seorang anak yang memiliki kelebihan bisa mendengarkan bisikan-bisikan dari alam dan hewan-hewan, hingga dia dianggap gila oleh warga desa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hambali balon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10 : Perihnya Perpisahan (Bab Khusus)
sebuah bangunan yang sudah dibangaun dengan indah begitu saja hancur seketika waktu mendengar berita yang memekakkan telinga, saat itu amel melihat gelagat ayu yang anek membuat amel sangat penasaran, ketika sebelum tidur amel merayu ayu untuk menceritakan apa yang sudah terjadi, setelah begitu sengit rayuan amel, akhirnya ayu menceritakan semuanya yang terjadi, di saat itu juga amel sangat marah dengan abizar, malam itu juga amel mau mendatangi abizar, tetapi di tahan oleh ayu.
ayu “sudah mel, besok saja kita bahas masalah ini”
amel “apa kau bicara, gila kau ayu, kamu yang merasakan, kamu malah santai saja”
ayu “aku tidak santai mel, aku juga khawatir, apa yang terjadi jika kedua orang tua aku satu mel”
amel “kok bisa yu”
ayu “aku juga tidak tau mel, memang kami melakukanya itu dengan dasar sama-sama suka”
amel “memang iya yu, tetapi kalau abizar yang tidak merayu kamu pasti tidak terjadi, aku buktinya, mamat tidak pernah merayu aku, malah aku yang sering merayunya, bahkan aku pernah ganti pakaian di depannya, aku malah dimarahi dan disuruh ganti di belakang pohon, memang gila itu abizar, awas aja besok”
ayu “ya sudah kita istirahat saja, besok kita lanjutkan lagi pembahasan ini”
besok pagi amel duluan ke ladang mencari mamat, untuk memberitahukan kabar buruk ini.
amel “mat.mat”
mamat menyaut dari kejauhan
mamat “iya mel”
amel “kemari dulu”
mamat “ada apa sih mel”
mamat segera berlari menuju bale-bale,
amel “abizar mana”
mamat “abizar sama bima katanya siang kemari sekalian antar makanan untuk aku mel, sebenarnya ada apa sih mel, ohhh iya ayu kemana”
amel “ayu masih di rumah, bantui ibunya”
mamat “terus kamu kemarin ngapain, jangan bilang kamu kangen sama aku, bercanda mel”
amel “iya, kalo kangen kalau aku kangen kenapa, gak boleh”
mamat “iya boleh sih”
amel “sini dekat aku, aku mau bisikan ke kamu sesuatu”
mamat pun mendekat, setelah mendekat kecupan mendarat di pipinya mamat.
amel “biar gak bising kamu, dari tadi nyerocos aja, amel mau cerita jadi gak bisa”
mamat “iya,iya, lanjut lah, amel mau cerita apa, mamat dengerin”
amel “gini mat, semalam ayu cerita, dia jujuh bahwasannya dia hamil, yang melakukan abizar”
perkataan amel seperti sambaran petir di siang bolong, mamat terdiam lalu memukul tiang bale-bele.
mamat “ahhh.ahhh..ahhhhhhh, aku gagal mel, ayahnya menitikan ayu dengan aku, agar di jaga, ahhhhhhhh”
brubuakkkk sekali lagi mamat memukul tiang bale-bale tempat mereka duduk, amel hanya bisa terdiam.
amel “sudah mat, tanganmu berdarah itu”
mamat “biar mel, aku melepas emosi aku, timbang abizar yang aku pukul”
mamat lari ketengah ladang mengambil cangkulnya, lalu mengacak-ngacak ladangnya yang sudah rapikan, amel langsung lari mendekat ke mamat dan memeluk mamat dari belakang.
amel “sudah mat, sudah, tidak ada guna nya mat, walaupun kamu membunuh abizar sekalipun keadaan ini tidak berubah”
akhirnya mamat berhenti, terduduk terpaku menangis dipangkuan amel
mamat “mel, aku aku tidak bisa memegang amanah mel, bagaimana muka aku dengan ayahnya ayu mel, tolong aku mel, mau aku hajar itu sahabat aku, aku bingun mel”
amel “sudah mat, aku tau mat, kamu kesal dan kecewa dengan mereka berdua, tapi mau kita bilang lagi, kita tidak bisa mengembalikan waktu mat”
mamat “iya mel, mel aku minta tolong jika nanti siang membahas masalah ini, jangan ribut-ribut ya, dan jauh kan aku dengan abizar dan ayu”
amel “iya mat, tapi kita duduk bale-bale saja”
mamat “iya mel”
mereka berdua ke bale-bale, lalu membalut luka tangannya mamat, setelah itu mamat tidur dipangkuan amel, amel sambil mengelus rambutnya mamat, setelah tertidur amel melepas pangkuannya, amel duduk disebelah mamat, tidak berselang lama abizar, ayu dan bima datang.
