Hasrat Liar Sang Pembantu
Banyak sekali wanita yang menginginkan seorang pasangan yang baik, penyayang, berhati lembut dan perhatian dalam segi apapun. Apalagi pasangan kita tidak banyak nuntut malah menerima kekurangan yang kita punya.
Seharusnya itulah yang dirasakan Amel saat ini. Menurutnya dia wanita paling beruntung mendapatkan suami seperti Arkan, pria yang baik, penyayang, sayang keluarga. Apalagi Arkan Tipe suami idaman banget, ganteng, royal dan romantis.
Wanita mana yang tidak mau mendapatkan suami seperti Arkan, satu lagi yang dia sukai dari Arkan dia itu tidak pernah melirik wanita di luar sana. Pokoknya dia sangat beruntung sekali mendapatkan suami seperti Arkan.
Pertemuan pertama saat dirinya berada di suatu perusahaan, di saat itu ia sedang melakukan magang. Ternyata Arkan adalah CEO tempat dirinya magang, awalnya banyak sekali wanita yang menyukai Arkan.
Tapi entah kenapa saat kejadian enam tahun yang lalu...
"Maaf pak saya tidak sengaja." tanpa sadar Amel yang diminta membelikan kopi menabrak punggung seseorang, saat dia lihat punggung tersebut milik seorang laki-laki.
Awalnya dia tidak mengenal siapa lelaki itu sampai dirinya tahu kalau orang yang dia tabrak adalah bosnya sendiri.
Arkan tersenyum melihat anak magang yang tidak sengaja menabrak tubuhnya, "Tidak apa-apa. Lain kali hati-hati."
Amel memandangi punggung dari lelaki yang dia tabrak, ternyata lelaki itu sangat baik hati tanpa menyalahkan dirinya dan disitulah ia mulai jatuh cinta dengan seorang Arkan.
"Dia anak magang yang baru?" Arkan melirik ke luar jendela ruangan saat melihat Amel sibuk mengurus tugas magang.
Sekretaris pribadinya menatap apa yang ditatap Arkan, "Ya pak. Dia baru satu minggu di sini, tapi dia sangat cerdas pak. Proyek yang hampir gagal waktu itu diselesaikan olehnya."
Mendengar ucapan dari sekertaris pribadinya segera menoleh, "Kamu yakin?" Arkan nampak tak percaya dengan perkataan sekretaris pribadinya, mana mungkin seorang anak magang bisa melakukan pekerjaan kantor.
Semenjak kejadian itu Amel dan juga Arkan mulai dekat, tidak disangka Amel tidak bertemu kembali dengan Arkan setelah waktu magangnya selesai. Beberapa tahun kemudian setelah magang Amel tidak sengaja bertemu kembali dengan Arkan.
Mereka bertemu di salah restoran yang cukup terkenal, malam itu dia tidak sengaja melihat Arkan bersama dengan keluarganya berada di restoran yang sama dengannya. Tapi ia tidak tahu mereka sedang apa di sini, sedangkan dirinya berada di sini lagi merayakan keberhasilannya.
Amel memutuskan untuk pergi sebelum tahu Arkan kenapa ada di restoran ini, setelah tahu ternyata Arkan mau menikah dan hatinya mulai terasa teriris bagaikan pisau tajam.
Saat itu Amel berusaha melupakan perasaannya dengan Arkan bosnya sendiri, tapi ternyata jodoh entah kemana. Dunia mempertemukan mereka lagi, akhirnya mereka kembali dan memutuskan untuk menikah setelah tahu kalau Arkan mencintainya.
Enam tahun bukan waktu yang lama baginya, menjalani hubungan dengan orang yang kita cinta sangat menyenangkan. Banyak sekali rintangan yang dia hadapi bersama, sampai akhirnya ia memiliki seorang anak laki-laki dan satu anak perempuan.
Tetapi tuhan berkehendak lain, setelah melahirkan anak ketiga Amel mengalami koma. Seluruh tubuhnya tidak berfungsi seperti dulu lagi, mungkin seperti diambang kematian. Hanya dibantu oleh selang pernafasan yang disediakan oleh dokter untuk membantu penyembuhan Amel.
"Ayah." panggil seorang anak laki-laki yang baru saja masuk dan melihat punggung ayahnya menatap ibunya yang kini masih berbaring di tempat tidur.
