"No way! Ngga akan pernah. Gue ngga sudi punya keturunan dari wanita rendahan seperti Dia. Kalau Dia sampai hamil nanti, Gue sendiri yang akan nyingkirin bayi sialan itu dengan tangan gue sendiri. Lagipula perempuan itu pernah hamil dengan cara licik! Untungnya nyokap gue dan Alexa berhasil bikin Wanita sialan itu keguguran!"
Kalimat kejam keluar dengan lincah dari bibir Axel, membawa pedang yang menusuk hati Azizah.
Klontang!!!
Suara benda jatuh itu mengejutkan Axel dan kawan-kawannya yang tengah serius berbincang.
Azizah melangkah mundur, bersembunyi dibalik pembatas dinding dengan tubuh bergetar.
Jadi selama ini, pernikahan yang dia agung-agungkan itu hanyalah kepalsuan??
Hari itu, Azizah membuat keputusan besar dalam hidupnya, meninggalkan Suaminya, meninggalkan neraka berbalut pernikahan bersama dengan bayi yang baru tumbuh di dalam rahimnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maufy Izha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maafkan Suamimu Ini Zizah
Axel duduk termenung di kursi bar seraya menatap kosong botol-botol Vodka yang sudah Ia tenggak.
Laki-laki itu benar-benar merasa hancur. Kekasih hati yang tulus Ia cintai telah mengkhianati dan menipunya, bertahun-tahun Ia hanya di bodohi seperti orang dungu.
Kemudian Istrinya, yang justru ingin Ia rengkuh dengan segala penyesalannya, ingin menebus semua dosanya, ingin memulai pernikahan mereka dengan belajar mencintainya kini pergi meninggalkannya.
Bahkan Kakeknya sendiri yang telah menjodohkannya dengan Azizah tak mau memberitahu keberadaan istrinya itu.
Axel memejamkan matanya, harusnya Ia tak terlalu perduli. Bukankah Ia tak mencintai Azizah? Tapi kenapa mengetahui istrinya itu pergi dari hidupnya rasanya sesakit ini?
Padahal apa yang diinginkannya sudah tercapai, kekuasaan, harta, Ia sudah memilikinya. Tapi kehilangan Azizah di waktu yang tidak tepat , ternyata menjadi pukulan yang berat untuknya.
Mungkin karena Ia terlalu percaya diri, merasa bahwa Azizah sangat mencintainya dan tidak akan pernah berani meninggalkannya.
"Maafkan Suamimu Ini Zizah, Aku memang layak di tinggalkan, tapi bagaimana dengan anak kita?? "
Ucap Axel, matanya kembali berair. Ia kembali ke masa lalu, Saat Azizah hamil untuk pertama kalinya, Ia malah menyetujui rencana Mommy-nya dan Alexa untuk mencelakai bayi kecil itu hingga benar-benar tiada. padahal bayi itu adalah anaknya, darah dagingnya.
Sekarang Azizah bahkan tidak memberitahunya jika Ia sedang mengandung. Apa Azizah sengaja ingin menyembunyikan bayi mereka darinya??
"Arrrrgh!!!" Axel mencengkeram erat botol di tangannya seolah ingin mengeluarkan semua emosi yang membebani bathinnya.
Pria tampan yang tampak berantakan dengan rambut yang acak-acakan dan kemeja yang lusuh itu ternyata mencuri perhatian beberapa wanita nakal yang sedari tadi mengagumi keindahan sosok Axel.
Dimata perempuan-perempuan itu, Tampilan Axel yang 'berantakan' itu malah menambah kadar 'sexy' nya.
Hingga salah satu primadona bar itu dengan percaya diri menghampiri laki-laki yang tengah putus asa itu.
"Hai Tuan..."
Wanita yang diketahui bernama Martha itu dengan genit mengelus paha Axel. Ia sengaja menggigit bibir bawahnya agar terlihat menggoda.
Axel yang memang sedang butuh pelampiasan menyeringai sinis. Kemudian menoleh ke arah Martha dengan tatapan tajamnya.
Namun bukannya takut, Martha yang belum mengenal sifat pria di hadapannya semakin aktif mengayunkan jemarinya, menyentuh dada bidang yang sedikit terlihat karena kancing kemejanya yang terbuka.
Saat Martha akan menyentuh wajah Axel, Pria bermata biru ke abu-abuan itu menangkap tangan nakal Martha.
Martha tersenyum, Ia pikir Axel telah tergoda dan ingin menyentuhnya.
Wanita tak tahu malu itu kemudian dengan gayanya mengibaskan rambutnya hingga memperlihatkan leher jenjangnya yang di mata Axel sama sekali... Tidak menarik.
Tapi Axel ingin mempermainkan wanita ini dulu, Pria itu mengelus lembut leher Martha, senyum sinisnya benar-benar kentara, sementara Martha sengaja mendesah supaya Axel tambah terangsang, pikirnya.
Namun tiba-tiba...
Greb!!!
Tangan kekar itu mencengkeram erat leher wanita malam itu, Axel dengan keji mencekiknya.
"Arrg" Martha menjerit tertahan, matanya membelalak karena terkejut. Wanita yang tadinya sangat bergairah itu kini kesulitan menarik oksigen karena tangan Axel yang sangat kuat mencekiknya.
Wajahnya menjadi pucat.
Rekan-rekan Martha yang melihat kejadian itu histeris dan segera menghampiri dua orang yang tak jauh dari mereka.