Abizar “ehhh, mel kau sudah duluan disini”
Dengan ketus amel menjawab
Amel “iya memang kenapa”
Abizar “jiah mel mukamu cemberut aja, lagi marahan ya, sama mamat”
Amel “gak urusan mu tu zar”
Bima “eh… tangan nya mamat kenapa mel, benar kayaknya habis berantem kalian kan”
Amel “gk urusan mu itu bim, udah zar kita buka aja pembahasannya”
Abizar “pembahasan apa ini? Penelitian”
Amel “sudahlah jangan kau tutup-tutupi, ini masalah besar ketimbang kegagalan penelitian kita”
Abizar langsung terdiam
Abizar “(didalam hati) apa masalah aku dengan ayu”
Amel “kalau kamu tidak mau cerita, biar ayu yang cerita, ceritakan yu”
Ayu “em.em.emmm, kamu aja zar”
Abizar “ya sudah, akan aku ceritakan semua”
Abizar menceritakan semua di depan sahabatnya,
Abizar “aku telah menghamili ayu”
Bima terkejut mendengarnya
Bima “gila kau zar, terus bagaimana, kita tahu, sebelum kita jalan penelitian, ayah ayu kerumah mamat, menitipkan ayu dengan mamat, untuk menjaganya, kau tau itu kan, kau mengecewakan aku zar”
Bima sangat kesal, ketika mendengar ucapan abizar
Abizar “iya aku tau bim, aku salah aku minta maaf dengan kalian semua terutama mamat”
Amel “kau tau tangan mamat kenapa, kau lihat tiang itu bercak darah, dia mukul itu, untuk meluapkan emosinya, kau lihat ladang itu berserakan, mamat meluapkan emosi nya di sana”
Abizar “iya aku tau mel”
Ayu “mel jangan salahkan abizar saja, aku juga iku salah mel, karan aku juga berbuat mel”
Amel “ahhh ya sudah lah”
Bima “terus solusinya bagaimana, sementara kita sebentar lagi harus pulang”
Kericuhan membuat mamat terbangun, ketika dia bangun melihat abizar, mamat langsung buang muka dan pergi ke pinggir sungai untuk melepas emosinya.
Abizar “mat, mat,”
Ayu “sudah zar jangan dikejar, biarkan dia dia mau menenagkan emosinya, aku tau sifat dia, kalau kamu kejar yang ada jadi masalah”
Bima “iya zar, mel samperin mamat, cuma kamu yang bisa menenangkan hatinya”
Amel “iya bim”
Amel mengejar mamat ke sungai, setelah amel sampai, mamat sudah di tengah-tengah sungai yang alirannya lumayan deras, sambil teriak, teriakannya sampai terdengar ke ladang mamat, ayu, abizar dan bima mendengarnya.
Bima “gila mamat, sampai segitunya dia, padahal ayu bukan siapa-siapa nya dia, dia cuma di titipkan amanah oleh ayahnya ayu”
Abizar dan ayu hanya bisa diam, masih bingung bagaimana cara membicarakan masalah ini.
Abizar “bim kamu punya caranya”
Bima “aku sama sekali buntu zar”
Abizar hanya menyesali perbuatannya dengan terdiam,
Amel “mat.matttt, mamattt, sudahlah”
Panggilan amel di hiraukan oleh mamat, mamat menepuk-nepuk air, akhirnya amel menghampirinya, ketika hampir sudah sampai mendekati mamat, amel terhempas karena aliran sungainya kencang, amel pun hanyut, mamat pun sadar, langsung dia mengejarnya tertangkap lah tangan amel, syukurnya amel tidak apa-apa, amel langsung dibawa ke pinggir oleh mamat.
Amel “apa tunggu aku mati dulu baru kamu sadar mat”
Mamat “maafkan aku mel, jangan tinggalkan aku mel ya”
Amel “aku tidak janji”
Sebenarnya ada yang disembunyikan oleh amel, tentang penyakitnya. Amel tidak mau memberitahukan kepada mamat, karena dia takut kecewa.
Amel “ya sudah kamu sudah tenang mat”
Mamat “sudah mel”
Amel “kalau kamu sudah tenang, kita ke ladang lagi”
Mamat “sabar ya mel, kita duduk di pohon beringin itu dulu yuk,
Amel “iya, ayuk kita kesana, tapi tolong papah aku sayang”
Mamat “iya sayangku”
Mereka duduk berdua, mencari solusi bagaimana caranya membicarakan masalah ini kepada kedua orang tua ayu.
