NovelToon NovelToon
Perjalanan

Perjalanan

Status: tamat
Genre:Tamat / Bullying di Tempat Kerja / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Persahabatan / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: jauharul husni

Namaku Dimas dan kini aku sedang berada di pondok pesantren, sebenarnya aku tidak pernah berpikir untuk mondok bahkan dalam kehidupanku aku tidak pernah merasa kalau Tuhan selalu berada di dekatku.

Tapi setelah aku bertemu dengan salah satu anak bernama Bayu beberapa waktu lalu, aku jadi sangat ingin berada di dekatnya, aku tertarik pada kelakuan radikal yang selalu dia lakukan.

Kelakuannya inilah yang membuatku menyadari sesuatu, bagaimana kalau sebenarnya pertemuan kami ini bukanlah kebetulan, apakah sebuah keberuntungan jika aku berada di dekatnya dan terus mempelajari kehidupannya.

Ceritaku akan lebih berfokus pada sisi gelap dari suatu hal yang selalu kita anggap remeh, seperti pondok pesantren, semua orang juga tahu kalau tempat ini adalah tempat dimana orang orang beragama dilahirkan.

Tapi apa kalian pernah berfikir kalau tempat ini memiliki sisi gelap yang bahkan lebih busuk daripada tempat lainnya, bagaiman jika aku mengatakan kalau disana ada banyak sekali pembullyan dan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jauharul husni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

cara menghormati menurutku dan Bayu.

Seminggu kemudian sejak drama antara sahabat

"He, embungen disik ( Hei, cium dulu )." Aku yang baru kembali setelah dipanggil Bu Retno ke depan tanpa sengaja menginjak sebuah kunci dan gantungan kunci bergambar Kakbah milik salah satu perempuan di kelasku. Dia menatapku dengan penuh heran saat aku mengembalikan gantungan itu, aku pun begitu keheranan mendengar ucapannya, kenapa dia begitu mesum kepadaku, dari tatapannya saja sudah jelas kalau dia ini pecandu.

"Gendenga aku ngembung iku, mbok kiro aku pacarmu ta ( gila ya aku nyium benda itu, kamu kira aku pacarmu apa )." sontak aku langsung membalasnya pelan agar tidak didengar Bu Retno, aku melakukan ini karena tidak mau menciumnya walau secara tidak langsung, entahlah, sejak ada rumor mengenai Mahmud, hal itu membuatku mudah parno atau lebih tepatnya berpikir hal cabul. Cewek itu malah menertawai ku bersama dengan ketiga temannya, dia lalu menatapku kembali sembari menahan tawa. Aku juga ikut menatapnya dengan heran, apa yang salah dari omonganku tadi, begitulah pikirku, kini aku ditatap hampir seluruh mata karena keramaian yang para cewek itu buat.

"Yo diembong lah, kan awakmu mari ngidei Kakbah, biasane gak mbok lakoni ta pas ngerotohno kitab?, tak jelasno yo, ngembong kitab ta kakbak pas gak sengojo rotoh ta diidek iku bentuk penghormatan ( ya dicium lah, kan kamu sudah menginjak Kakbah, biasanya nggak kamu lakukan pada saat ngejatuhin kitab?, ku jelaskan ya, mencium kitab atau Kakbah pada waktu tidak sengaja jatuh atau diinjak itu suatu bentuk penghormatan)." Dia masih saja tertawa tidak jelas di hadapanku yang semakin lama semakin membuatku kesal, aku pada akhirnya menghembuskan nafas perlahan dan menyadari kalau dia hanyalah gadis caper yang hanya ingin diperhatikan.

"ngene Lo mbak, awakmu tak uruk i carane berpikir lurus yang baik dan benar. Siji, Kakbah iku omah, dadi ket awal dibangun yo kudu diidek baru isok melbu. loro, Kakbah ket biyen yo Nang ndisor cuman bentuk e seng gede karo gak oleh dileboni marai Kakbah iku koyok gaoleh diidak. Telu, kitab iku mek buku biasa, ditulis karo menungso, guguk Alquran seng diterbitno langit, dadi bah disuek ta diapak apakno yo gak masalah. Papat, carane ngehormati iku udu terlalu cinta nang suatu barang, yo mosok Kon rabi karo kitab, menungso jek akeh kok. terakhir alesanku gak ngembong Yo wediku mbok apak apakno embunganku engkok, basi aku yo isok jembek karo arek wedok seng Raine koyok tepung persis karo awakmu.

( Begini ya mbak, kamu akan aku ajari cara berpikir lurus yang baik dan benar. Satu, Kakbah itu rumah, jadi dari awal dibangun juga, ya harus di injak baru bisa masuk. Dua, Kakbah dari dulu juga juga ada dibawah, cuman dari bentuknya yang besar dan tidak boleh dimasuki membuat Kakbah itu seolah olah tidak boleh diinjak. Tiga, kitab itu hanyalah buku biasa, ditulis sama manusia, dan bukan Alquran yang diterbitkan oleh langit, jadi mau dirobek atau di apa apa in itu nggak masalah. Empat, caranya menghormati itu bukan terlalu mencintai suatu barang, ya masak kamu mau menikahi kitab, manusia aja masih banyak. Terakhir, alasanku tidak menciumnya ya karena aku takut kalau ciumanku akan kamu apa apa ini nanti, mau aku juga jijik dengan anak perempuan yang mukanya kayak tepung seperti kamu )."

