Berjuang dengan penyakit yang dia derita selama ini malah mendapatkan pengkhianatan dari suami.
Arkan. Suami yang dia percaya selama enam tahun untuk menjaga anaknya, malah mengkhianatinya.
Yang membuat dirinya sakit hati, ternyata Arkan sedang bercinta dengan perawat yang bekerja di rumahnya untuk membantunya sembuh.
Nyatanya mereka berdua mengkhianatinya, saat itu juga dia bertekad untuk membohongi keduanya supaya kebusukan yang mereka lakukan terbongkar.
Bisakah Amel membongkar semua kebusukan yang mereka lakukan selama ini? Atau memilih setia dalam rumah tangga untuk kebahagiaan kedua anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 14 : kasar dan lembut
Ketiga laki-laki itu masih berada di dalam air, mereka masih menikmati tubuh Lea dan menyerangnya secara bertubi-tubi. Lea yang merasa tubuhnya sudah terasa nyeri, apalagi di bagian sensitif. Ketiga laki-laki ini begitu ganas tanpa memberi dia waktu untuk istirahat, Rev tersenyum saat melirik wajah Lea yang begitu menikmati sentuhan darinya dan juga kedua temannya.
Rasanya dia sangat puas melihat Lea menderita, Ahmed yang paling dominan di antara keduanya. Pria itu sangat rakus menyentuh tubuh Lea, Rev yang melihat Lea sudah kelelahan memutuskan untuk berhenti begitupun dengan dua sahabatnya.
Mereka bertiga menatap Lea yang sudah tidak memiliki tenaga, "Sudah jangan menyerangnya lagi, lihatlah dia sudah tidak memiliki tenaga untuk mengimbangi tenaga kita sebagai laki-laki."
"Gak asik kalau gitu Rev. Wanita psk yang gua bayar aja kuat bertahan sampai pagi, masa dia gak bisa bertahan sampai kita puas." ucap Ahmed menatap Rev, lalu mata lelaki itu melirik kearah Lea.
Yang dikatakan Rev benar kalau wanita ini sangat lemah, baru saja di sentuh belum satu hari wanita ini sudah lemas tidak berdaya. Ahmed memutuskan untuk pergi dari dalam air, begitupun dengan Lion sedangkan Rev melirik sejenak Lea yang belum bangkit dari dalam air.
"Kenapa lu lakuin ini ke gua. Gua punya salah apa ke lu sampai lu minta teman-teman lu datang ke rumah untuk menikmati tubuh gua." lontar Lea yang sudah keluar dari kolam renang, ia menatap Rev saat lelaki itu mengambil handuk untuk mengeringkan kepala.
Rev tersenyum saat melihat Lea marah, Rev melangkah saat Lea memilih untuk mundur. Dia sangat takut dan gugup di dekat Rev, apalagi saat melihat tatapan matanya seperti ingin membunuh orang.
"Karena gua mau lu menderita. Bukannya ini yang lu mau kan? Harusnya lu berterima kasih ke gua, karena hasrat lu berhasil di tuntaskan karena pria yang lu tunggu pergi." ucap Rev menyindir Lea, Lea yang mendengar ucapan Rev menatap lelaki di hadapannya.
Gimana bisa Rev tahu hubungannya dengan Arkan.
Rev terkekeh melihat wajah Lea yang sangat terkejut, "Jangan kaget gitu sayang ini baru permulaan nanti ada saatnya kamu akan merasakan kenikmatan yang luar biasa. Jadi lu nikmati saja malam ini, jangan harap lu bisa mendapatkan apa yang lu mau."
Rev pergi, Lea menangis saat tubuhnya ikut bergetar. Sekujur tubuh sudah sangat kaku dan kedinginan, apalagi tubuhnya terasa sakit akibat gempuran dahsyat yang dilakukan ketiga lelaki itu.
Lea melangkah secara tertatih-tatih menuju kamar, salah satu art yang melihat Lea tiba-tiba saja menegur wanita itu.
"Dari mana aja kamu kenapa baru muncul. Barusan tuan Arkan telepon kamu, dia minta kamu untuk menjaga kedua anaknya. Kamu malah keluar setelah mengantar minuman untuk Rev." pekik wanita itu, Lea menunduk tidak berani melawan.
Lea kembali melangkah di saat tangannya dicekal dengan kencang, Rev tidak sengaja mendengar suara keributan dari arah belakang, Rev melangkah untuk memastikan apa yang terjadi di sana.
Ia melihat Lea sedang dimaki oleh art yang lain, awalnya Rev tidak mau ikut campur masalah mereka berdua. Tapi saat pergi dia melihat Lea diperlukan dengan kasar, tanpa pikir panjang Rev membantu wanita itu.
"Sedang apa kalian di sini." ketiga wanita itu menatap langkah kaki dan suara yang diberikan oleh Rev, seketika mereka bertiga terdiam dan menunduk saat melihat anak majikannya datang.
"Apa wanita ini melakukan kesalahan sama kalian?" tanya Rev menatap ketiga art tersebut.