Mamat “mel biasanya aku kalau ada masalah, aku duduk disini, aku pasti dapat solusi mel”
Amel “ah masak iya mat”
Mamat “iya, aku pun tidak tau mel, nanti tiba-tiba aja pikiran ku jadi jernih”
Amel “mat aku sedikit tanya ne, kalau lah hubungan kita tidak direstui oleh kedua orang tuaku, apa yang kamu buat”
Mamat “aku tetap berusaha, tapi jika tidak bisa juga, aku hanya berserah diri aja mel, tapi kalau kamu mau tinggal di hutan dengan aku, aku akan bawa lari kamu mel”
Amel “ah yang benar, jadi boronan lah kamu di cari-cari sama polisi, kamu menculik anak orang”
Mamat “gak masalah mel, yang penting kamu mau, kamu mau gak mel”
Amel “mau sayang”
Kepala amel direbahkannya di pundak mamat.
Amel “mat kalau saat ini juga aku mati met, apa perasaan kamu”
Mamat “ahhh, kamu yang ada-ada saja mel, jangan bilang gitu”
Amel “apa perasaan kamu mat, terus apa kamu masih mau nikah”
Mamat “tidak”
Amel “gak boleh mat, kamu tetap menjalani hidup kamu”
Mamat “sudahlah jangan bicara itu lah mel, aku tidak suka”
Amel hanya tersenyum, sudah mulai terasa dengan amel, penyakitnya kayak nya semakin parah.
Mamat “kamu sudah enakan mel”
Amel “sudah mat, ayo kita ke ladang lagi”
Mamat “iya, ayok, bidadari mau di gendong”
Amel “boleh”
Mamat “ayo sini”
Mamat dan amel kembali ke ladang, Mamat sambil menggendong amel, sesampai nya di ladang, mamat tidak begitu marah lagi dengan abizar, walau sedikit ada rasa kecewa dengan abizar.
Mamat “zar, aku ada solusi, nanti biar aku yang buka pembicaraan tentang permasalahan ini dengan ayahnya ayu”
Abizar “mat aku minta maaf”
Ayu “aku juga mat”
Mamat “kalian berdua minta maafnya nanti dengan ayah kamu ayu”
Ayu dan abizar “iya mat”
Tiba-tiba amel batuk,
Amel “uhuk,uhukkkkk”
Mamat “kamu gak papa mel”
Tetapi ada yang di sembunyikan sama amel, tangan amel kebelakang, karena batuk amel tadi berdarah, tiga temannya melihat Amel, amel sedikit memberi kode, akhirnya mereka bertiga tidak ada gerakan. Abizar, bima dan ayu sudah tau kalau amel ada penyakit yang parang, amel punya penyakit kanker otak, hanya mamat saja yang tidak tau.
keesokan harinya mamat, bima dengan abizar pagi-pagi pergi ke rumah ayu untuk membicarakan permasalahan yang dialami abizar dan ayu
mamat “assalamualaikum”
ayu “waalaikumsalam, masuk mat”
mamat “iya yu, ayah kamu ada”
ayu “ada mat, duduklah dulu, biar aku panggilkan”
mamat “iya, tapi nanti kamu kemari lagi ya”
ayu “iya mat”
berkumpul lah mereka di ruang tamu, mamat membuka pembicaraan ini, seketika ibunya ayu syok hampir pingsan, ayahnya ayu sangat emosi dengan abizar, untung ditahan oleh mamat dan bima, abizar hanya bisa terdiam.
mamat “sudah-sudah pak”
mamat “maafkan saya pak saya tidak amanah”
ayahnya ayu “tidak mat, bukan kamu yang salah, tapi memang mereka yang salah”
mamat “duduk dulu pak, kalau kita sikapi dengan emosi, tidak ada solusinya pak”
ayahnya ayu “baiklah nak”
sebenarnya ayahnya ayu lebih setuju jika ayu berhubungan dengan mamat, akhirnya setelah dibujuk oleh mamat, ayahnya ayu mau duduk di sebelah mamat.
mamat “jadi bagaimana solusinya”
ayahnya ayu “ya sudah, sekarang kamu abizar, harus bertanggung jawab”
abizar “ iya pak saya akan bertanggung jawab atas perbuatan saya, tetapi saya akan pulang dulu, dan memberitahukan orang tua saya”
ayahnya ayu “ohhh. belum tentu kamu kembali ke desa ini, bisa saja kamu lari”
abizar “tidak pak, karena saya sayang dengan ayu”
ayahnya ayu “jika kamu sayang tidak mungkin kamu melakukanya”
abizar “maaf pak, saya khilaf pak”
pembicaraan itu sangat sengit, tiba-tiba terdengar jeritan ayu dari kamar, memang saat itu ayu disuruh ayahnya di dalam kamar saja, untuk menemani amel yang sedang sakit, saat itu mamat tidak tahu.