Anak lelaki itu berjalan menghampiri Arkan, "Ayah kenapa masih di sini. Bukannya hari ini ayah ada meeting di kantor."
"Urusan kantor sudah ayah serahkan sama sekretaris ayah. Kamu kalau mau berangkat sekolah berangkat aja, sekalian ajak adik kamu berangkat juga." ucap Arkan tanpa menoleh sedikitpun ke anak laki-lakinya.
***
Miris sekali bukan melihat ibu yang dia cintai berbaring di tempat tidur, entah sampai kapan sampai ayahnya tidak ingin menikah lagi.
Bun, kapan bunda sadar. Bunda gak kasihan sama aku, ayah dan Lilian.
Rev terus mengamati tubuh ibunya yang masih belum sadarkan diri, Rev memutuskan meninggalkan ruangan tersebut dan mencari keberadaan adiknya yang kini sedang menunggunya.
"Kakak ini lama sekali aku udah lama nunggu di sini. Kakak dari mana aja?" ucap anak perempuan yang memasang wajah kesal saat melihat kakak laki-laki datang.
Rev mengacak rambut Lilian, "Maafkan kakak ya. Kakak habis ke kamar bunda, mau pamitan sekalian sama ayah juga."
"Ayo Lilian kita berangkat sekarang." kata Rev yang mengajak adik perempuan untuk berangkat.
Lilian mengangguk, Lilian dan juga Rev satu sekolah yang sama. Lilian dengan Rev cuman beda 3 tahun, jadi mereka terus dekat sampai sekolah pun sama.
"Kak, bunda kapan sadarnya ya. Aku kangen banget sama bunda, semenjak bunda melahirkan anak ketiga bunda udah mengalami penyakit yang berbahaya. Sekarang bunda tidak bisa melakukan aktivitas seperti dulu lagi kak." lontar Lilian menoleh kearah Rev yang kini sibuk mengeluarkan handphone.
Rev menoleh sebentar lalu berkata, "Kamu jangan khawatir Lilian kakak yakin bunda akan sembuh."
Ucapan sesaat hanya menyenangkan hati Lilian, tetapi dia tidak yakin kalau ibunya akan sembuh total. Apalagi dia tidak sengaja mendengar percakapan dokter, kalau ibunya tidak akan pernah sembuh.
Tiba di sekolah seperti biasa Rev dan juga Lilian belajar seperti anak yang lain, sedangkan Arkan sibuk dengan berkas kantor yang kali ini sudah menumpuk. Dia terus menjaga istrinya di rumah sedangkan berkas kantor dikirim oleh sekretaris pribadinya.
Sejengkal pun Arkan tidak ingin kemana-mana, dia ingin bersama dengan Amel walau istri yang amat dia cinta tidak seperti dulu lagi.
Arkan kini kembali keruangan Amel, banyak sekali selang yang berada di tubuh istrinya. Mulai dari selang pernafasan sampai selang lainnya. Melihatnya saja dia tidak sanggup menghadapi penderitaan Amel, apalagi dia sudah enam tahun lamanya menjaga kedua anaknya sampai dewasa.
Tinggal menunggu perkembangan Amel, dokter mengatakan kalau Amel tidak akan selamat seratus persen. Mungkin kalau tidak dibantu alat wanita ini sudah meninggal dunia.
Arkan menyentuh punggung tangan Amel dengan erat, tatapan matanya terus tertuju pada wajah cantik Amel yang begitu pucat tidak secantik dulu.
"Sayang, kapan kamu bangun. Aku kangen banget sama kamu, aku kangen kamu yang dulu. Kamu janjikan mau membesarkan anak-anak, anak-anak udah dewasa dia menunggu kamu sembuh." Arkan terus mengamati wajah Amel sambil mengajak istrinya bicara.
Walau dia tahu mustahil kalau istrinya akan menjawab ucapannya, "Aku mohon kamu harus bertahan demi aku dan anak-anak." Arkan menciumi punggung tangan Amel yang kini dia genggam.
Setelah menjenguk istrinya Arkan bangkit, entah berapa lama lagi dia menunggu Amel sembuh yang pasti dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhan Amel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Ayiik
semngat thoorr
2024-03-18
0