* Mohon bijak memberi bintang 🌟!!! Jika tidak berkenan dengan cerita ini,,, silahkan langsung di tinggalkan.... tanpa perlu berkomentar yang menyakitkan...
Kusumaningtyas seorang gadis Kalimantan yang di nikahi Bayu wicaksono 1,5 tahun yang lalu. Pernikahan bahagia yang di impikan ternyata malah menjadi petaka baginya. Berharap suami yang menjadi pelindungnya ternyata justru malah menghancurkannya. Memiliki suami yang tukang selingkuh.
Membuat Ningtyas merasa di uji kesabarannya. Nafkah yang seharusnya di berikan ke istrinya ternyata malah di kuasai oleh ibunya. Ningtyas selalu di Hina jadi Benalu di keluarga itu. Padahal Ningtyas merasa dirinya tidak pernah menuntut apapun sama Bayu. Berapapun nafkah yang Bayu kasi dia tidak pernah protes. Ningtyas di perlakukan seperti Babu di rumah mertuanya. Mampukah Ningtyas melewati cobaan demi cobaan yang dia hadapi? atau kah Ningtyas memilih pulang ke Kalimantan dan berkumpul bersama orang tua
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Sudaryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Pelakor Main ke tempat mertua
"Dari mana bu"? Tanya Susi yang sedang mengendarai motor matic dengan kecepatan sedang.
" Eh nak Susi, ini lho baru pulang dari warung". Ucap bu Lili dengan menunjukkan kresek belanjaan yang di tentengnya.
"Ibu kok belanja sendiri, kenapa gak Ningtyas aja yang di suruh belanja"?
" Udah ah gak usah bahas tentang anak itu".
"Kenapa memangnya bu"?
" Lagi malas aja".
"Ya sudah bu ayo aku antar pulang. Kebetulan aku juga sudah lama gak main ke rumah ibu".
" Ya sudah ayo". Bu Lili pun naik ke atas motor Susi.
Susi mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Tak butuh waktu lama mereka pun tiba di rumah bu Lili. Setibanya di rumah Susi pun memarkirkan motornya di depan teras samping. Saat turun dari motor Susi di sapa oleh tetangga samping rumah bu Lili.
"Tumben Sus kamu main ke sini"? Tegur mba Nur.
" Iya mba, udah kangen sama ibu, soalnya lama gak ketemu". Jawanya sambil cengar-cengir.
"Kangen ibu apa kangen Bayu". Celetuk mba Nur.
" Ah mba Nur bisa aja. Ya kangen ibu lah, masak mas Bayu. Mas Bayu kan sudah ada yang punya. Tar yang punyanya marah lagi kalo di kangenin".
"Sudah Nur kamu jangan kepo tentang Susi yang mau main ke rumah ku. Urusin aja tu urusan mu, Jangan suka ngurusin orang lain ". Jawab bu Lili dengan nada ketus.
"Iiiii... Mba yu ni kok sensi amat sih, tar kena darah tinggi lho. Kalo sampe setruk siapa juga yang repot". Ledek mba Nur.
Belum sempat bu Lili membalas ucapan mba Nur, orangnya udah ngacir duluan.
"Oalah Nur, Nur dasar gemblung.... Malah do'ain aku kena setruk.. Awas kamu". Mertua ku mengacungkan kepalan tinju kearah rumahnya.
" Ya udah Sus, ayo masuk ke dalam... Kita ngobrol di dalam aja. Kalo ngobrol di luar nanti banyak yang di sirik". Ucap bu Lili kemudian menggandeng tangan Susi di ajaknya masuk ke dalam.
Sesampainya di ruang keluarga, Susi mengamati ruangan tersebut yang tampak tertata rapi dan bersih.
"Kok sepi bu pada kemana"? Kata Susi, lalu menghempaskan tubuhnya di kursi jati yang ada di ruangan itu.
