Lucy adalah mata-mata yang tidak pernah gagal menjalankan misinya. Namun, kali ini misinya membawa dia menyamar sebagai pacar palsu miliarder muda, Evans Dawson , untuk memancing musuh keluar dari persembunyiannya.
Ketika Evans tanpa sadar menemukan petunjuk yang mengarah pada identitas asli Lucy, hubungan mereka yang semula hanya pura-pura mulai berubah menjadi sesuatu yang nyata.
Bisakah Lucy menyelesaikan misinya tanpa melibatkan perasaan, atau semuanya akan hancur saat identitasnya terbongkar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai Memperkenalkan Lucy
Tuan Zhang menatap Lucy sejenak, lalu terkejut. "Apa? Kekasih?" katanya dengan nada sedikit terkejut, tidak bisa menyembunyikan rasa tak percaya. Ia mengingat dengan jelas reputasi Evans sebagai seorang CEO yang tidak pernah terbuka tentang kehidupan pribadinya, apalagi hubungan dengan wanita.
"Ya, saya tahu ini mungkin agak mengejutkan," Evans tertawa pelan, seolah menikmati reaksi Tuan Zhang. "Tapi Lucy sudah membantu banyak dalam pekerjaan saya. Bahkan lebih dari itu, dia adalah orang yang sangat saya percayai."
Tuan Zhang masih tampak terkejut, lalu dia tersenyum lebar, seolah memahami bahwa ini adalah sisi lain dari Evans yang belum banyak orang ketahui. "Sungguh luar biasa," ujarnya. "Tidak banyak yang tahu, tapi saya mendengar bahwa Anda, Tuan Evans, sangat tertutup soal urusan pribadi. Tapi saya rasa, ini adalah langkah yang sangat baik bagi Anda."
Lucy mengangguk dengan senyuman hangat, meskipun di dalam hatinya ia merasa sedikit canggung dengan perhatian yang tiba-tiba diberikan oleh Tuan Zhang.
"Terima kasih, Tuan Zhang," ucap Evans, tetap menjaga sikap profesional meskipun situasi ini sedikit berbeda dari yang diharapkan.
Tuan Zhang tertawa kecil. "Sepertinya kita akan memiliki banyak hal untuk dibicarakan di masa depan. Saya sangat senang dengan kerjasama ini. Semoga hubungan antara kita bisa sebaik hubungan Anda dengan Lucy."
Evans dan Lucy saling bertukar pandang, sedikit terkejut dengan komentar Tuan Zhang yang begitu blak-blakan. Tetapi Evans hanya tersenyum tipis, seolah menganggap ini hal yang wajar.
"Terima kasih, Tuan Zhang," jawab Evans, sebelum berpaling kepada Lucy. "Saya rasa kita harus pergi sekarang. Tuan Zhang, kami akan menghubungi Anda untuk melanjutkan pembicaraan lebih lanjut."
Setelah pertemuan yang intens dan kesepakatan yang tercapai, mereka semua berdiri untuk saling berjabat tangan. Tuan Zhang yang tampaknya masih terkesan dengan pertemuan itu mengulurkan tangannya terlebih dahulu kepada Evans dan Lucy.
"Terima kasih untuk kesepakatan yang luar biasa ini," ujar Tuan Zhang, sambil menggenggam tangan Evans dan kemudian beralih ke Lucy. "Saya menantikan kerjasama ini, dan tentu saja, hubungan yang baik dengan Anda berdua."
Setelah salaman itu, mereka melepaskan diri dari cengkraman tangan satu sama lain. Lucy, yang selama ini menjadi penerjemah tak terduga untuk beberapa bagian pembicaraan, kemudian mengembalikan earpiece penerjemah yang sudah ia pakai dengan rapi. Evans juga mengembalikan alat penerjemah kepada Brandon.
"Terima kasih, Lucy," Evans berkata dengan nada ringan. "Saya rasa, karena kamu sudah memahami bahasa Tuan Zhang dengan sangat baik, akan lebih baik kalau kamu mengantarnya hingga ke lobi bawah. Saya yakin dia akan sangat menghargainya."
Lucy mengangguk dan tersenyum sopan. "Tentu, Tuan Evans. Saya akan mengantar Tuan Zhang. Semoga kita bisa melanjutkan diskusi ini dengan lebih banyak lagi di masa depan."
Tuan Zhang mengangguk setuju, sedikit tersenyum melihat kesopanan Lucy. "Saya akan sangat senang, Lucy. Terima kasih atas bantuannya hari ini."
Dengan itu, Lucy memimpin Tuan Zhang keluar dari ruang rapat, melewati lorong-lorong kantor yang megah. Keduanya berjalan dengan langkah tenang, sambil terlibat dalam percakapan ringan. Lucy berbicara dengan lancar dalam bahasa yang dipahami oleh Tuan Zhang, mengingat kedekatannya dengan bahasa dan budaya asalnya.
****************
Sementara Lucy mengantarkan Tuan Zhang ke lobi, beberapa karyawan yang bekerja di dekat area ruang rapat mulai memperhatikan dengan cermat. Mereka yang sebelumnya hanya mengenal Lucy sebagai sekretaris CEO Evans, kini terkejut dengan kemampuannya dalam berbicara dengan Tuan Zhang yang berbahasa asing dengan sangat lancar.
