Niat hati ingin memberikan kejutan di hari pernikahan. Hatinya hancur berkeping-keping di saat sang suami lebih memilih meninggalkannya di bandingkan bertahan di dalam pernikahan.
Pertemuannya Alex dengan wanita bernama Eliza menggoyahkan hati pria itu, padahal pria itu sudah beristri yang tak lain pelakor dalam hubungan Eliza.
Jerat pun mulai Eliza lakukan demi membalas rasa sakit yang dulu pernah Mauren lakukan.
Bagaimana kisah mereka bertiga? akankah hubungan Eliza dan suami orang diresmikan atau justru karma Eliza tuai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 - Dia?
Alex seketika terpaku pada wajah wanita yang tengah meringis kesakitan, jantungnya berdetak kencang kala mengetahui siapa orang yang ada di sana.
Seketika rasa bersalahnya kembali hadir menghantui disaat bayangan kelam malam itu berseliweran terus berputar di benaknya bagaikan kaset. Rasa yang selalu menghantuinya sampai saat ini, rasa yang membuatnya terus memikirkan wanita itu, rasa yang enggan hilang dari dalam dirinya.
Rasa bersalah atas kesalahan yang ia lakukan kepada wanita yang sedang dikerumuni orang-orang, rasa gelisah saat mengetahui jika wanita itu ada di hadapannya tak jauh dari pandangan mata, rasa yang membuatnya tidak bisa merasakan ketenangan dalam melakukan kegiatan, dan rasa bersalah karena tidak ada disaat wanita itu pulang.
Ingatkah kalian pada peristiwa malam naas yang menimpa Eliza, dialah pria yang sudah menabrak Eliza hingga wanita cantik itu mengalami kecelakaan dan keguguran.
Alexander Abraham adalah orang yang sudah menabrak Eliza, dan saat ini pria itu tengah mematung memperhatikan wanita yang membuatnya tidak tenang.
"Eliza kamu tidak apa-apa?" Celine berteriak panik seraya berlari menghampiri Eliza yang tengah terduduk di aspal sedang meringis kesakitan memegangi sikutnya yang terluka lagi. Lukanya pun pas banget di bagian yang dulu pernah terluka.
"Eliza!" Alex bergumam semakin di buat terkejut oleh panggilan itu. Alex menjadi teringat pada nama yang ia ucapkan ketika dirinya di tanya mengenai siapa nama pasien. Eliza, nama asal ucap karena menyukai nama itu tapi ternyata itu adalah nama asli dari wanita yang ia tabrak.
Kenan, sang asisten terus menelisik wajahnya Alex. Pria tinggi berwajah indo itu terus memperhatikan kemana arah mata bosnya tertuju dikarenakan tatapan itu begitu penuh keterkejutan.
"Bos, jadi kan mampir membeli kopi?" tanya Kenan menanyakan sekaligus memberikan kesempatan untuk membuat Alex tersadar.
Tidak ada jawaban yang di terima Kenan kecuali diamnya Alex tanpa suara. Kenan sendiri dibuat bingung dan sesekali melirik wanita yang tengah di bantu oleh orang-orang berdiri.
"Alex!" Sekali lagi Kenan menyadarkannya, namun tetap saja tidak membuat Alex tersadar dari lamunan menatap serius wanita cantik di sebrang jalan.
"Alex lo kesambet apa? Hantu cantik kah? Hantu patung karena diam bagaikan patung? Atau terpesona pada pandangan pertama kepada wanita cantik yang ada di sana?" tanya Kenan merubah ucapan layaknya seorang teman. Selain bekerja Kenan juga merupakan teman dekat Alex.
"Ayo ku bantu bangun?" Celine mencoba membantu Eliza dan di bantu beberapa orang yang ada di sana untuk menepi di pinggir jalan.
"Kamu tidak apa-apa?" Celine bertanya kembali seraya memeriksa keadaan Eliza.
"Aku tidak apa-apa, Celine, tapi tangan dan kakiku cukup sakit. Ssttt aww..." Eliza ini aneh, katanya tidak apa-apa tapi malah bilang tangan dan kakinya sakit dan juga meringis kesakitan.
"Kamu ini bagaimana, bilang tidak apa-apa tapi kamu malah meringis kesakitan. Sekarang kita bantu ke rumah sakit. Takutnya luka kamu ini infeksi jika tidak di obati oleh dokter." Celine bersiap berdiri membantu Eliza memapah tubuhnya.
