Bercerita tentang seorang permaisuri bernama Calista Abriella, yang telah mengabdi pada kekaisaran selama 10 tahunnya lamanya. Calista begitu mencintai Kaisar dan rela melakukan apa saja untuknya, namun cinta tulus Calista tak pernah berbalas.
Sampai suatu peristiwa jatuhnya permaisuri ke kolam, membuat sifat Calista berubah. Ia tak lagi mengharap cinta kaisar dan hidup sesuai keinginannya tanpa mengikuti aturan lagi.
Kaisar yang menyadari perilaku Calista yang berbeda merasa kesal. Sosok yang selalu mengatakan cinta itu, kini selalu mengacuhkannya dan begitu dingin.
Akankah sifat Calista yang berbeda membuat kaisar semakin membencinya atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kleo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 - Bisakah Memulai Kembali?
Setelah kepulangannya dari Tibelia, Calista langsung melaporkan segalanya yang terjadi, kala itu waktu telah menjelang malam, dan keduanya masih berada di ruang kerja kaisar.
“Anda harus menindak tegas orang-orang yang mengelapkan uang pajak di Tibelia.”
“Aku tidak menyangka jika Tibelia separah itu, aku akan segera memprosesnya.”
“Ya, saya juga ingin Anda kembali mengirim bantuan untuk penduduk di sana, mereka masih membutuhkan bahan pangan.”
Leonardo mengangguk.
“Baiklah kalau begitu saya permisi Yang Mulia, semoga hari Anda menyenangkan.”
“Tunggu, tunggu sebentar. Aku ingin membicarakan sesuatu padamu,” cegat Leonardo melihat sang istri mulai berbalik.
“Apa yang ingin Anda bicarakan?”
“Sebelum itu duduklah dulu, baru aku akan menceritakannya.”
Tanpa kata Calista mengikuti apa yang dipinta Leonardo. Ia duduk di kursi kosong dan menatap sang suami dengan wajah serius.
“I-ini tentang Selene.”
Calista menghela nafas “Sudah saya duga, pasti Anda ingin membujuk agar saya melupakan apa yang terjadi dan menghapus masa hukumannya.”
“Tidak bukan begitu. Ini tentang pembunuh bayaran.”
“Calista dengarkan aku, sebenarnya Selene adalah putri dari kerajaan yang aku runtuhkan, ia membantuku untuk menghancurkan kerajaannya sendiri, dengan syarat memberikannya posisi penting di Lezarde.”
“Karna pengihanatannya para pengikut kaisar marah. Segala cara mereka lakukan untuk membunuh Selene, salah satunya dengan mencoba membunuhmu, dengan begitu maka Lezarde tidak menganggap mereka sebagai ancaman kecil.”
“Tapi jangan khawatir hal itu tak akan terulang lagi, aku sudah membereskan semuanya.”
“Juga aku mohon padamu, agar Selene ikut serta dalam perbauran kali, dia sedang hamil tolong hapus saja masa hukumannya.”
Lagi dan lagi, Calista merasa sesak mendengar perkataan Leonardo, seolah seribu panah telah menghunjam dadanya di saat bersamaan.
Lagi-lagi perasaan ini. Calista.
Calista menunduk sesaat, ia tertawa hampa, “Ha, ha, pada akhirnya Anda selalu membela setiap kesalahannya.”
“Baiklah, aku menghapus hukuman Selene, tapi jangan menyesal atas permintaan Anda.”
Sang permaisuri langsung beranjak dari duduknya, Calista membuka pintu dengan keras dan pergi meninggalkan Leonardo, tanpa mengucap salam sepatah kata pun.
“Calista!”
“Calista tunggu!”
Leonardo segera berdiri dan mengejar Calista yang berjalan dengan cepat.
“Abella!”
“Abella dengarkan aku!”
Leonardo langsung memegang lengan Calista dan mencegatnya.
“Menyingkirlah dari jalan saya yang Mulia.”
“Tidak, aku tidak akan menyingkir sampai kau mendengarkanku.”
“Apa lagi yang bisa saya dengar dari Anda. Semuanya sudah jelas bukan?”
“Abella, dengarkan aku sekali saja.”
"Kita baru memulai semuanya Calista, kenapa kau begitu dingin?"
"Memulai? Baru memulai Anda bilang? Lantas Anda anggap apa pengabdian saya selama ini yang Mulia. 10 tahun bukan waktu yang sebentar!"
"Katakan pada saya yang mulia, Anda menganggap apa perjuangan saya selama ini?”