Beberapa dari mereka saling berbisik, tak bisa menyembunyikan kekaguman mereka terhadap kemampuan Lucy yang tak mereka duga. Bagi mereka yang hanya melihat penampilan Lucy sehari-hari, dia tampaknya hanya seorang sekretaris biasa. Namun, kemampuan bahasa asingnya dan cara dia berbicara dengan Tuan Zhang menunjukkan bahwa Lucy jauh lebih dari itu.
"Sekretaris CEO Evans, ya? Ternyata dia bisa bahasa asing dengan sangat baik," ujar salah seorang karyawan dengan takjub.
"Ya, dan lihat saja cara dia berbicara dengan Tuan Zhang. Ternyata, dia bukan hanya seorang sekretaris biasa, mungkin dia lebih dari itu," tambah yang lainnya.
"Benar, aku selalu merasa dia tampak berbeda dari sekretaris-sekretaris lainnya di sini. Dia sepertinya punya latar belakang yang berbeda," kata seorang karyawan lainnya, masih terkesan.
Mereka mulai menyadari bahwa Lucy bukanlah sekadar orang yang bekerja sebagai sekretaris biasa, seperti yang selama ini mereka pikirkan. Cara dia berkomunikasi dengan lancar dan percaya diri, serta pengetahuan yang tampaknya melampaui peranannya, memunculkan kesan bahwa Lucy memiliki latar belakang yang lebih tinggi, bahkan lebih dari sekadar orang dalam yang menggoda CEO-nya, seperti yang mungkin dulu mereka pikirkan.
Namun, bagi Lucy, semua itu hanyalah bagian dari permainannya. Dia tahu bagaimana menjaga citra dan menggunakan peranannya untuk mencapai tujuannya. Dia melangkah dengan percaya diri, tak terganggu oleh bisikan-bisikan itu, sambil memastikan Tuan Zhang sampai di lobi dengan aman.
Di sisi lain, karyawan yang sebelumnya berbisik perlahan mulai memahami bahwa mungkin mereka belum tahu banyak tentang sekretaris mereka yang satu ini. Lucy bukan sekadar seorang perempuan cantik yang hanya ada untuk mengurus tugas-tugas administratif CEO Evans. Lucy punya klasifikasi yang lebih tinggi, lebih dalam, dan lebih kompleks dari yang mereka bayangkan.
****************
"Terima kasih telah mengantar saya, Lucy. Semoga kita bisa bertemu lagi segera," kata Tuan Zhang sambil melambaikan tangan.
Lucy membalas dengan senyum yang hangat. "Tentu saja, Tuan Zhang. Semoga hari Anda menyenankan."
Setelah itu, Tuan Zhang menghilang ke dalam mobil yang menunggunya di luar. Setelah mengantarkan Tuan Zhang, Lucy kembali ke dalam dengan tenang.
Di tengah perjalanan kembali menuju ruang CEO, langkah Lucy terhenti ketika matanya menangkap sosok pria yang sangat familiar. Wajahnya, postur tubuhnya, dan bahkan caranya berjalan mengingatkan Lucy pada seseorang. Ia memicingkan mata untuk memastikan. Benar saja, pria itu sangat mirip dengan yang ada di salah satu foto yang dikirimkan Jenna, target yang sedang dicari oleh organisasinya.
Pria itu berjalan dengan santai melewati lorong menuju salah satu ruangan di gedung. Jantung Lucy berdegup sedikit lebih cepat. Dengan hati-hati, dia memutuskan untuk mengikuti pria tersebut dari jarak aman, memastikan tidak menimbulkan kecurigaan. Lucy menundukkan kepalanya sedikit, seolah-olah sedang sibuk dengan ponselnya, namun matanya terus mengawasi pria itu.
Pria tersebut akhirnya berhenti di depan sebuah pintu dengan label "Ruang Arsip dan Dokumentasi." Ia melirik ke kiri dan kanan sebelum memasuki ruangan tersebut. Lucy memperhatikan gerak-geriknya dengan seksama.
"Ruang arsip? Apa yang dia lakukan di sana?" pikir Lucy.
Mengambil keputusan cepat, Lucy berpura-pura menjatuhkan sesuatu di dekat pintu ruangan itu dan berjongkok, berpura-pura mencari barang yang terjatuh. Ia berusaha mendengarkan apa yang terjadi di dalam ruangan. Tidak terdengar apa-apa selain langkah-langkah kaki pria tersebut di dalam ruangan.
Merasa tak cukup informasi, Lucy segera bangkit dan melangkah menjauh sebelum ada yang melihatnya mencurigakan. Ia memastikan catatan kecil di kepalanya: lokasi ruangan, waktu pertemuan, dan ciri-ciri pria itu. Sesampainya di ruangannya, dia segera mengetik pesan singkat kepada Jenna:
"Aku melihat target yang mirip dengan pria di foto. Dia masuk ke ruang arsip di lantai ini. Apakah ada informasi tambahan tentang aktivitasnya atau hubungannya dengan Dawson Corporation?"
Sambil menunggu balasan, Lucy tak bisa menahan pikirannya melayang. Apakah pria itu benar-benar targetnya? Jika ya, apa yang sedang dia lakukan di ruang arsip? Dan lebih penting lagi, bagaimana kaitannya dengan Evans dan perusahaan ini?