NovelToon NovelToon
Transisi

Transisi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:546
Nilai: 5
Nama Author: Ida Riani

cerita tentang perubahan para remaja

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27

"Bagaimana" ucap jihan meminta persetujuan kedua kakaknya.

"Jangan kasihan mereka" tolak rangga mengerti maksud jihan.

"Kurasa tidak apa-apa" ucap zidan menyetujui maksud jihan.

"Oke, darurat, ini sangat darurat" teriak jihan berlari ke arah binti dan doni, merebut paksa payung yang mereka bawa.

"Kakak ayo" jihan segera menghampiri kedua kakaknya, setelah payung sudah berada di tangan Jihan, mereka segera berlari menembus derasnya hujan menuju rumah.

Mereka terkejut Jihan merebut payung yang dibawa, kemudian mereka segera berteduh ditempat dimana Jihan dan saudara nya berteduh sebelumnya..

"Jihan kembalikan payungku" teriak doni yang menggigil kedinginan.

"Jihan, apa yang kamu lakukan?, aku akan memberitahu ayahmu!" Teriak binti tidak terima payungnya diambil dengan paksa.

"Assalamualaikum, ayah kami pulang" ucap jihan mengucap salam.

Sesampainya dirumah mereka semua dibuat terkejut dengan adanya nenek rangga bersama gadis kecil yang duduk disamping lian.

"Rangga, kamu sudah pulang" ucap nenek rangga.

"Nenek kenapa datang kesini?" Tanya rangga.

Zidan mengajak jihan pergi menjauh ketika rangga dan neneknya sedang mengobrol.

"Ibumu, baru saja terjatuh dan kakinya terkilir, jadi dia memintaku untuk datang dan menemuimu, aku juga membawa makanan untukmu, rangga, kemarin ibumu berkata, kalau dia terlalu sibuk, jadi dia tidak membawa adikmu saat bertemu denganmu, azizah kemarilah, ini kakakmu" ucap nenek rangga.

"kenapa diam, kemarilah, apa kamu senang bisa bertemu dengan kakakmu, salim dong" tanya nenek rangga pada azizah.

Gadis itu berlari kecil menghampiri nenek dan rangga

"Saat dia di rumah, yang ingin dilakukan hanyalah bertemu denganmu" sambungnya.

"Kakak, apakah kamu kakakku" tanya azizah polos.

"Astaga, kenapa kamu masih bertanya, ayo salim pada kakakmu" perintah nenek.

Gadis itu menuruti perintah neneknya kemudian, mencium tangan kakaknya dengan tulus.

Meskipun kurang menyukai kehadiran sang nenek tetapi rangga membiarkan gadis kecil itu mencium tangannya.

"Kakak, ini pertama kalinya kita bertemu, perkenalkan namaku azizah, aku kelas satu SD" ucap gadis itu memperkenalkan dirinya.

Rangga hanya terdiam, mendengar nenek dan adiknya berbicara, entah apa yang di pikirkannya, apakah senang atau sebaliknya.

Zidan menggelengkan kepalanya melihat bocah kecil itu memperkenalkan dirinya pada rangga.

"Kakak, aku datang dan membawakan hadiah untukmu, aku harap kakak menyukainya" ucap gadis itu memberikan hadiah pada rangga.

"Ambillah" sahut nenek.

Rangga tak menanggapi lalu melengos pergi.

"Mau kemana" tanya nenek rangga sambil menarik tangannya.

"Siapa yang menyuruh nenek datang kemari?" ucap rangga ketus.

"Astaga, anak ini, sini ikut denganku, kemarilah" nenek mengajak rangga keluar untuk membicarakan hal yang menurutnya hanya rangga yang berhak mengetahui.

Zidan menatap sang nenek tajam kemudian beralih ke gadis kecil yang berdiri tidak jauh darinya.

Sudah jangan dilihat lagi, pergi, carilah papa hari, dan minta dia untuk datang" perintah ayah lian.

"Baiklah" sahut zidan kemudian melangkah pergi.

Setelah zidan pergi jihan mengambil sesuatu dari saku celananya, menghampiri gadis kecil itu, dan menyodorkan tangan sambil menggenggamnya pada azizah.

"Apakah kamu mau permen?" tanya jihan setelah membuka apa yang digenggamnya.

Gadis itu tidak menjawab, ia kemudian pergi menjauhi jihan dan duduk kembali di bangku sebelumnya.

Karena gadis itu tidak mau menerima permen darinya, maka jihan memakan sendiri permen yang dibawanya dan melangkah pergi mengintip rangga dan nenek dari balik jendela.

"Rangga, azizah adalah adik kandungmu, meskipun kalian tidak pernah bertemu, kalian saudara sedarah, selain orang tuamu, kamu adalah yang paling dekat dengan" ucap nenek serius.

