NovelToon NovelToon
Rahim Tebusan (Terpaksa Hamil Anak Suami Musuhku)

Rahim Tebusan (Terpaksa Hamil Anak Suami Musuhku)

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Poligami / Ibu Pengganti / Nikah Kontrak
Popularitas:2M
Nilai: 4.9
Nama Author: D'wie

Akibat kesalahannya di masa lalu, Freya harus mendekam di balik jeruji besi. Bukan hanya terkurung dari dunia luar, Freya pun harus menghadapi perlakuan tidak menyenangkan dari para sesama tahanan lainnya.

Hingga suatu hari teman sekaligus musuhnya di masa lalu datang menemuinya dan menawarkan kebebasan untuk dirinya dengan satu syarat. Syarat yang sebenarnya cukup sederhana tapi entah bisakah ia melakukannya.

"Lahirkan anak suamiku untuk kami. Setelah bayi itu lahir, kau bebas pergi kemanapun yang kau mau."

Belum lagi suami teman sekaligus musuhnya itu selalu menatapnya penuh kebencian, berhasilkah ia mengandung anak suami temannya tersebut?


Spin of Ternyata Aku yang Kedua.

(Yang penasaran siapa itu Freya, bisa baca novel Ternyata Aku yang Kedua dulu ya.)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Diperlakukan seperti seorang jalaang

Tok tok tok ...

Terdengar pintu diketuk dengan cukup keras membuat Freya yang sudah terlelap sejak tadi seketika terjaga. Ia segera duduk sambil menajamkan pendengarannya. Setelah yakin, pintu paviliun itulah yang diketuk, Freya pun segera turun dari ranjang dan berjalan menuju pintu.

Rasa penasaran menyeruak. Freya bertanya-tanya siapa yang datang di jam yang susah menunjukkan hampir pukul 12 malam itu.

"Apa itu bi Asih? Kalau benar, emangnya bi Asih mau ngapain malam-malam gini?" gumamnya sedikit ragu.

Namun mendengar ketukan itu kian kencang membuat Freya pun bergegas membuka kunci. Ia yakin, itu bukanlah orang iseng. Paviliun ini ada di dalam kediaman Abidzar dan Erin, jadi mana mungkin bisa ada orang iseng masuk ke kediaman itu sesuka hatinya. Apalagi di rumah besar itu juga ada penjaga yang siap berjaga bergantian selama 24 jam.

Saat pintu terbuka, mata Freya seketika terbelalak. Bagaimana ia tidak terkejut saat mendapati Abidzar telah berdiri menjulang di hadapannya dengan sorot mata tajam.

"A-Anda ... "

Freya terkejut bukan main. Tadi Freya memang sempat berpikir, Abidzar akan datang ke paviliun ini. Ia pun menunggu dengan cemas dan jantung berdebar. Namun, setelah menunggu beberapa lamanya, Freya menghela nafas lega sebab sampai jam 10 lewat tak ada tanda-tanda Abidzar akan menghabiskan malam dengannya. Freya sampai merasa lega tak terkira.

Namun, kelegaan itu ternyata kandas seketika saat mendapati Abidzar datang di tengah malam seperti ini.

Freya benar-benar takut. Sangat takut.

Abidzar tersenyum sinis.

"Kenapa? Kau senang melihat kedatangan ku, hah? Andai bukan permintaan Erin, aku takkan pernah menginjak kaki di sini. Andai ada perempuan lain, aku lebih memilih perempuan lain itu untuk mengandung anakku. Rasanya tak sudi memiliki anak dari perempuan murahan seperti dirimu. Tapi sayang, aku terlalu menyayangi Erin jadi aku pun terpaksa mengikuti permintaannya minimal sampai kau mengandung anakku. Setelah itu, semuanya akan segera berakhir." Tegas Abidzar meluruhkan sisa-sisa kepercayaan diri dan harga diri yang Freya miliki.

"Apakah aku sehina itu di matamu?" Tanya Freya dengan hati yang perih.

"Kau bertanya? Kau pikirkan sendiri sekotor apa dirimu."

'Sekotor apa diriku? Benarkah aku sekotor itu di mata orang-orang? Bahkan Gathan pun dulu sampai tak sudi menyentuhku?' Freya terkekeh miris dalam hati. Tapi begitu lah dirinya di mata orang. Semua karena sikap dan tingkah lakunya di masa lalu.