“Apa Anda hanya menganggap saya sebagai angin lalu? Katakan pada saya Yang Mulia, Anda anggap apa saya selama ini? jangan diam saja!”
Leonardo tetap diam, wajahnya sendu menatap sosok Calista.
Calista tertawa hampa "Betapa bodohnya saya, mencintai seseorang yang bahkan tak menganggap keberadaan saya."
"Maafkan aku Abela, bisakah kita mengulang semuanya dari awal? Aku berjanji akan memberikanmu apa saja yang kau inginkan. Emas, mutiara, berlian, aku akan memberikannya padamu.”
"Mengulang semuanya? Itu tidak mungkin, Yang Mulia. hubungan kita sudah hancur sejak awal, tidak ada yang bisa di perbaiki, dan lagi, apa dengan benda-benda itu bisa menghapus semua penderitaanku?
"Anda yang tahu yang mulia? Di saat saya sangat membutuhkan bantuan Anda, di saat saya hampir meregangnya nyawa, saya melihat mata yang memandang saya dengan sinis.”
Calista memandang wajah Leonardo dengan amarah, mata itu bahkan hampir tak dapat membendung tangisnya. Kemarahan dan kesedihan bercampur menjadi satu.
"Bahkan sampai sekarang orang itu mempercayai pelakunya. Dan dengan berani orang itu ingin memulai lagi segalanya. "
“Saya tidak habis pikir, seperti apa jalan pikirannya.”
Calista pun mulai melangkahkan kakinya kembali, meninggalkan sosok yang terdiam setelah disadarkan akan fakta.
"Kenapa kau begitu berubah Calista? Dulu kau selalu mengatakan cinta padaku, tapi sekarang untuk berbicara denganku pun kau menggunakan bahasa formal.”
Calista berhenti, ia kembali menengok ke belakang, dan menatap sosok kaisar, tampak senyum hampa timbul di wajahnya.
"Singkat saja Yang Mulia, saya sudah tak mencintai Anda lagi!"
‘Deggg’
Mendengar perkataan Calista, Leonardo merasakan sakit di dadanya, sama seperti apa yang dirasakan Calista.
Leonardo kembali terdiam, nanar matanya meredup melihat punggung Calista yang perlahan menjauh darinya. Angin yang bertiup menerpa seolah menjadi penghibur bagi keduanya yang sama-sama terluka.
Wanita itu tak peduli dengan pria yang masih mematung di tempatnya, ia menghentikan langkahnya sesaat, menetralkan perasaannya yang campur aduk dan nafasnya yang tak beraturan karna marah.
Calista segera menghapus air mata yang mengalir di pipi, dan pergi menuju istananya. Tanpa ia tahu jika Aaron telah mencuri dengar pertengkarannya dengan Leonardo.
Pria itu bersembunyi di kegelapan, dan saat melihat punggung Calista berlalu, sebuah senyum muncul di wajahnya, seolah ia sangat bahagia mendengar penolakan Calista akan Leonardo.
Sedangkan Leonardo sendiri, ia masih mematung di tempat. Mengingat kembali masa lalu seperti apa ia memperlakukan Calista dulu.
“Maafkan aku Calista.”
“Maafkan aku.”
...****************...
Calista yang sampai di istananya, untuk sesaat terdiam menatap langit malam dari balkon. Ia merasa semuanya semakin rumit, entah itu perasaan atau permasalahan yang terjadi kini, semua mengingatkan dirinya jika ia hanya seorang diri.
“Kenapa semuanya begitu rumit hanya karena cinta?”
Wanita itu berjalan menuju nakas, membuka laci dan mengambil secarik kertas lusuh dari dalamnya. Surat perceraian yang dua tahun lalu diberikan Leonardo.
Baru kali ini ia memberanikan diri untuk melihat kembali surat tersebut. Calista mengambil pena bulu dari meja kerjanya, dengan tangan yang bergetar Calista ingin menandatanganinya.
Akan tetapi suara Theo yang begitu manja muncul dalam ingatan Calista. Calista membayangkan tawa dan senyum putranya berubah menjadi kesedihan jika nanti ia tahu perceraian tersebut.
Wanita itu pun mengurungkan niatnya, ia memang ingin bercerai hanya tinggal menandatangani surat tersebut maka resmilah keduanya bercerai, tapi Calista ingin sekali menghabiskan waktu bersama putranya lebih lama.
Sebenarnya Calista ingin membawa Theodore pergi bersamanya, tapi ia tidak ingin menghancurkan masa depan putranya yang telah tersusun rapi.
“Sebentar lagi, hanya sebentar saja Calista.”