NovelToon NovelToon
GITA & MAR

GITA & MAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Fantasi Wanita / pengasuh
Popularitas:4.2M
Nilai: 5
Nama Author: juskelapa

Gita yang gagal menikah karena dikhianati sahabat dan kekasihnya, menganggap pemecahan masalahnya adalah bunuh diri dengan melompat ke sungai.

Bukannya langsung berpindah alam, jiwa Gita malah terjebak dalam tubuh seorang asisten rumah tangga bernama Mar. Yang mana bisa dibilang masalah Mar puluhan kali lipat beratnya dibanding masalah Gita.

Dalam kebingungannya menjalani kehidupan sebagai seorang Mar, Gita yang sedang berwujud tidak menarik membuat kekacauan dengan jatuh cinta pada majikan Mar bernama Harris Gunawan; duda ganteng yang memiliki seorang anak perempuan.

Perjalanan Gita mensyukuri hidup untuk kembali merebut raga sendiri dan menyadarkan Harris soal keberadaannya.


***

Cover by Canva Premium

Instagram : juskelapa_
Facebook : Anda Juskelapa
Contact : uwicuwi@gmail.com

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

016. Pak Harris Yang R-nya Dua

Sejak dulu Gita selalu berkhayal soal kemampuan mentransfer ilmu pada orang lain dalam waktu singkat. Berkhayal andai ia bisa menghafal pelajaran hanya dengan meletakkan buku materi di kepala. Gita juga berkhayal bisa mentransfer kemampuan bekerjanya pada Monic yang selalu dikata super lambat di kantor. Dan semua khayalannya itu ia butuhkan saat melangkahkan kakinya masuk ke rumah Harris melalui pintu samping. Gita menyayangkan kenapa Mar yang asli tidak menyisakan sedikit pun skill yang ia miliki sebagai asisten rumah tangga sekaligus pengasuh putri Harris.

Sebenarnya ia ingin mendengar semua percakapan Harris, tapi Agung berkali-kali menunjuk pintu dan mengibaskan tangan di telinga. Isyarat bahwa ia tidak boleh mendengar percakapan majikan mereka. Mar mencibir dan masuk ke rumah.

Mas masuk rumah bagai seorang maling. Sedikit mengendap dan kepalanya celingukan bagai mencari sesuatu. Pintu samping tadi ternyata membawanya ke sebuah gudang atau semacam ruang serbaguna yang tersambung ke dapur.

Mar mematung di tengah dapur yang bersih dan terang seperti dapur yang baru lulus tantangan Harpic. Ia mencoba menghafal letak benda dan sontak memutar tubuh saat namanya diserukan.

“K-kamu siapa?” Mar sedang mengira-ngira sosok yang muncul dari remang ruang tengah. “Ternyata Mar mulai rabun. Biasa untuk ngeliat dari jarak sebegini aku masih bisa,” gumamnya.

“Kamu siapa?” ulang perempuan yang menyapa Mar di ambang pintu tengah. “Bercanda boleh aja, Mar. Tapi kalau sampai pura-pura nggak kenal namanya udah kelewatan.” Sosok perempuan itu berperawakan hampir mirip dengannya. Tidak tinggi dan tidak langsing.

Buset … ini si Harris nyari asisten rumah tangga apa syaratnya nggak boleh tinggi? Kenapa Mar dan yang ini spesifikasinya hampir sama? Sama-sama mini.

“Lama banget kamu balik ke sini. Tadi bilangnya sebentar aja. Kenapa lama? Kali ini yang kambuh Minah atau Samsul? Udah aku bilang ke kamu. Itu ibu dan anak cocoknya diracun aja. Terlalu baik, sih, kamu.”

Antara syok dan terkesima Mar belum beranjak dari tempatnya. Ia memilih kata-kata yang akan ia ucapkan pada orang yang sepertinya mengenal Mar dengan baik. “Mungkin nggak lama lagi bakal aku racun.” Mar menjawab dengan nada sok akrab. Lawan bicaranya malah diam.

“Yakin mau ngeracun Samsul? Sebelum ngeracun rumput aja kamu doanya lama. Sana ke kamar. Chika nyariin kamu dari tadi. Sebelum nemuin dia mending kamu bersih-bersih dulu terus beresin pakaian di kamar. Udah aku ambil dari jemuran. Sisanya giliran kamu yang beresin.”

Siapa nama perempuan ini? Salah ngomong bisa-bisa dia ngadu macem-macem ke Harris dan Mar bisa dipecat karena dicurigai. Aku nggak kenal dia.