Salah satu dari art itu mengangkat kepala, "Dia sudah menghina saya den. Dia bilang kalau saya ini wanita murahan gak tahu diri, jadi kami membalasnya."
Rev mengangguk lalu dia melirik Lea, "Baiklah. Kalau gitu kalian boleh pergi biar wanita ini di sini bersama saya, nanti saya beri pelajaran untuk dia."
Ketiga wanita itu tersenyum lalu memutuskan untuk pergi, setelah melihat kepergian wanita itu barulah Rev membantu Lea bangun.
"Ada yang sakit?" tanya Rev, Lea melepaskan tangan Rev dan pergi tanpa menerima bantuan dari Rev.
***
Rev menghela nafas dengan kasar saat wanita itu kembali melangkah dalam keadaan terluka, tanpa diminta Rev membawa tubuh Lea ke kamar. Lea terus berontak saat Rev menggendong tubuhnya, Rev tidak peduli dengan penolakan Lea sampai keduanya tiba di kamar.
Rev membawa Lea duduk di pinggir kasur, ia mencari kotak obat di laci kamar Lea. Setelah menemukan kotak obat Rev membantu Lea untuk mengolesi salep dan juga area sensitif wanita ini.
"Biar aku aja." Lea merampas obat yang berada ditangan Rev, tapi Rev merebutnya kembali.
"Jangan keras kepala Lea. Saya di sini buat bantu kamu, lagian buat apa kamu malu seluruh tubuh kamu sudah saya lihat apalagi teman-teman saya sudah melihatnya dengan jelas."
"Jadi jangan buat saya marah." erang Rev, dia meminta Lea membuka handuk kimono.
Rev dengan hati-hati mengoles salep ke seluruh tubuh Lea, begitupun di bagian sensitif wanita ini. Lea merasa malu dengan adegan seperti ini, walau tubuhnya sudah banyak dinikmati oleh semua laki-laki, ini pertama kalinya Lea merasakan kehangatan dari seorang laki-laki.
Selesai mengolesi obat Rev menyimpan kembali obat tersebut, "Sudah saya obati luka kamu. Nanti kamu bisa bilang sama saya kalau ada masalah, kenapa kamu tidak melawan mereka bertiga kalau kamu bisa melawannya."
Lea menunduk tidak berani menatap Rev, "Kenapa kamu diam saja Lea. Kamu gak perlu takut saya bisa saja laporin mereka bertiga dalam tindakan pembulian."
"Kenapa kamu mau menolongku, bukannya kamu sangat membenciku." kali ini Lea memutuskan untuk menatap Rev membuat pria itu tersenyum.
"Saya memang marah sama kamu, saya memang gak suka kamu ada di sini. Apalagi kamu ini masih muda, umur kamu lebih muda dari saya. Tapi kenapa kamu harus melakukan pekerjaan kotor seperti barusan, harusnya kamu menolak saat teman-teman saya meminta tubuh kamu." lontar Rev dengan tegas, Lea tidak berani melawan amarah yang diberikan Rev.
"Maaf. Karena saya sudah terbiasa diperlukan seperti itu, ini satu-satunya cara untuk menghasilkan uang."
"Tapi kenapa kamu harus menjadi wanita selingkuhan ayah saya." Lea terkejut dan mengangkat kepalanya saat mendengar kalimat yang diucapkan Rev.
Rev tersenyum, "Tanpa kamu bilang saya tahu kamu ini kekasih ayah saya. Awalnya aku kesal dan marah sama kamu, makanya aku ingin membalas dendam perbuatan kamu. Tapi kenapa kamu melakukan hal ini, bukannya masih banyak cara untuk mendapatkan uang?"
"Tidak semudah itu, kamu gampang bicara seperti itu karena hidup kamu sudah terjamin sukses. Sedangkan saya berasal dari kampung, saya tidak memiliki pengalaman seperti kamu. Saya juga tidak lulus sekolah SMK, saya harus mengubur cita-cita saya demi keluarga yang ada di kampung."
"Lalu apa orang tua kamu tahu soal ini?" tanya Rev penasaran dengan kehidupan Lea, wanita itu menggeleng dan merasa kasihan dengannya.
Rev beranjak, "Lebih baik kamu istirahat besok teman-teman saya sudah pulang, kamu bisa bebas tanpa mereka."
"Oh ya satu lagi. Kamu harus pertimbangkan hubungan kamu dengan ayah saya, apa kamu mau merusak pernikahan orang lain demi kepentingan pribadi."
"Saya harap kamu masih memiliki hati nurani." Rev pergi dari kamar Lea, wanita itu terdiam mendengar dan mencerna setiap kalimat yang diberikan Rev.
Apa dia harus merelakan rencananya? Atau mengikuti hati nuraninya?
Malam ini Lea dibuat galau dengan satu pilihan, kalau dia meninggalkan rencananya dia tidak bisa membiayai keluarga yang ada di kampung. Sedangkan dia tidak mau kembali ke masa yang suram, ini satu-satunya jalan untuk keluar dari jalan kehidupannya.