"Aku tidak perlu seorang adik, aku sudah punya adik" jawab rangga.

"Jihan maksudmu, dia bahkan buka sepupu, dia tidak bisa disamakan dengan azizah, asal kamu tahu, lian menjagamu, itu karena ayahmu membayarnya, selain seorang pelayan, dia juga pelayan ayahmu, bukanlah kamu tahu hal itu?" ucap nenek.

"Jika nenek terus berkata seperti itu tentang ayah lian, segera pergi dan jangan pernah datang lagi kesini" ucapnya tegas.

"Apa? Kamu ingin memutuskan hubungan dengan nenekmu? Kamu masih terlalu muda, apakah nenek mencoba untuk mencelakaimu, apakah kamu tidak tahu siapa yang memperlakukanmu dengan baik?" ucap nenek menohok.

"Tentu saja aku tahu, mulai sekarang bisakah nenek berhenti menghubungi papaku? Apa hubungannya denganmu?, apa nenek tidak punya putra atau menantu lain?" Jawab rangga kesal.

"Kamu!, Beraninya kamu bicara seperti itu pada nenek, siapa yang mengajarimu? Sahut nenek tidak terima.

"Jika sudah selesai, bawalah anak itu pergi, dan berhentilah mengganggu kami" perintah rangga.

"Kamu!, anak ini, kenapa kamu, bisa bicara seperti itu?, siapa yang mengajarimu bicara seperti itu?" Teriak nenek sambil memukuli tangan rangga.

Melihat nenek marah-marah sambil memukuli rangga, jihan yang mengintip dari balik jendela segera menghampiri dan menghalangi nenek agar berhenti memukuli rangga.

"Nenek jangan pukul lagi" ucap jihan menghalangi.

"Aku sedang mengajarinya dia terlalu bersifat kekanakan" jawab nenek tidak terima.

"Bicarakanlah baik-baik, jika papa hari tahu, dia pasti akan sedih" ucap jihan.

"Dia akan sedih setelah dipukul sekali saja?, Sepertinya rangga tidak pernah dipukul, itulah sebabnya dia seperti anak kecil, dia pantas mendapatkan hukuman" ucap nenek ketus.

"Seperti anak kecil, bersifat kekanakan" ucap jihan sambil menghela nafas pelan.

"Tidak apa, kamu masuk saja jihan" ucap rangga menyuruh jihan masuk dalam rumah.

"Tunggu, nenek, jika masih ada yang ingin dibicarakan, kita bicarakan didalam, lihatlah sepatumu basah terkena hujan, wah, nenek memakai sepatu baru" ucap jihan sambil berjingkrak dan sesekali menciprati nenek dengan air hujan.

"Sudah, hentikan, dasar anak tidak berpendidikan" ucap nenek kemudian melangkah pergi menjauh dari jihan.

"Dasar nenek tua, benar-benar tidak punya akhlak" ucap jihan.

"Apa kakak mau pergi, aku mohon kakak jangan pergi" pinta jihan sambil merangkul kakaknya.

"Bagaimana jika aku panggilkan taksi?" Tawar lian pada nenek.

"Tidak usah, aku pergi sendiri" ucap nenek mengambil payung dan tas miliknya.

"Apakah kakak juga akan ikut dengan kita?" Tanya azizah.

"Tidak, malam ini, kamu akan tinggal disini bersama kakakmu, lagi pula besok kamu tidak sekokah, bermainlah sepuasnya dan menurut lah pada kakakmu" ucap nenek.

Azizah sangat senang dan menjawab dengan anggukan.

"Dia tidak bisa tinggal disini" ucap lian terkejut.

"Jangan khawatir, kami tidak akan meninggalkanya disini, apa hubunganya denganmu, jika hari tidak peduli, tinggalkan saja azizah ke jalanan" ucap nenek lalu keluar dari warung mi ayam lian dan pergi begitu saja.

"Apa?.... tungggu... kamu tidak bisa meninggalkan anak ini begitu saja" ucap lian pada nenek agar membawa azizah bersamanya.

"Astaghfirullah" gumam lian setelah nenek pergi meninggalkan gadis kecil itu.

"Nenek tua ini benar-benar sudah gila" sahut jihan kesal.

"Sabar ya" sahut zidan sambil menepuk bahu rangga memberikan dukungan dan semangat kepadanya, agar tidak kecewa dengan sikap neneknya.

1
Idar
Selamat Membaca
Idar
Selamat Membaca.
Idar
Selamat Membaca.
Ditunggu komentarnya.
Idar
Selamat Membaca.
Idar
Selamat Membaca
Idar
Selamat Membaca /Good/
Idar
Selamat Membaca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!