“Kamu duluan ke kamar. Aku nyusul. Mau ketemu Chika dulu karena aku udah janji.” Mar mengangkat bahu lalu berjalan santai menarik rak di bawah bak pencuci piring. Hanya tebakan kecil bahwa rak itu tempat biasa menyimpan alat makan yang baru dicuci.

Mar mengambil gelas dan pergi menuju dispenser tinggi di sebelah kulkas. Mendengar nama Chika disebut, tenggorokannya tiba-tiba kering. Membayangkan ia akan lebih sering bertemu dengan Harris.

“Ya udah aku ke kamar duluan. Aku mau teleponan sama pacarku. Dia ngambek karena aku batalin semua janji hari ini. Abisnya banyak banget undangan kawinan. Kayak kompakan mau ngabisin hartaku.”

Aduh … ya udah pergi aja sana. Aku mau tau di mana letak kamarnya. Eh … tunggu. Aku kebelet pipis.

“Kalau aku mandi sebelum ketemu Chika kira-kira kelamaan nggak, sih? Atau aku pakai kamar mandi di kamarnya aja?” Mar menunggu reaksi wanita di depannya.

“Ya terserah kamu kalau berani mandi di kamar Chika. Siapa tau kamu bosen curi-curi pakai kamar mandi tamu. Kalau aku, sih, belum bosen. Entar kalau ketauan Pak Harris aku bakal jujur kalau bentuk WC kamar mandi pegawai tuh terlalu tinggi. WC jongkok, tinggi pula. Mirip mimbar. Tiap nongkrong berasa mau khotbah.”

Hampir saja Mar menyemprotkan air minum dari mulutnya. Ia mengatupkan mulut. Wanita di depannya benar-benar luar biasa. Baru bertemu tak sampai sepuluh menit tapi bicaranya sudah banyak sekali.

“Aku ke kamar Chika sekarang.” Mar harus mengakhiri obrolannya saat itu. Ingin tahu anak perempuan seperti apa yang bakal ia hadapi. Mar berjalan lurus melintasi ruang makan yang lampunya redup. Langkahnya hanya mengira-ngira di mana letak kamar anak perempuan yang akan diasuhnya. Gayanya yang sok tahu itu terhenti saat rekan kerjanya kembali berteriak dari belakang.

“Kamar Chika di sebelah kamar Pak Harris, Mar! Di lanrai dua! Mau ngapain kamu jalan ke depan?”

Mar langsung berputar. “Berisik banget, sih! Tadinya mau ngintip Agung. Jadi batal, deh.” Memalingkan wajahnya dengan cepat lalu menuju tangga dan menaikinya sambil bersenandung. Menurutnya dengan begitu seorang Mar terlihat santai di rumah tempatnya bekerja bertahun-tahun.

Rumahnya besar juga. Kira-kira apa pekerjaan Harris? Masa orang sekaya ini sanggup menduda hampir dua tahun? Laki-laki yang nggak kaya aja cita-citanya nikah minimal dua kali. Kira-kira kamarnya yang mana? Kamar anak-anak sepertinya lebih cocok diletakkan yang paling pojok? Mari kita lihat.

Mar terus berjalan melewati dua kamar dan memutuskan mengetuknya lebih dulu. Mar mulai mengetuk.

Tok! Tok! Tok!

Mar menunggu, tapi tak ada sahutan. Mar lalu kembali mengetuk tiga kali. Tetap tak ada sahutan. Ia lalu memutar handle dan menjengukkan kepalanya ke dalam.

Entah itu sebuah kesialan yang lain, atau entah itu keberuntungan. Kepala Mar menjenguk bersamaan dengan Harris yang baru keluar dengan lilitan handuk di pinggulnya.

“Hei!” seru Harris.

“Sorry, Pak! Sorry! Saya udah ketuk pintu tapi nggak ada sahutan.” Mar mundur dan seketika membanting pintu.

“Harusnya kamu tetap nunggu di luar sampai saya jawab, Mar! Tumben banget kamu!" Harris berteriak dari dalam.

“Sorry for being careless*!” Mar menjawab dengan suara yang sama tingginya. Tentu saja dengan suaranya yang mencicit. “Saya tadi mau tanya soal Chika.”

(*Sorry for being careless : Maaf karena ceroboh)

“Kamu bisa pakai telfon ekstensi di kamar Chika. Lagian kamar Chika di sebelah kamar saya. Saya pasti mampir ke sana sebelum dia tidur.” Ternyata Harris masih kesal dengan Mar yang tiba-tiba muncul melihatnya setengah telanjaang.