"Hei Tuan! Lepaskan! Apa yang kau lakukan???"
Seru salah satu rekan Martha. Axel menulikan telinganya. Ia tak bergeming.
"Tuan, lepaskanlah!!! Dia bisa mati!!"
Sahut yang lain dengan wajah ketakutan melihat Martha yang mungkin benar-benar bisa mati.
Tiba-tiba...
"AXelll!!! Lepasin! Lepasin Xel!!
Vano datang tepat waktu entah bagaimana Ia tahu Axel berada ditempat ini.
Vano berusaha melepaskan cengkeraman tangan Axel di leher wanita malang itu.
"Xell, Loe bisa dipenjara kalo Dia mati?!"
"Gue nggak peduli"
Axel sama sekali tak berhenti. Membuat Vano ikut panik. Wanita seksi yang tengah di siksa Axel itu sudah mulai kehabisan nafas.
"Kalo Loe dipenjara, Loe nggak akan pernah ketemu istri sama anak Loe lagi Xel!!"
Mendengar kalimat itu Axel mengatupkan bibirnya rapat-rapat, kemudian dengan kejam menghempaskan tubuh Martha ke lantai. Wanita itu terkulai lemah. Tapi syukurlah masih hidup.
"Enyah kau dari sini ******. Atau Aku akan benar-benar menghabisimu!!"
Desis Axel dengan suara rendah. Meskipun dalam keadaan mabuk berat, Seorang Axel tidak akan kehilangan kekuatannya jika insting membunuhnya sudah on.
Martha menelan ludah dengan ketakutan Ia segera meminta rekannya untuk membantunya berdiri dan dengan cepat menghilang dari hadapan Axel.
"Loe apa-apaan sih Xel?"
Vano menggelengkan kepalanya. Ia sungguh dibuat tak mengerti oleh kelakuan Axel. Bukan begini caranya menyelesaikan masalah. Dan lagi, apa dengan mabuk-mabukan Axel akan bisa menemukan istrinya?? Tentu tidak kan? Batin Vano.
Untung saja Vano datang tepat pada waktunya, berkat Linda. Linda tahu bahwa Axel akan ke bar karena Axel di kantor benar-benar kacau, sampai hampir semua rapat dibatalkan. Seharian bosnya itu uring-uringan tidak jelas. Banyak karyawan yang tiba-tiba di pecat.
Itu memang bukan hal aneh, karena Axel memang akan sangat mudah memecat seseorang walaupun karena kesalahan sebesar biji apel.
Tapi hari ini yang di pecat sampai 10 orang. Menjengkelkan.
Karena Linda merasa Axel sangat aneh akhirnya sepulang kantor sepupu Axel William itu membuntutinya.
Namun Ia tak ikut masuk ke bar karena harus segera pulang. Dan Linda pun menghubungi Vano.
"Jangan ikut campur!!"
Axel berkata dengan dingin. Matanya merah dan wajahnya sangat gelap seperti langit yang mendung.
"Oke, Gue nggak akan ikut campur tapi please, bukan begini caranya Loe menghadapi masalah ini"
"Terus Gue harus gimana??? Otak gue udah kehilangan cara! Gimana Gue bisa mencari keberadaan Azizah yang lagi hamil anak gue! Bahkan Kakek Gue nggak mau sama sekali bantu Gue!! Gue udah mau gila Van!!!"
Seru Axel!! Pria itu kembali menangis. Vano yang tadinya sangat kesal menjadi sangat prihatin.
Menyesal memang tidak ada obatnya selain dengan menebus kesalahannya.
Tapi, sahabatnya ini telah kehilangan kesempatan itu. Vano mengerti perasaan Axel.
Sampai tiba-tiba Axel memegangi perutnya yang tiba-tiba nyeri dan mual.
Pria yang terlalu banyak minum alkohol itu merasa ingin muntah. Ia kemudian berjalan cepat meski dengan sempoyongan.
Sesampainya di luar...
"Hueeeerkkkk"
Axel memuntahkan semua isi perutnya tepat di rong sampah di depan bar itu.
Vano segera menghampiri sahabatnya, memberikan sapu tangan yang selalu Ia bawa di saku celananya.
"Pulang Xel, Gue anter"
Ajak Vano. Axel tidak melawan. Ia mengangguk setuju karena tubuhnya merasa tidak nyaman, bahkan kakinya sampai gemetar.
'Azizah'
Batinnya entah kenapa ingin selalu memanggil nama itu.
Vano memberikan jaketnya pada Axel dan meminta Axel melepas kemejanya karena kotor terkena muntahan.
Axel menurut. Namun saat Ia mencium aroma parfum dari jaket Vano, Ia kembali ingin muntah.
"Gue nggak mau pake. Jaket Loe bau ******, Gue mau muntah"
"Sialan Loe! Gue pake parfum mahal nih, sembarangan!"
Axel tak menggubrisnya, Pra itu melempar jaket Vano dan hanya mengenakan kaos oblong saja. sementara kemejanya Ia buang ke tempat sampah.
Axel kemudian berjalan mendahului Vano, menghampiri mobil sahabatnya itu dan masuk begitu saja.
Vano lagi-lagi hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Untung sahabat Gue Loe, kalo bukan udah gue tendang pantat Loe biar nyungsep brengsek!"
Gumam Vano menahan dongkol.
Bersambung