Jawaban panjang Dewa membuat anak anak itu seketika terdiam sejenak lalu saling memandang satu sama lain, mereka semakin tertawa keras membuatku semakin jengkel sebelum akhirnya perhatianku teralihkan begitu Bayu dan Daffa dipanggil, aku sudah penasaran sejak tadi, apa yang akan dijawab Bayu didepan mengingat sikapnya yang sangat blak blakan. Bayu yang duduknya berada di paling belakang berjalan menghampiriku, dia sengaja memilih jalan luas yang sebenarnya menjadi tembok pembatas antara laki laki dan perempuan, tempat duduk kami sengaja terpisah dan menjauh antara laki laki dengan perempuan, ingat ini masih sekolah pondok.

"Cepatlah duduk anjing, mengurusi orang sok tahu bisa membuatmu stres, apalagi kalau mengurusi seorang pelacur yang tidak dapat menahan nafsunya, dia itu cuman cewek caper baperan yang dalam beberapa detik berganti mengawasi ku karena perkataan ku yang merupakan fakta." Bayu mengatakan hal itu dengan jelas yang langsung membuat suatu kemenangan di hatiku, aku mengangguk dan akhirnya pergi dari situ lalu duduk di tempat duduknya tanpa mempedulikan para cewek yang kini beralih menatap Bayu.

Kini Bayu yang di panggil ke depan untuk ditanyai beberapa hal, semua anak juga akan dipanggil begitu sudah urutannya, tapi kali ini Bayu dipanggil bersama Daffa, mungkin Bu Retno sudah tahu kalau mereka masih satu masa lalu. Para gadis itu menatap tidak terima sosok Bayu yang sudah mempermalukan mereka, mereka kini sedang membuat rencana rencana untuk bisa balas dendam kepada Bayu. Sekedar info, cewek cewek menyebalkan ini berjumlah empat orang, mereka mengira kalau mereka sedang bersahabat padahal salah satu anak itu telah menyogok mereka agar bisa berteman dengannya, pertemanan tidak sehat ini telah bertahan selama 2 Minggu sejak pertama kali kami anak baru masuk.

"Oke, saya dengar kalian berdua berasal dari sekolah yang sama dan juga guru bela diri yang sama. Aku ingin tahu bagaimana masa lalu kalian, terutama kamu, siapa namamu?" Pembicaraan khas para guru yang selalu menggunakan bahasa Indonesia saat pembelajaran, dia menatap sembari menunjuk tubuh besar Bayu, dia terus terusan menatap mata Bayu membuat mereka berdua kini sedang bertatap tatapan, mata Bu Retno sempat membesar saat detik pertama bertatapan. Daffa di samping Bayu hanya bisa diam saja dan menatap mereka berdua dengan ekspresi yang datar, tangannya sengaja dia sembunyikan di belakang tubuhnya agar tidak ditanyai perihal lukanya yang malah menguning.

"Begini ya Bu, saya sebenarnya sudah bosan bilang seperti ini, tapi tidak ada yang bernama Daffa disini, bahkan saya kesini itu hanya sendiri dan tidak bersama seseorang, kan ibu sendiri yang menyuruh kami datang sendiri sendiri." Bayu dengan kesal menatapnya semakin serius membuat Daffa disampingnya merasa tidak enak dan memundurkan langkahnya sedikit. Bu Retno mengernyitkan dahi, dia menoleh ke arah Daffa dan tidak merasa kalau Daffa itu tidak ada.

"Lah itu siapa?, kamu jangan membohongi saya ya, saya itu tidak mudah dibohongi." Bu Retno bernafas perlahan dan terlihat harus lebih bersabar menghadapi anak ini. Anak perempuan yang ada di belakangnya Bayu yang juga kebetulan berada di posisi duduk paling pintar, yaitu depan sendiri dan didekat guru, sedikit terkejut dengan pernyataan Bayu, dia juga bisa melihat Daffa dengan jelas dan kini dia sedikit bergumam yang tidak penting.

"Anjing, terserahlah ngentod, nggak peduli lagi gua sekarang, males banget gua nanggepin semua orang sekarang cok." Bayu dengan lantangnya bergumam yang dapat didengar jelas oleh Bu Retno, Daffa, dan anak perempuan di bangku paling depan, mereka terkejut dengan ucapan berani yang dia lontarkan kepada gurunya itu. Bu Retno seketika melotot ke arah Bayu yang sama sekali tidak Bayu pedulikan, dia tidak terlihat menyesali apa yang dia ucapkan. Eh iya, Daffa sebenarnya tidak terlalu terkejut, karena dia memang sudah terbiasa dengan sifat radikal Bayu.

"heh, cangkem mu, isok isoke mesa meso Nang ngarep gurune, ngong istighfar peng telur Saiki seng banter, awakmu iku gak tau ngehormatin guru ta yaopo seh." Dia menatapnya tajam begitu juga dengan Bayu, wajah Bu Retno memerah karena baru kali ini dia mendapati seorang murid yang sangat berani kepadanya tepat di satu harinya KBM.

"Hei dengar ya dasar dokter psikologi, kamu jangan terlalu pede deh, kamu ini bukan siapa siapa bagiku, aku bahkan nggak pernah nganggep semua yang maju didepan saat upacara hari pertama itu sebagai guru, mereka itu cuman manusia yang harusnya setara dan tidak saling menghormati juga tidak saling menyakiti, ngerti nggak?. Oh iya, bisa nggak jangan tanya tentang masa lalu? itu adalah hal yang tidak akan pernah kamu bayangkan."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!