" Alah biasa Bapak mu kalo jam segini mana pernah ada di rumah, kalo gak ke sawah ya cari rumput". Jawab bu Lili dengan membawa nampan yang berisi teh hangat dan cemilan, yang tadi di belinya dari warung pertigaan.
"Kalo Ningtyas, kemana bu"? Tanyanya Susi hanya sekedar basa-basi.
" Biasanya kalo jam segini ya di kamar. ya ngapain lagi kalo gak molor". Kata Bu Lili dengan suara yang sengaja di keraskan.
"Hah... Masak sih bu jam segini masih tidur!!!.... Jadi menantu kok malas banget ya bu. Gak sadar apa kalo di sini tu hidupnya cuma numpang". Susi mulai memanas-manasi bu Lili.
" Ya gitulah. Punya menantu tapi tak berguna. Bisanya cuma jadi benalu doang. Coba dulu kamu yang jadi menantu ibu. Pasti ibu udah bahagia banget".
"Maaf ya bu dulu aku sudah ngecewain ibu, aku udah berbuat khilaf bu". Kata Susi sambil menundukkan kepala. Seolah menggambarkan sebuah penyesalan. dengan air mata buayanya.
"Gimana hubungan kamu sama Bayu, baik-baik saja kan. Ibu udah gak sabar nunggu kalian menikah. Gimana usulan ibu waktu itu tokcer gak"?
" Alhamdulillah bu lancar. Oh ya kemarin aku sempat ketemu Ningtyas di jalan. Ternyata dia orangnya cukup sombong juga ya bu, udah gitu belagu lagi. Gara-gara dia, aku sampe nyemplung ke sawah. udah gitu Bukannya nolongin malah aku di syukur-syukurin". Adu Susi dengan bibir mengerucut.
"Dasar menantu kurang ajar, kamu tenang aja. biar nanti ibu kasi dia pelajaran biar kapok sekalian dia".
Sedang asyik ngobrol tiba-tiba mila datang bersama anak dan suaminya.
" Assalamu'alaikum, mbah uthi"... Kata zidan langsung menghamburkan ke pelukan mbah uthinya..
"Wa'alaikumsalam, putu ne mbah sing ganteng dewe. Karo sopo nang le Rene"? Tanya mertua yang sedang mengangkat zidan untuk duduk di pangkuannya.
" Sama ibu dan bapak mbah". Tak lama muncul Fahri dan Milla dari dapur.
"Lho kamu sudah pulang nang"? Tanya bu Lili dengan senyuman sumringanya.
" Nggeh bu tadi malam". Fahri pun mengulurkan tangan untuk menyalami ibunya dengan takzim.
"Eh ada tamu to, kapan datang Sus"?
" Sudah dari tadi mas"... Jawab Susi dengan tersenyum ramah.
"Bu masak apa? Aku lapar bu belum makan".
" Ya Allah kok kamu belum makan sih nang, memangnya istri mu gak masak "?
" Masak sih, tapi aku kangen makan masakan ibu".
"Oalah, tapi ibu belum masak. Semua ini gara-gara si benalu itu. Jam segini aja belum bangun".
" Lha iku turu opo semaput bu.. Kok gak mok tilik'i". Ucap mas fahri dengan nada mengejek.
"Sudi amat aku nilik'i. Arep semaput opo arep modar. wis Ben kono.. Nek modar kan karek mendem".
" Ya Sudahlah bu, kalo ibu gak masak beli sayur dan lauk mateng aja di tempat mba Lasmi". Usul Fahri.
Akhirnya bu Lili pun memutuskan untuk membeli sayuran dan lauk mateng. Mereka pun menikmati makan bersama, tanpa memikirkan perasaan Ningtyas sedikit pun. Ningtyas saat ini benar-benar di anggap tidak ada. Mereka makan di seligi dengan canda dan tawa. Benar-benar terlihat seperti sebuah keluarga yang Bahagia.
up yg banyak ya,,,,😍