"Tak usah merasa sok paling tersakiti. Kau tahu, yang paling tersakiti saat ini sebenernya adalah Erin. Dia bukan hanya merelakan aku untuk menyentuh jalaaang seperti mu, tapi juga mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk menebus dan membayar mu. Jadi lakukan saja apa yang seharusnya kau lakukan. Setelah semuanya selesai, segera pergi dari hidup kami dan jangan pernah kembali lagi." Tegas Abidzar. Sorot matanya tajam dipenuhi kebencian. Abidzar lupa, benci dan cinta itu beda tipis. Ia juga lupa, membenci secara berlebihan itu tak baik.

'Aku bukannya merasa sok paling tersakiti. Andai aku bisa, aku pun tak mau seperti ini. Mengapa jalan takdirku begitu terjal, ya Tuhan. Aku tahu dosaku begitu besar atau mungkin tak termaafkan, tapi haruskah aku selalu mendapatkan cemoohan seperti ini.' batin Freya menjerit.

Kemudian, Abidzar masuk begitu saja ke dalam rumah. Bahkan ia menabrak pundak Freya begitu saja membuat wanita itu terhuyung dan nyaris jatuh ke lantai andai ia tidak segera berpegangan pada tembok.

Freya kembali mematung. Ia bingung harus melakukan apa. Ingin menutup dan mengunci pintu, tapi belum tentu Abidzar ingin menghabiskan malam disitu. Bisa saja ia hanya mampir untuk memakinya.

"Kenapa masih di sana? Cepat kunci pintunya. Jangan berlagak sok polos!" Sentak Abidzar saat menyadari Freya masih mematung di dekat pintu.

"I-iya, tu-tuan." Freya bingung harus memanggil Abidzar apa. Ingin memanggil mas, ia khawatir Abidzar tak suka. Apalagi setahunya, Erin memanggil suaminya itu dengan panggilan 'mas'.

Freya pun gegas menutup pintu. Setelah menguncinya, ia pun kembali berdiri mematung, tapi kini di tengah ruangan.

Abidzar yang masih mengenakan kemeja lengkap karena memang baru pulang dari kantor lantas melepaskan kancing di lengan kemeja panjangnya.

Mata Freya mengerjap, apalagi saat Abidzar melepaskan kancing kemejanya satu persatu sehingga kini telah terbuka semua, menampakkan kaos singlet yang menutupi dada bidangnya.

Memang ini bukan pengalaman pertama Freya melihat dada bidang seorang laki-laki. Bahkan ia pernah melucuti pakaian laki-laki itu hingga nyaris polos. Pun dirinya pernah membuka semua kain yang menutup tubuhnya, tapi kini rasa malu dalam dirinya lebih besar. Ia benar-benar malu sehingga memilih untuk menundukkan kepalanya.

Melihat sikap Freya, Abidzar justru mencibir, "sok polos. Sok suci. Mana sikap jalaangmu? Tunjukkan padaku. Sudah berapa laki-laki yang mau puaskan? Aku pun ingin mendapatkan pelayanan dari jalaang seperti mu. Bukankah kau lebih ahli? Daripada aku menyewa jalaang di luar yang tentunya haram untuk ku sentuh, bukankah lebih baik kau yang melakukannya. Ayo, milikku masih belum bangun! Sepertinya dia butuh servis mu agar bisa segera bangun."

Tanpa hati, tanpa perasaan, Abidzar melontarkan kata-kata pedas penuh caci maki dan penghinaan. Dada Freya seketika sesak. Matanya memanas. Ingin rasanya ia menjerit dan membalas caci maki Abidzar, tapi kenapa lidahnya justru seperti terkunci. Kemana mulut lantangnya yang tak segan-segan mencaci maki lawannya? Kemana arogansinya? Kemana ketegasan dan keberaniannya? Kemana mereka semua? Mengapa mereka tak hadir saat ada seseorang yang merendahkan dirinya?

Melihat Freya tak meresponnya sama sekali membuat dada Abidzar menjadi panas. Matanya berkabut amarah. Lalu tanpa bekas kasih, ia menarik lengan Freya dan menyeretnya menuju kamar. Dihempasnya tubuh kurus nan ringkih itu ke atas kasur.

"Berbaring!" titahnya dengan rahang mengeras. Sungguh, Freya takut setengah mati. Freya pun menuruti kata-kata Abidzar dan membaringkan tubuhnya tepat di tengah-tengah ranjang.

