selamat dan akan bisa menemukanmu ataupun kau datang menemui ku. Kalau saja Anjani tidak mengancam ku pernikahan itu tidak akan terjadi. Aku juga takut jika suatu saat kau datang menemui ku kau akan salah paham dan pergi dari ku. Benar saja kan saat aku melihatmu kau malah pergi dan tidak menemui ku karena pasti kau berpikir aku telah menikah dan melupakanmu,"
Jesan melepaskan genggaman tanga Hasta. Ia mengusap air mata yang lagi-lagi keluar dari matanya membasahi pipinya.
"Kau benar dan jujur hati ku sakit. Tapi sudahlah jangan dibahas lagi. Sekarang kita sudah bersatu dan memang berjodoh. Apalagi tanda cinta kita sudah tumbuh di dalam rahim ku," ujar Jesan.
Keduanya tersenyum Hasta mengelus lembut perut Jesan yang baru memasuki usia 3 bulan.
*
*
Enam bulan kemudian kehidupan Hasta dan Jesan selalu diliputi kebahagiaan. Apalagi Hasta sangat bahagia bisa mengikuti perkembangan calon anaknya. Saat di penjara Hasta berpikir jika harapan nya pupus kala ia menjalani masa hukuman dan tidak bisa menemanimu Jesan di masa kehamilannya.
Akan tetapi, ia bersyukur di pertemukan urang baik seperti Andrew. Walaupun sampai saat ini Hasta masih merasa bersalah atas kematian Anjani yang merupakan cintanya.
Saat ini mereka sedang berada di rumah sakit setelah pemeriksaan kandungan Jesan,"Sudah bulannya lebih baik kita membeli persiapan untuk kelahiran bayi kita nanti, sayang," saran Hasta.
"Baiklah, honey," Jesan kini tidak lagi memanggil Hasta dengan sebutan Tuan agar terbiasa.
Jika ia tetap memanggil Hasta dengan sebutan itu takut jika nanti anaknya lahir akan bingung dan ikut memanggil Ayah nya dengan sebutan 'Tuan'.
Tiba di sebuah Mall Hasta dan Jesan sibuk memilih pakaian bayi beserta aksesoris lainya. Hasta dibuat kalap karena memang sangat lucu-lucu dan ia yang paling antusias.
"Honey, jangan semuanya kamu ambil. memangnya kita mau membeli seisi toko ini," pekik Jesan.
"Habisnya semuanya lucu. Apalagi warnanya, sayang. Semuanya lucu-lucu kan kita ga tau nanti anak kita cewe apa cowo. Walaupun di USG cowo tapi yang warna pink ini bagus dan lucu sekali," ujar Hasta sangat antusias.
"Terserah kamu ajah lah, Honey yang penting cepat aku sudah lapar. Anakmu sudah minta makan," decak Jesan.
"Oh, baiklah. Kita langsung membayar nya ke kasir. Aku juga sudah lapar," sahut Hasta.
"Honey, apa kamu ga rindu mama. Udah enam bulan kita tidak bertemu mama mu. Kau bilang dia selalu menemui mu di kantor," tanya Jesan penasaran seraya menunggu pesanan makannya.
"Aku rindu tapi aku juga tidak terima perlakuannya padamu. Jadi, lebih baik jika dia tidak keberadaan ku di mana saat ini. Aku takut mama akan berbuat jahat lagi padamu,"
Makanan pun tiba, Jesan hanya diam dan tidak melanjutkan obrolannya dan memilih makan terlebih dahulu.
"Kamu mau udang, Honey?" tanya Jesan.
"Iya aku mau, tapi jangan banyak-banyak. kamu makan yang banyak," sahut Hasta.
"Iya, bawel," kesal Hasta dan pria itu hanya tersenyum saja melihat kelakuan istri kecilnya.
Kemudian setelah selesai berbelanja Hasta memutuskan untuk pulang. Karena Jesan juga sudah terlihat lelah.
"Cape ya, sayang. kamu masih ngantuk terusin tidur nya ya di kamar," Jesan hanya mengangguk karena entah mengapa tubuhnya terasa lemah.
Tong!Tong
"Biar aku aja yang buk kamu duduk dlu di sofa," Jesan menurut dan Hasta langsung membuka pintu.
Ceklek
Degh!
"Rupanya kau tinggal di sini?!"
*
*
Bersambung