Let'S, Divorce

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Tak ada lagi tegur sapa antara pasangan suami istri muda tersebut sampai hari akhir mereka sekolah di ujung minggu. Rencana satu minggu di rumah Andra dan Viana pun sepertinya tak lagi berlaku karna keduanya kembali tinggal di rumah masing-masing. Dan sialnya, semesta mendukung dengan menambah kekacauan dalam hati pemuda tampan itu.

Ia yang sejak awal tak di restui oleh keluarga Haura kini semakin sulit untuk banyak menghabiskan waktu dengan gadis kesayangannya karna Haura kini di antar jemput langsung oleh ayahnya sendiri.

Drrrt... drrtt... drrtt.

Getaran ponsel di saku celana membuat Andra dengan cepat merogohnya, ia mengambil benda pipih itu lalu membuang napas kasar saat melihat nama di layarnya.

"Hallo, Mih."

"Andra, sudah pulang, Nak?" tanya Mamih di sebrang sana.

"Belum, baru mau, kenapa?"' si bungsu tentu langsung balik bertanya.

" Bawa Viana ya, Mami kangen istrimu, Mami ingin ada teman di rumah," mohon wanita paruh baya tersebut.

Andra yang sebenarnya sudah bisa menebak hanya bisa membuang napas kasar lagi. Sakit rasanya karna belum bisa menuruti keinginan sang pemilik Surga untuknya itu. Tapi, ia tak bisa terus memaksa jika Viana tetap kekeuh tak ingin ikut dengannya. Bahkan, beberapa kali tak sengaja berpapasan pun gadis itu memilih memutar arah.

Sedih sudah pasti di rasakan oleh Andra karna ia lebih senang berdebat tapi masalah selesai, di banding harus berdiam diri berhari-hari seolah menunggu bom waktu kapan siap untuk meledak.

"Nanti Andra coba ya, Mih."'

" Iya, Sayang. Semoga Viana mau lagi ya bertemu dengan Mami," jawab wanita itu yang semakin membuat hati Andra mencelos sakit.

Sambungan telepon pun terputus, Andra mencari sosok Viana yang akhirnya terlihat oleh Andra yang baru mau memasuki toilet wanita. Setahu Andra jam segini ia sudah pulang, tapi sudah lewat 20 menit, nyatanya sang istri masih berada di sekolah.

"Viana belum di jemput kah?" gumam Andra, ia langsung mencari tempat aman agar bisa bicara berdua dengan Viana.

Pernikahan mereka tentu masih di rahasiakan, yang semua siswa siswi dan dewan guru tahu tentu ia adalah kekasih Haura sejak kurang lebih dua tahun. Entah apa yang akan terjadi jika apa yang di sembunyikan akhirnya terkuak, meski pun hari itu tiba, ia harap usai kelulusan sekolah nanti saja.

Hampir 15 menit menunggu, Andra akhirnya berhasil menarik tangan Viana saat gadis itu keluar dari toilet yang syukurnya sepi dan seorang diri. Jangan tanya betapa kagetnya Viana karna ia sampai membulat kan kedua mata dan mengusap dadanya, Andra yang menarik secara tiba-tiba tentu membuat kaki Viana sedikit nyeri lagi.

"Maaf, gue ngagetin lo ya?" tanya Andra penuh sesal.

Viana hanya diam meski rasanya ia ingin mengiyakan meski hanya dengan sebuah anggukan kepala. Tapi, ia ingat dengan janjinya sendiri yang tak akan bicara apapun lagi dengan Andra sampai waktu yang tak berbatas.

"Mami tadi telepon, dia minta gue bawa lo pulang. Kali ini gue mohon mau ya seegaknya demi Mami, bukan gue," ujar Andra yang sudah membuat Viana bersandar di tembok.

"Nanti aja, aku sama Bunda kesana, gak perlu aku aku ikut kamu," jawab Viana yang jelas menolak.

Andra menarik napas dalam-dalam, harus seperti apa lagi usahanya menaklukan hati Viana agar semua baik-baik saja seperti biasa.

"Vi, gue minta maaf,"

.

.

.

Maaf mu hanya bayangan, karna biasanya akan terulang setelah semua tenang...