Abidzar melepas gesper, menurunkan celana panjangnya, tanpa melepaskan kemeja yang kancingnya telah terlepas semua itu. Setelahnya ia naik ke atas ranjang dan menarik kasar kakiku.

Seolah begitu muak melihat wajahnya, Abidzar mengambil bantal dan melemparnya tepat di wajah Freya.

"Tutup wajahmu!" Sentaknya membuat jantung Freya berdegup dengan kencang.

Freya menangis dalam diam. Ia merasa begitu hina dan kotor. Bahkan laki-laki yang kini berstatus suami sirinya tersebut merasa enggan melihat wajahnya. Wajah tampannya menyiratkan kebencian yang begitu besar.

Freya tidak tahu apa yang Abidzar lakukan. Yang ia tahu, laki-laki itu telah menarik celananya dengan kasar begitu pun segitiga pelindungnya.

Freya merasa amat sangat malu. Rasanya ingin berlari, tapi kemana Freya pun bingung sebab ia tidak memiliki siapa-siapa lagi.

Cuaca malam itu cukup dingin akibat hujan deras sore hari tadi membuat Freya menggerakkan kakinya perlahan. Tapi Abidzar justru menahan dan menekuknya. Freya bisa merasakan Abidzar sedang memposisikan dirinya tepat di depan miliknya.

Freya mengeratkan cengkeramannya pada sisi bantal. Rasa takut menyeruak, tubuhnya sampai menegang. Apalagi saat Abidzar mencoba menyentuh titiknya dan memaksa masuk, tapi ia justru kesulitan.

Ia mendengkus kesal. Ia bingung bagaimana caranya melakukan deposit orang lain selain Erin-istrinya atau ada hal lain yang membuatnya kesulitan seperti ini.

Abidzar kemudian mencoba kembali untuk menyatukan diri, tapi ia masih saja merasa kesulitan. Ia berdecak kesal. Lantas ia pun segera turun dari atas ranjang dan kembali mengenakan celananya.

Freya yang belum tahu apa yang terjadi lantas mencoba mengintip dari balik bantal. Ia seketika lega saat melihat Abidzar mengenakan celananya kembali.

"Aku akan keluar. Kalau Erin bertanya, katakan saja sudah " Ucapnya dingin lalu segera berlalu dari sana.

Setelah kepergian Abidzar, Freya pun segera menyingkirkan bantal di wajahnya. Helaan nafas lega terdengar dari bibirnya. Akhirnya ia bisa tersenyum lega karena Abidzar batal menyentuhnya.

...***...

...HAPPY READING 😍😍😍...

1
#ayu.kurniaa_
.
Ratna Dewi
Alhamdulillah.... bahagia kabeh...
Ratu Fadira
sepertinya ibu abi baik
Ratu Fadira
kasian freya walaupun dulunya dia jahat krn obsesi tp kan sdh tobat dia, semoga dpt kebahagiaan ya fre
syamil mauza
nama calon besan hampir mirip ,, kirain typo
syamil mauza
kasian ya Tirta padahalkan niatnya cuma ngebantu,, jangan judes² neng ana entar ditinggal kejer baru tau ras
Ratna Dewi
Ya ampuuunn..maap Bang Haji...
syamil mauza
kocak bgt sih neneknya Tirta,seru pasti klo dirumah ada "neli"
syamil mauza
ANA kah yg diliat tirta
syamil mauza
Tirta,, Tirta ,, bener² Lo ye, anak orang apa panas dingin
syamil mauza
yang sabar ya Freya,, nanti Abi pasti malah bucin deh
syamil mauza
Tirta aq padamu
Elicia Yeung
Luar biasa
Hlmh
njirr gue nangis baca ny😭🤣
Hilmiya Kasinji
hmmmm.....jodoh ditangan kak author
Hilmiya Kasinji
ceritanya 👍
Hilmiya Kasinji
🤣🤣🤣kok lucu ya...la kalo dipikir Yo lucu anak sama bekas bapak sambung. gak masuk akal DECH pikiranne
Hilmiya Kasinji
hmmm...Mariki Tirta menjauh, ana merasa kehilangan. sip wes
Hilmiya Kasinji
ya Allah seandainya punya nenek kyk gini wuihhh enak banget 😂
Hilmiya Kasinji
nah , Iki baru teges
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!