ayu “ayahhhh”
semua yang ada di ruang tamu terkejut beranjak berdiri dan berlari ke kamar ayu
ayahnya ayu “ada apa yu”
ayu “ amel yah”
ayahnya ayu “kenapa amel”
ayu “tidak tau yah, dia batuk-batuk mengeluarkan darah, lalu pingsan yah”
mamat “ kenapa yu, amel”
abizar langsung menggendong amel,
abizar “bim segera kamu cari mobil kita bawa amel kerumah sakit terdekat”
bima “iya zar”
mamat “amel kenapa zar”
abizar “amel sakit mat”
mamat “sakit apa zar”
abizar “bukan saatnya aku jelaskan, nanti aku jelaskan semuanya, sekarang kita harus bawa amel kerumah sakit terdekat”
akhirnya bima meminjam mobil kepala desa, membawa amel kerumah sakit terdekat, kepala desa, bima, abizar dan mamat yang membawa amel ke rumah sakit, sesampainya di rumah sakit terdekat, amel langsung dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap, berita amel ini sampai ke orang tua amel, orang tua amel dan keluarga besar abizar datang dari kota lain menuju rumah sakit, mamat hanya bisa bingung dan bertanya-tanya amel kenapa, keesokan harinya amel sadar.
amel “mat.mamat”
amel memanggil-manggil nama mamat, abizar keluar dari ruangan ICU untuk memanggil mamat, sementara keluarga belum juga datang, waktu dikabari terakhir mereka masih dalam perjalanan.
amel “zar panggilkan mamat, jangan kamu yang jelaskan, biar aku saja yang jelaskan”
abizar “iya mel”
abizar “mat kamu dipanggil sama amel”
mamat “iya”
amel “mat kamu tidak sedih kan”
mamat “tidak mel”
amel “maaf kana ku mat, aku tidak bisa menemani kamu, waktu aku sudah tidak lama lagi mat”
mamat “tidak mel, kamu masih bisa sembuh kok, semangat buat aku mel”
amel hanya tersenyum
amel “mat kanker otak aku sudah stadium akhir, makanya aku bilang seperti itu, maaf aku tidak pernah cerita dengan kamu, aku tidak mau menyayangi aku karena kasihan dengan aku”
mamat “mel kamu tidak salah, aku yang salah, aku tidak mau cari tau tentang kamu, aku terlalu cuek, maafkan aku mel”
amel “tidak mat, kamu tidak salah, aku sudah senang di masa-masa terakhir ku, kamu membuat aku bahagia”
mamat “jangan tinggal kan aku mel”
amel “mat, aku ngantuk mat, aku pingin tidur, peluk aku mat”
sambil meneteskan air mata mamat memeluk amel yang sudah di ujung waktunya, setelah amel bicara dengan mamat kondisi amel makin memburuk, semua tidak ada yang boleh masuk, dokter memberikan penanganan kepada amel.
keluarga besar abizar dan orang tua nya amel datang, tidak berselang mereka datang amel menghembuskan nafasnya di ranjang rumah sakit, tangisan pun pacar dari ibunya amel, mamat hanya bisa menangis tertunduk. setelah itu amel langsung dibawa ke kediamannya,
abizar “mat kamu ikut”
mamat “mau tinggal dimana aku zar, aku ini sudah tidak punya apa-apa lagi zar”
abizar “sudah kamu ikut saja”
bima “iya mat kamu ikut, kalau abizar tidak menerima kamu, kamu tinggal tempat aku”
mamat “terserah kalian saja”
akhirnya mamat ikut dengan abizar ke kediaman amel, mamat melihat amel terakhir kalinya di dalam liang lahat.
beberapa hari setelah amel dikuburkan, abizar membicarakan permasalahan dia dengan ayu, kedua orang tuanya marah besar, mereka tidak setuju jika abizar nikah dengan ayu. abizar membujuk jika memang tidak setuju, tetapi tetap datang kesana. sedangkan mamat sudah diantar bima balik, mereka dalam perjalanan ke desa, mamat hanya termenung sepanjang perjalanan.
akhirnya kedua orang tua abizar setuju dengan abizar, mereka akan datang ke rumah ayu, tetapi untuk meminta maaf dan memberi bantuan berapa pun untuk cabang bayi. keesokan harinya mereka berangkat menuju desa, sesampainya desa, mereka langsung ke rumah ayu, membicarakan permasalahan ayu dan abizar. pembicaraan itu sangat sengit hingga menjadi keributan. akhirnya abizar dipisahkan oleh ayu dikarenakan orang tua abizar tidak setuju, orang tua abizar hanya memberi uang untuk si cabang bayi. terserah mau apa dilakukan oleh keluarga ayu, mereka tidak mau ada hubungan lagi, kejadian ini membuat malu keluarga ayu, hingga keluarga ayu diasingkan,