Hidup bergelimang harta, mempunyai istri yang cantik dan seorang putri yang manis tak membuat seorang Demian merasakan kebahagiaan hidupnya.
Rasa bersalahnya pada seorang wanita 8 tahun yang lalu selalu menghantui hidupnya. Wanita itu sudah berhasil mengubah hatinya yang hangat menjadi sedingin es, beku dan keras.
"Ariana, di mana kamu? aku merindukanmu sayang."
Disisi lain jauh dari ibu kota Ariana sedang bekerja keras seorang diri untuk menghidupi anaknya.
Anak yang tidak pernah mengetahui di mana sang ayah, karena 8 tahun yang lalu Ariana meninggalkan laki-laki yang sudah menyakitinya bersama janin yang tak pernah terucap.
Akan kah keduanya akan bertemu dan kembali bersama meski keadaan tidak seperti dulu lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part~24
Ariana yang mulai kehabisan napas nampak memukul dada Demian, sungguh laki-laki itu begitu lancang karena sudah berani menciumnya tanpa ijin.
"Kamu...." sungut Ariana setelah Demian melepaskan panggutannya.
"Itu hukuman buat kamu yang selalu keras kepala." sela Demian seraya mengusap sudut bibir Ariana yang nampak basah karena ulahnya, namun Ariana segera menepis tangan laki-laki itu.
"Aku sangat membencimu, cepat pergi dari sini dan jangan pernah datang kembali." usir Ariana dengan kesal, namun itu justru membuat Demian terkekeh.
Ia sedikitpun tak pernah merasa sakit hati karena penolakan Ariana, baginya ini adalah awal perjuangannya untuk memiliki wanita itu kembali.
"Tidak ada yang bisa melarangku untuk menemui putraku, sayang." sahut Demian sembari merapikan anak rambut Ariana yang nampak berantakan tapi wanita itu segera menepis tangannya.
"Dia bukan putramu." sela Ariana.
"Kita tunggu saja hasilnya dan di saat itu tiba kalian tidak akan bisa lari lagi dariku." tegas Demian dengan menatap lekat Ariana.
Ariana hanya bisa menelan salivanya ketika mendengar ancaman Demian.
"Sepertinya kamu juga sangat menikmati ciumanku tadi, lihatlah wajahmu terlihat memerah." ledek Demian, padahal ia tahu wajah Ariana memerah karena sedang menahan amarahnya.
"Dasar sinting." maki Ariana, kemudian ia mendorong Demian agar segera keluar dari ruang perawatan sang putra.
Setelah Demian keluar Ariana segera menutup pintunya kembali, kemudian ia langsung menangkupkan kedua tangannya di pipinya yang terasa panas.
Setelah itu ia nampak mengangkat sudut bibirnya, namun ia segera menggelengkan kepalanya untuk menyangkal apapun yang dia rasakan pada laki-laki itu.
Meski ia masih mencintai Demian, tapi ia cukup tahu diri cinta mereka tidak akan pernah bisa bersatu. Apalagi mengingat laki-laki tersebut sudah berkeluarga.
Sedangkan Demian yang baru keluar dari kamar Ricko, nampak mengulas senyumnya. Semangat hidupnya seakan kembali lagi, ia hampir lupa kapan terakhir bisa tersenyum seperti saat ini.
Ini semua karena Ariana, wanita itu benar-benar bagaikan obat mujarab baginya. Seandainya saja Ricko bukan anaknya, ia tak akan mempermasalahkan hal itu.
Asalkan Ariana akan selalu di sampingnya, tapi ia sangat yakin bahwa Ricko adalah darah dagingnya sendiri.
Victor yang nampak menunggu Demian di luar ruangan tersebut, langsung mengulas senyumnya ketika melihat raut kebahagiaan di wajah atasannya tersebut.
"Semoga selamanya anda seperti ini tuan, apapun yang terjadi saya akan selalu berada di pihak anda."
"Victor, apa yang kamu lakukan di sini ?" tanya Demian, padahal ia tidak pernah memanggil laki-laki itu.
"Saya baru saja menyelesaikan perintah anda, tuan. Mungkin beberapa hari lagi hasilnya akan terlihat." sahut Victor.
"Baguslah, Ariana tidak tahukan tentang ini ?" tanya Demian memastikan.
"Tidak tuan, dokter yang menangani Ricko sangat mudah di ajak bekerja sama." sahut Victor.
"Baguslah, saya sudah tidak sabar menantikan hasilnya. Meski saya yakin dia adalah putra saya."
"Saya mengerti tuan, lalu bagaimana dengan nyonya Monica dan tuan beserta nyonya besar jika mereka tahu anda mempunyai seorang Putra dari wanita lain."
"Saya tahu Vic, saya sudah memikirkan hal itu. Tidak akan ada yang bisa memisahkan ku dari Ariana dan putraku baik itu orangtuaku maupun Monica. Tapi yang saya khawatirkan justru dengan Ariana."