Mar mengeluarkan alasan yang melintas begitu saja di kepala. Ia masih berdiri menepuk-nepuk pelan dadanya karena ikut syok dengan pemandangan yang baru saja ia lihat.

Di balik pakaian kantor yang serius itu ternyata ada perut rata dan lengan penuh urat. Pacarnya baru pulang dan Harris langsung ke kamar mandi?

Semua info yang dibutuhkan Mar untuk bertemu Chika sudah didapatkannya. Mar langsung pergi mengetuk kamar yang terletak di sebelah kamar Harris dan juga tidak disahuti. Mar memutar handle pintu dan melongok ke dalam pelan-pelan.

“Chika?”

Dan kemudian Gita dalam tubuh Mar melihat pemandangan paling mengharukan yang pernah ia lihat. Seorang anak perempuan tertidur memeluk sebuah foto.

“Chika?” panggil Mar dengan lembut. Ia menghampiri ranjang anak perempuan empat tahun itu dan berjongkok di dekatnya. Mengambil pigura foto yang masih berada dalam dekapan Chika dan memandang foto itu sebentar.

*Ini istri Harris? Cantik. Tapi nggak secantik aku. Bukan karena aku narsis atau memuji diri sendiri. Tapi istri Harris memang nggak secantik aku. *

Mar meletakkan pigura foto di nakas. “Tidurnya udah nyenyak banget.” Mar membetulkan selimut Chika dan mengusap kepalanya dengan lembut selama beberapa saat. Sampai kali ini ia yang tidak mendengar Harris masuk ke kamar dan berdiri tegak mengawasinya.

“Chika sudah tidur dari dua jam yang lalu. Sejak sore tanya-tanya Mbak Mar. Kamu baru datang? Jenguk saudara kamu lagi?”

“Saudara saya? Gita yang cantik?" Pertanyaan itu membuat Mar langsung berdiri dengan mata membulat. “Bapak mau jenguk saudara saya lagi?”

“Saya mau ngobrol tapi di luar,” kata Harris, melirik putrinya yang tertidur lelap.

Mar teringat kejadian beberapa saat yang lalu. Tingkahnya tersebut tentu saja bisa membuat Mar yang asli kehilangan pekerjaan. Mar menyatukan tangannya di depan perut dan kembali menunduk hormat bak pelayan kerajaan. “Baik, Pak. Saya akan menyusul keluar setelah mengecek Chika.” Harris mengangguk seraya meringis samar.

Demi menunjukkan keseriusannya bekerja, Mar kembali merapikan selimut Chika dan membuat setelan lampu tidur. Mar lalu melihat Harris keluar kamar putrinya.

Sedikit terburu karena rasa penasaran Harris memanggilnya, Mar cepat-cepat keluar. Harris berdiri dengan dua tangan di saku celana. Setelah melihat Harris ganteng dalam kemeja, ternyata kaus oblong malah membuat Harris terlihat lebih muda.

“Mar …,” panggil Harris.

Mar berani bersumpah kalau rambut di tangannya berdiri saat Harris memanggil. Ia langsung terbayang dengan aktor empat puluh tahun favoritnya itu.

“Ya, Pak?” Mar menyahuti Harris dengan sangat lembut.

“Mar … sejak kapan kamu bisa berbahasa Inggris?” Harris mengerjap dengan dagu sedikit terangkat menunggu jawaban Mar.

To be continued

1
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
wkwkwk kok lucu ucapan surti
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
pembantu nya keren kan
azkayramecca
terima kasih kak Njus🙏❤️
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
sungguh kalian berdua berbeda bagai langit dan bumi
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
pabalikbek, lieur dah wkwkwk
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
bingung ya pak Harris
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
kalau kangen orang yang telah tiada susah ketemu walaupun dalam mimpi
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
jawaban yang gak masuk di akal
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
apa hubungan nama panggilan dengan pusing, anneh pak Harris ini
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
bingung kan pak Harris
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
woww bahasa nya keren
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
ini gita banget, mar gak berani seperti itu
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
wkwkwk gak mempan ya
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
siap siap kena omel nih
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
wkwkwk mar pasti terpesona nih
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
bahasa mu mar, ketinggian buat jaya
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
sesekali di beri pelajaran tante mona, sama keponakan sendiri sadis
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
sirup rasa markisa, bukan markisah
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
manusia gak akhlak segitu nya ke anak kecil
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
tauan saja, kalau orang kesepian banyak bicara wkwkwk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!