Kecelakaan yang menimpa Nasya bersama dengan calon suaminya yang menghancurkan sekejap kebahagiaanya.
Kehilangan pria yang akan menikah dengan dirinya setelah 90% pernikahan telah disiapkan. Bukan hanya kehilangan pria yang dia cintai. Nasya juga kehilangan suaranya dan tidak bisa berjalan.
Dokter mengatakan memang hanya lumpuh sementara, tetapi kejadian naas itu mampu merenggut semua kebahagiaannya.
Merasa benci dengan pria yang telah membuat dia dan kekasihnya kecelakaan. Nathan sebagai tersangka karena bertabrakan dengan Nasya dan Radit.
Nathan harus bertanggung jawab dengan menikahi Nasya.
Nasya menyetujui pernikahan itu karena ingin membalas Nathan. Hidup Nasya yang sudah sepenuhnya hancur dan juga tidak menginginkan Nathan bisa bahagia begitu saja yang harus benar-benar mengabdikan dirinya untuk Nasya.
Bagaimana Nathan dan Nasya menjalani pernikahan mereka tanpa cinta?
Lalu apakah setelah Nasya sembuh dari kelumpuhan. Masih akan melanjutkan pernikahan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Benar-benar Di Tinggal.
Nathan sempat diam sesaat dengan menatap Nasya yang menatapnya begitu tajam yang menunjukkan kemarahan.
"Ada apa Nasya? ini negara orang dan jangan membuat ulah. Restauran ini juga akan tutup. Kamu tidak bisa terus berada di sini. Jadi sekarang kita pulang dan jika ingin bicara maka bicara di rumah!" tegas Nathan yang masih berusaha untuk tenang menghadapi gadis manja yang sangat keras kepala itu.
"Kenapa? Kamu cepat-cepat ingin pulang untuk apa? Kamu ingin menelpon kekasihmu, ingin menemuinya dan apa ini yang kamu katakan akan bertanggung jawab, kamu hanya ingin membalas ku atas apa yang aku lakukan di Jakarta. Jadi pergilah sana dan aku bisa mengurus diriku sendiri," tulis Nasya menunjukkan kepada Nathan.
Nathan sudah bisa menduga jika Nasya yang tiba-tiba saja bertingkah pasti berhubungan dengan telepon yang barusan diangkat. Karena sejak tadi istrinya itu sudah berhenti makan dengan mood yang langsung berubah.
"Nasya aku bukan dirimu yang melibatkan masa lalu ke dalam pernikahan kita. Jadi jangan memperbesarkan masalah yang belum tentu kebenarannya sesuai dengan pikiran kamu," ucap Nathan dengan datar.
Cih, Nasya yang terlihat menyergah nafas dengan tersenyum getir yang sangat muak dengan kata-kata Nathan.
"Ayo kembali!" tegas Nathan yang kembali ingin memindahkan Nasya dan lihatlah betapa keras kepalanya Nasya yang terus memberontak dan bahkan tangannya menyenggol gelas dan akhirnya pecah.
Suara pecahan tersebut mencuri perhatian orang-orang dan melihat ke arah meja mereka. Nafas Nathan yang kembali dibuang perlahan ke depan sepertinya kesabarannya kembali diuji dengan tingkah Nasya seperti anak kecil.
Wajah Nathan sudah memerah yang rasanya ingin meneriaki Nasya. Tetapi masih dia tahan dan Nasya memang sepertinya sengaja memancing Nathan untuk bertindak kasar kepadanya.
"Apa yang kau lakukan Nasya?" tanya Nathan dengan menekan suaranya. Tidak ada jawaban dari Nasya yang hanya memperlihatkan keras kepalanya yang semakin menjadi-jadi.
"Baiklah! jika kamu ingin di sini. Lakukan semaumu dan sekalian suruh orang tuamu dan Kakakmu menjemputmu di sini!" tegas Nathan yang menekan suaranya yang pada akhirnya kesabarannya habis.
Dari pada dia seperti orang gila yang menahan diri di depan Nasya dan lebih baik memilih untuk pergi. Nasya yang tampak mengatur nafas, membuang perlahan ke depan yang benar-benar melihat Nathan keluar dari Restaurant tersebut dan dari dalam Restaurant Nasya juga melihat bagaimana suaminya itu memasuki mobil dan benar-benar meninggalkan dirinya.
Nasya yang terlihat begitu kesal sampai memukul meja yang kembali terdengar suara hentingan, dia bahkan tidak malu dilihat di orang-orang yang sampai detik ini masih memperhatikannya. Nasya seperti anak kecil yang meraung.
"Dia menyuruhku untuk menghubungi orang tuaku dan menjemput ku. Dia pikir aku tidak bisa melakukan semua itu. Kau pikir siapa dirimu," umpat Nasya dengan kesal di dalam hatinya.
Nasya mengambil ponselnya yang mengetik pesan kepada Andre.
"Kak! Tolong Nasya. Nasya sudah tidak ingin di sini. Dia jahat sekali...." belum sempat tulisan itu dikirim dan tiba-tiba saja Nasya menghapusnya.