"Maksud anda, tuan ?"
"Ariana selalu menatapku dengan kebencian Vic, tidak ada sedikitpun cinta di matanya buat saya. Saya takut tidak bisa memilikinya." keluh Demian.
"Mungkin selama 8 tahun ini beliau banyak mengalami penderitaan tuan dan mungkin karena itu secara tidak langsung beliau menyalahkan anda."
"Jadi saya harus bagaimana, Vic ?"
"Dulu anda tidak pernah menyerah untuk menaklukkan hati nyonya Ariana, kenapa anda sekarang tidak melakukannya lagi ?" saran Victor.
Mengingat dulu Demian yang begitu angkuh dan alergi dengan kemiskinan rela mengesampingkan itu semua demi menaklukkan hati Ariana.
"Tentu saja, saya pasti akan memperjuangkannya lagi seperti dulu." tegas Demian yakin.
Beberapa hari kemudian.....
Beberapa hari ini Ricko menunjukkan kemajuan pesat, ia sudah mulai bisa berjalan meski masih menggunakan tongkat dan itu membuat Ariana dan Demian sangat senang.
Setiap hari Demian selalu menyempatkan waktunya untuk menemani Ricko, mengajaknya bermain dan selalu menyemangati. Sungguh ia ingin menebus semua kesalahannya pada bocah kecil itu.
"Kenapa Om sangat baik padaku, apa karena Ricko temannya Olive ?" tanya Ricko siang itu ketika Demian sedang menyuapinya.
"Karena Om sangat menyukaimu. Kamu tau, kamu adalah anak laki-laki terhebat yang pernah Om temui dan Om sangat bangga." sahut Demian.
"Seandainya ayah Ricko datang, apa Ayah nanti juga akan bangga pada Ricko ?" tanya Ricko dengan polos.
"Tentu saja Nak, kamu bisa kok menganggap Om sebagai ayahmu." ujar Demian sembari menatap Ariana yang selalu mengawasinya ketika dia bersama Ricko.
"Nggak Om, ayah Ricko hanya satu. Ricko akan menunggu ayah sampai datang." tolak Ricko yang langsung membuat Demian kecewa.
"Tapi bagaimana kalau seandainya Om ini......" Demian belum menyelesaikan perkataannya tapi Ariana sudah menyelanya.
"Ricko sayang, bobo siang yuk. Sini ibuk temani." sela Ariana sembari mendekati putranya tersebut.
"Tuan Demian sepertinya anda sangat sibuk. Terima kasih sudah meluangkan waktunya menjenguk Ricko." imbuhnya lagi dengan nada sindiran.
Merasa di usir oleh Ariana, Demian nampak mendengus kesal. Kemudian ia segera berpamitan pada Ricko, setelah itu ia memutuskan kembali ke kantornya.
Ketika berada di lobby rumah sakit, Demian di kejutkan oleh Monica yang juga berada di sana.
"Mas, apa yang kamu lakukan di sini ?" tanya Monica penasaran.
Ia sempat memperhatikan raut bahagia di wajah suaminya tersebut, namun ketika melihat dirinya laki-laki itu langsung berubah dingin seperti biasanya.
"Bukan urusanmu." sahut Demian dingin.
"Mas, aku ini istrimu. Aku berhak mengetahui apa yang kamu lakukan ?" keluh Monica dengan kesal.
"Monica, sudah berapa kali ku bilang. Aku tidak pernah menganggapmu sebagai seorang istri, jadi kapanpun kamu bisa pergi." tegas Demian.
"Nggak mas, sampai kapanpun aku tidak akan pernah meninggalkammu." tolak Monica.
Bagaimana pun juga saat ini Demian adalah tumpuhannya, setelah kedua orangtuanya meninggal dalam keadaan bangkrut.
Meski Demian tidak pernah menganggapnya sebagai seorang istri yang sesungguhnya, tapi laki-laki itu selalu memenuhi semua kebutuhannya sebagai seorang sosialita ibu kota.
Demian yang malas berdebat di tempat umum, ia segera pergi meninggalkan istrinya tersebut. Mungkin sebaiknya ia segera mengajukan gugatan cerai pada wanita itu.
Karena ia tidak mungkin bisa memiliki Ariana, selama ia masih terikat pernikahan dengan Monica.
"Apa yang sedang mas Demian lakukan di sini? sebaiknya aku harus mencari tahu. Tidak biasanya dia terlihat bahagia seperti itu." gumam Monica seraya melihat kepergian Demian.
Siang itu Monica sengaja menemui dokter kandungan untuk memeriksa kesehatannya. Bukan tanpa alasan ia melakukan itu, karena akhir-akhir ini Olive selalu merengek meminta seorang adik.
Dan atas saran ibu mertuanya, Monica segera menemui dokter untuk berkonsultasi dan setelah mengetahui kandungannya sehat ia yakin bisa hamil anak Demian sesuai permintaan Olive.