Alex yang sedari tadi berdiam diri memperhatikan wajah Eliza dengan penuh keterkejutan, kini ia langsung berlari dengan tergesa menghampiri. Hal itu membuat Kenan semakin kebingungan di karenakan Bos nya itu sungguh terlihat aneh.
"Bos mau kemana?" Kenan berusaha mencegah tapi Alex tidak menghiraukannya.
Pria itu justru langsung berjongkok di hadapan Eliza. "Kamu tidak apa-apa? Apakah kamu terluka? Jika iya saya akan membawamu ke rumah sakit sekarang juga." Alex memperhatikan setiap luka yang ada di kaki dan tangan Eliza.
"Sudah, Tuan. Mending kamu bawa saja dia. Lukanya cukup membuat dia meringis kesakitan," ujar orang-orang yang ada di sana.
Eliza sempat heran pada pria yang sedang terlihat panik saat menatap luka yang ada di kaki dan tangannya. Eliza tidak mengenali siapa pria itu karena ia memang wanita yang kurang update mengenai berita di sana. Dia menunduk memperhatikan bagaimana cara Alex memperhatikan luka-luka bekas barusan. Dia di buat bertanya-tanya siapa yang pria tampan yang ada di hadapannya.
"Kita harus kerumah sakit, saya tidak mau terjadi apapun lagi kepadamu!" ajak Alex tanpa menyaring suaranya di.
Eliza dan Celine dibuat terkejut dan tidak mengerti maksud dari perkataan Alex.
"Kamu bilang apa? Mau membawaku ke rumah sakit?" Eliza di buat bingung sekaligus atas sikap pria asing di hadapannya.
Alex mendongak, memandangi mata Eliza yang sedang menunduk tak jauh darinya. Keduanya saling memandang satu sama lainnya hingga suara Celine mengagetkan kedua orang itu.
"Ini bagaimana kelanjutannya? kapan Eliza dibawa ke rumah sakitnya?" kata Celine.
Eh...
"Sekarang juga saya akan membawa wanita ini."
"Tidak perlu mengkhawatirkan diri saya, Pak. Pasti nanti juga ini akan sembuh dan tidak perlu repot-repot ke rumah sakit. Hanya luka lecet saja tidak sampai harus menghebohkan beberapa rumah sakit. Kalian tidak repot-repot dan tidak perlu mengkhawatirkan saya." Eliza menolak tegas pria yang ada di hadapannya.
"Tidak khawatir bagaimana, tuh lihat lutut kakimu berdarah, dan mana lagi?" Alex langsung meneliti setiap tubuh Eliza dan langsung mengambil tangannya kemudian pria itu berkata, "Lihatlah! tanganmu juga terluka, pokoknya kita kerumah sakit titik!"
Tanpa di duga, Alex menggendong Eliza ala bridal style. Eliza terlonjak kaget begitu kuat dengan Celine dan juga Kenan.
"Maaf pak, Anda tidak bisa seenaknya membawa Eliza. Dia datang dengan saya dan juga harus pergi dengan saya." Celine protes atas tindakan yang dilakukan Alex terhadap Eliza.
"Maaf Mbak, kamu juga tidak perlu ikut campur tentang Bos saya ini! Lebih baik Anda membiarkan rekan Anda ini diobati daripada dibiarkan infeksi." Kenan mencegah Celine mendekati Eliza dan Alex.
"Hei, kamu jangan coba-coba mencegah saya. Dia datang dengan saya dan tidak mungkin juga saya membiarkan kalian membawa Eliza tanpa kami ketahui siapa kalian ini?" Celine menatap sengit pria itu.
"Turunkan saya! Saya tidak ingin kamu bawa ke rumah sakit!" pinta Eliza memberontak ingin turun tapi malah di bentak kecil oleh pria itu.
"Diam! Cukup turuti semua perkataan saya!" Alex sampai mengeraskan suara agar Eliza diam tidak menolaknya.
"Kamu yang diam! Saya tidak tahu siapa kamu dan kita tidak pernah bertemu tapi kamu sudah seenaknya menggendong saya," beo Eliza menggeram kesal.
Dia pun terus bergerak meminta Alex menurunkannya. Namun, tubuhnya terasa sulit dikarenakan Alex begitu kuat tidak melepaskannya.
"Ssstttt diam!" Saking kesalnya kepada wanita yang tengah mencoba turun dari gendongannya, Alex sampai membungkam bibir Eliza menggunakan bibirnya.
Cup...
"Bodoh! Kenapa begini?"