Tiba-tiba Nasya meletakkan ponselnya kasar di atas meja dan menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya yang mana tangisnya langsung pecah.
Dia biasanya paling pintar mengadu dan sekarang tiba-tiba saja tidak berani melakukan semua itu. Nasya bahkan mencoba untuk pindah sendiri ke kursi rodanya dan ternyata saat kakinya menginjakkan lantai yang mana Nasya telah membuka sendalnya tadi saat makan dan tanpa dia sadari sudah menginjak pecahan kaca.
Nasya benar-benar sangat sial sudah ditinggalkan suaminya karena ulahnya sendiri dan sekarang malah terluka di bagian telapak kaki. Padahal baru saja dia menjalani hari yang sangat indah dan bahkan senyumnya sempat keluar saat itu.
Nasya tidak bisa melakukan apapun dan hanya meluapkan emosinya dengan tangisan dan tanpa memperdulikan orang yang ada di sana.
Sudah malam hari dan Nasya yang berada di kursi rodanya di dorong oleh pelayan Restaurant keluar dari Restaurant. Karena mereka juga ingin tutup.
Nasya harus menerima nasibnya yang ternyata Nathan tidak kembali sama sekali. Nasya yang duduk tetap di kursi rodanya dengan wajahnya sedikit pucat, bagaimana tidak, di Swis sedang musim dingin dan dia hanya memakai pakaian biasa saja.
Sementara di dalam tadi memang jauh lebih hangat dan mungkin saja jaket penghangat Nasya berada di mobil yang sudah dibawa Nathan.
"Kenapa aku harus selamat dari kecelakaan itu dan seharusnya aku pergi bersama Radit. Dunia ini tidak adil untukku. Kenapa aku yang menjadi korban dan seolah ada yang merasa menjadi korban dan aku mendapatkan perlakuan seperti ini," batin Nasya dengan air mata yang jatuh.
Nasya yang tiba-tiba melihat di depannya ada sepasang sepatu yang membuat kepalanya perlahan terangkat. Nasya melihat Nathan sudah berdiri di sana dengan kedua tangan Nathan yang dilipat di dadanya.
"Sudah selesai?" tanya Nathan.
"Kamu sudah puas bukan berada di sini seperti apa yang kamu mau. Lihat tempat ini sudah tutup dan apa kamu masih mau menunggu sampai besok pagi, dan mau selama-lamanya di sini?" tanya Nathan.
Nasya hanya diam saja dengan wajah yang tampak kesal melihat pria tersebut yang seenaknya memperlakukan dirinya. Bahkan air mata dipipi Nasya masih tetap jatuh dan Nasya langsung menghapusnya yang tidak ingin terlihat lemah di hadapan laki-laki itu.
"Sekarang kita pulang. Kamu bukankah tadi sudah mendapatkan respon terbaik dari Dokter atas kesembuhan kamu yang meningkat banyak dan jangan keras kepala yang membuat kesembuhan kamu akan menurun. Nasya, jika aku jadi dirimu akan berusaha lebih keras lagi untuk sembuh. Karena kau harus tahu, kekuatan orang yang bisa berjalan dan bisa berbicara lebih banyak untuk membalas dendam daripada hanya diam di kursi roda dan tidak bisa berbicara apapun," ucap Nathan.
Kata-kata itu cukup sebagai sindiran untuk Nasya, bahkan Nathan memberikan peluang untuk Nasya bisa melakukan apapun kepadanya. Nathan kurang baik apa yang memberikan rekomendasi. Nasya hanya diam saja dan walau sangat banyak sekali yang ingin dia katakan.
Nathan yang kembali menghela nafas dan langsung berjongkok yang membuka jaketnya dan memakaikan kepada Nasya. Nathan juga memakaikan syal untuk Nasya.
Tidak ada pemberontakan yang di lakukan Nasya dan sepertinya dia sudah lelah hari ini. Nathan juga tidak mengatakan apa-apa lagi yang langsung menggendong Nasya ala bridal style dan berjalan menuju mobil.
Nasya tidak memberontak tetapi wajahnya tetap saja jutek sampai Nathan mendudukkan Nasya di jok mobil dan memakaikan sabuk pengaman. Nathan melihat ke arah Nasya dengan Nasya yang langsung memalingkan wajahnya dengan kesal.
Nathan mendengus dan setelah melakukan pekerjaannya. Nathan yang mengambil kursi roda Nasya dan memasukkan ke dalam bagasi lalu kemudian dia menyusul untuk duduk di samping Nasya.
Nasya yang melihat keluar jendela, wajahnya masih menyimpan banyak kekesalan kepada laki-laki di sampingnya itu dan Nathan juga tidak mengatakan apa-apa lagi yang langsung melajukan mobilnya.
Dia seperti orang tua yang memberikan parenting pada seorang anak kecil, karena biasanya anak kecil lebih baik didiamkan di saat emosi sedang tidak stabil yang setelah tenang baru akan berbicara dan itu yang dilakukan Nathan untuk Nasha yang berarti menganggap Nasya masih anak kecil.
Bersambung......