Sejak awal pernikahan,kehadiran Deandra tak pernah di anggap oleh suaminya, bagi athar dia hanyalah istri di atas kertas, terlebih statusnya hanya sebagai "pengganti" kakaknya yang seharusnya menikah dengan athar namun menghilang di hari pernikahan dan Dea lah yang akhirnya menjadi istrinya athar.
Berbagai usaha telah Deandra lakukan untuk meluluhkan hati sang suami, namun tak pernah terlihat sama sekali di mata athar.
Hingga akhirnya kesabaran Deandra mulai terkikis dan dia memilih untuk menyerah lalu mulai merubah sikapnya sama seperti sikap athar padanya, hal itu membuat athar merasa kehilangan, seperti ada sesuatu yang kurang yang selalu mengisi kesehariannya.
Perlahan sikap athar mulai berubah untuk meluluhkan sikap deandra kembali, di tambah persaingan cinta yang tanpa diduga muncul, membuat keduanya mulai menyadari perasaan masing-masing, lalu bagaimana kah akhirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
05
Athar mengendarai mobil yang membawa mereka dengan kecepatan tinggi, hal itu membuat Deandra semakin merasa ciut. Seumur hidup mengenal lelaki ini belum pernah Dea lihat Athar yang semarah ini.
"Katakan lah sesuatu padaku mas, agar aku mengerti apa yang membuat mu bisa semarah ini? "
Dea bertanya dengan nada lembut namun athar menatapnya dengan sorot mata yang tajam.
Untuk sesaat mereka saling bersitatap, Dea memandang nanar air matanya seperti berdesakan ingin keluar meski ia menahannya sekuat tenaga, dia terlalu takut dengan kondisi seperti ini.
Sejak dulu Dea paling tak bisa menghadapi situasi begini, trauma masa kecil karena kekerasan yang kerab di lakukan ibu sambung serta kakaknya yang ikut mengompori membuat Dea rapuh, ia tak memiliki banyak keberanian, penindasan perundungan itu membuat ia tertekan meski sebenarnya bisa melawan namun trauma nya bisa membekas bahkan sampai sekarang, hingga membuatnya menjadi gadis yang tak memiliki kepercayaan diri dan selalu takut.
Sejak awal ia bertanya athar tak menunjukkan gelagat untuk menjawab pertanyaannya, Dea lelah selalu di abaikan dan kehadiran nya tak pernah di anggap penting.
"Cukup mas, aku tak bisa seperti ini terus! "
Teriakannya sukes membuat athar menghentikan mobil secara mendadak hingga tubuh mereka sempat terombang ke depan.
"Jujur aku lelah Dera, bisakah kau diam dan turuti saja ucapan ku?!" athar mulai membuka suara.
"Jika kamu diam seperti ini terus apakah permasalahannya bisa terselesaikan? " Dea menatap marah, cukup sudah, ia tak tahan lagi.
Melihat athar yang hanya membisu membuat Dea tersenyum getir. "Aku anggap kebungkaman mu adalah tanda jika kau adalah seorang pengecut! "
Dea kemudian keluar dari mobil hal itu membuat athar terkejut hendak mengejarnya namun gadis itu segera berkata lagi dengan nada ancaman.
"Jika kamu mengejar ku aku tak akan kembali ke rumah. "
Athar berdecak inilah sifat yang tak dia suka dari Deandra gadis itu terlalu kekanak-kanakan sejak dulu berbeda dari Ranty yang selalu bersikap dewasa, sangat bertolak belakang padahal mereka kakak beradik.
Akhirnya athar memilih diam saja meski terlihat Dea yang mencak- mencak athar hanya mengawasi gadis yang kini berjalan seorang diri di sepanjang trotoar jalan sedangkan ia hanya bisa mengikuti dari belakang dengan mengendarai mobilnya secara pelan- pelan.
Barulah sampai ketika Dea menyetop sebuah taksi dan masuk ke dalam nya athar bisa menghela nafas lega, apalagi taksi itu berjalan menuju ke rumah mereka.
Setidaknya ucapan Dea tadi hanya ancaman jika gadis itu benar-benar pergi dari rumahnya apa yang akan athar katakan pada ayahnya nanti.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Saat sudah sampai rumah, athar melihat high heels Deandra yang sudah berada di rak sepatu itu berarti wanita itu sudah ada di dalam rumah.
Ketika masuk, alangkah terkejutnya athar saat melihat isi kamar mereka sebagian barang- barang Dea dan baju- bajunya tidak ada, athar panik bagaimana jika gadis itu beneran minggat?
Untuk sejenak athar terdiam seperti mengingat sesuatu lalu kemudian pria itu masuk ke dalam kamar tamu dan benar saja ternyata dea sudah menjadikan kamar tamu itu sebagai kamarnyakamarnya sendiri.
Menghela nafas sejenak athar kembali ke kamarnya, entah sekarang otaknya terlalu di sumpal banyak sekali masalah entah karena pekerjaan ataupun soal Deandra.
Ia biarkan sejenak situasi ini, bukannya dia terus bungkam seperti yang di katakan Deandra hanya saja terlalu sulit untuknya mengutarakan apa yang di rasakan nya.
Lalu kemudian waktu berjalan seperti air, setelah malam itu hari- hari yang mereka lalui tak lagi sama, Deandra yang berhenti cerewet dan mengabaikan athar sukses membuat pria itu uring- uringan.
Tak ada lagi Deandra yang akan membangunkannya di pagi hari, tak ada lagi senyuman gadis itu yang selalu menemani hari- harinya, Deandra tak pernah l agi memasak untuknya ataupun menyiapkan bekal makan siang, tak ada lagi Deandra yang selalu menyiapkan segala kebutuhan athar semuanya di gantikan bi nah.
Padahal dulu tugas bi nah hanya bersih- bersih rumah bdan memasak karena deandra mengatakan ingin menyiapkan segala kebutuhan athar dengan tangannya sendiri.
Tapi kini semuanya berubah.
Bahkan semakin parah ketika mereka mulai jarang bertemu meski tinggal di satu atap yang sama, deandra seolah menghindar setiap kali mereka bertemu atau berpapasan.
Athar tak nyaman, seperti ada sesuatu yang kurang yang kini menghilang dan pergi perlahan meninggalkan hidupnya. Keseharian nya tak lagi sama.
Bahkan kini kesempatannya untuk berbicara dengan deandra pun tak ada. Gadis itu seolah mengunci dirinya sendiri dan tak membiarkan athar untuk menemukan kuncinya.
Pagi ini athar kesiangan, dia telat bangun karena bi nah tak ke rumah entah sebab apa. Alhasil pria berbadan atletis itu terburu- buru untuk bersiap pergi ke kantor.
Namun ada saja hal yang membuatnya jengkel entah karena kemeja kerja yang belum di gosok, tas dan dokumen kerjanya yang berserakan hingga ia membutuhkan banyak waktu untuk membereskannya dan sekarang dasinya yang tak bisa di pakai.
"Ck, kenapa susah sekali! " gerutunya menarik dasi di lehernya yang sejak tadi tak bisa di simpul.
Di saat seperti ini dia membayangkan deandra yang akan segera datang ke arahnya dan membantu kesulitan nya ini.
"Sini aku Pakaikan mas. "
Gadis itu akan cekatan menyimpulkan dasinya hingga rapih.
Lalu dia akan berkata. "Nah sudah selesai. "
"Mas tas mu sudah aku bereskan. Nih."
"Mas aku sudah siapkan bekal siang juga untuk mu jangan sampai lupa lagi. "
"Sepatunya sudah ku siapkan di luar ya. "
"Mas.
"Mas."
Membayangkannya hingga tanpa sadar membuat athar melamun bayangan Deandra yang di depan mata dan melakukan segala rutinitas paginya seketika lenyap dalam kedipan mata.
Athar membuang nafas kasar, baru dia sadari sebesar itu kontribusi dan pengaruh Deandra dalam kehidupan sehari-hari nya, namun sekarang semua telah berubah tersisa kenangan yang selalu berputar- putar di kepalanya.
Kosong, hampa hanya itulah yang dia rasakan saat ini.
Meski masih tinggal dalam satu atap namun jarak di antara mereka terasa sangat jauh.
Moodnya untuk berangkat ke kantor buruk hingga athar memutuskan untuk ijin cuti hari ini. hal yang jarang atau tak pernah dia lakukan sebelumnya.
Athar berganti pakaian menjadi setelan rumah santai, ketika keluar kamar yang kini hanya di tempatinya sendiri dia melihat kamar di sebelah tertutup rapat.
Apakah Dea belum bangun? dalam hatinya dia bertanya- tanya.
Hingga siang, athar baru melihat Deandra di rumah dengan banyak barang belanjaan, sepertinya gadis itu baru habis dari pasar begitu pikirnya.
Drtt
Drrt!
Ponselnya berbunyi, dari nomor sang ibu, athar lekas mengangkat nya.
"Halo nak. " suara di sebrang telepon.
"Iya bu. " athar menjawab lembut.
"Nanti agak sorean ibu dan adik mu akan ke rumah, kamu tidak sibuk kan? "
"Tidak bu. "
Seperti biasa ibu dan adiknya memang akan selalu berkunjung ke rumahnya bahkan tak jarang mereka akan menginap untuk beberapa hari.
"Baguslah, karena ibu akan memberitahukan mu kabar gembira. "
"Apa itu? "
"Nanti ibu kasih tau. "
Suara ibunya begitu senang membuat athar sedikit penasaran.
"Baiklah."
"Ya sudah ibu tutup ya. "
Tut! telepon terputus.
Athar menghela nafas pelan.
Kabar gembira apa yang di maksud ibunya itu?
semua hal2 baiknya..