Xiao Yuen sang putra mahkota kerajaan Hindipura, yang dianggap sampah lantaran memiliki Dantian yang cacat semenjak lahir, setiap saat, mendapat hinaan dan siksaan dari pangeran Gumantri saudara tiri nya.
Hingga pada suatu hari, seorang pertapa tua mengajak nya pergi ke Negeri seberang untuk mencari keberadaan ayah nya.
Bertemulah dia dengan ayah nya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Setelah Tiga Musim Berlalu.
Cukup lama Xiao Yuen mengamati botol berisi pil sebesar biji lada berwarna biru cerah seperti batu Giok biru itu.
Perlahan, tutup botol kecil itu dibuka nya, dan semerbak wangi aroma pil menyebar menusuk kedalam hidung Xiao Yuen.
Dibawah botol itu tertera tulisan, "hanya boleh diminum sebutir setiap satu purnama, atau tubuh akan meledak" .
Xiao Yuen mengeluarkan sebutir pil itu ke telapak tangan nya, lalu menelan pil kecil itu.
Awal nya tidak terjadi apa apa , hingga Xiao Yuen selesai menyimpan kembali botol kecil itu kedalam cincin penyimpanan nya.
Saat Xiao Yuen bermaksud melangkah masuk kedalam kuil, tiba tiba dia merasa ada arus energi hangat yang bergerak di dalam perut nya.
Arus energi itu awal nya hanya hangat dan bergerak perlahan saja, namun seiring waktu, semakin lama semakin bertambah hangat dan berubah menjadi panas serta mulai bergolak seperti sesuatu yang mencari jalan keluar nya.
Tubuh Xiao Yuen mulai bergetar hebat, semakin lama, semakin kuat, dan akhirnya tubuh Xiao Yuen berguling guling di teras kuil emas itu.
Seluruh urat syaraf dan otot otot di tubuh nya menegang, seakan akan mau pecah saat itu.
Xiao Yuen berusaha duduk, mengarahkan energi dahsyat itu masuk ke pusat Dantian nya.
laksana arus air yang terbendung, tiba tiba di buka kearah laut, arus energi dahsyat itupun mengalir masuk kedalam inti Dantian nya.
Xiao Yuen merasa ada ledakan energi di dalam tubuh nya, namun arus energi itu masih terus bergolak kuat dan mengalir menuju pusat Dantian nya.
Sekali ledakan, dua kali ledakan, tiga kali ledakan, namun arus energi itu masih saja bergerak masuk mengisi Dantian nya.
Hingga setelah ledakan kelima, barulah arus kuat energi di dalam tubuh nya mulai melemah, dan akhirnya lenyap sama sekali.
Kini tingkat kultivasi Xiao Yuen meningkat drastis, naik lima tingkat, hingga menerobos ke ranah Alam Taruna akhir.
Tiba tiba awan putih bergerak menaungi kepala Xiao Yuen.
"Ah mungkin ini petir kesengsaraan itu, aku harus bersiap siap, karena tidak mungkin bisa lari petir kesengsaraan ini!" pikir Xiao Yuen langsung berdiri dan melangkah ke halaman kuil emas itu.
"Jder!" ....
Sambaran petir pertama menghantam tubuh Xiao Yuen, hingga tubuh nya bergetar karena nya.
Petir kesengsaraan tingkat satu, berwarna agak kecoklatan itu, tidak terlalu keras, karena baru tingkat permulaan.
"Jder!" ....
Dentuman kedua terdengar, membuat rambut Xiao Yuen mulai berasap, namun Xiao Yuen sendiri tidak apa apa.
"Jder!" ....
Dentuman terakhir membuat rambut Xiao Yuen hangus sebagian.
Setelah dentuman ketiga, dari awan putih itu tiba tiba turun hujan yang terasa sangat nyaman di tubuh nya, itulah hujan kebahagiaan.
Karena hujan itu, kulit tubuh Xiao Yuen kini menjadi semakin putih bersih dan rambut nya tumbuh seperti sedia kala.
Beberapa saat kemudian, Xiao Yuen mulai melakukan gerakan jurus silat yang ada di kitab Pat Sian Bu Sut yang bernama Hong Sian Coan Soan (Dewa Angin Menerjang Badai) tingkat pertama.
Kali ini Xiao Yuen merasa gerakan nya semakin enteng, bertenaga dan semakin cepat saja.
Setelah berlatih gerakan silat beberapa waktu, Xiao Yuen merasa tubuh nya semakin bugar saja, dan lompatan nya pun semakin jauh saja.
Matahari mulai tinggi saat Xiao Yuen menceburkan tubuh nya ka telaga.
Sambil mandi, tidak lupa Xiao Yuen bermain main dengan batu kerikil kecil, menyabit dua ekor ikan yang berenang di dalam air.
Setelah selesai mandi, Xiao Yuen membersihkan ikan yang dia dapat, lalu kembali mengumpulkan kayu kering untuk membuat api unggun, guna memanggang ikan.
Seekor elang putih turun di depan Xiao Yuen, menatap kearah anak itu beberapa saat lama nya.
Xiao Yuen melemparkan separo ikan yang dipanggang nya ke arah elang putih itu.
"Nah makanlah Pek Eng!" ucap Xiao Yuen.
Elang putih itu terdiam, ragu ragu sesaat, lalu melangkah mendekat kearah ikan yang tadi dilemparkan Xiao Yuen kearah nya, dan mulai memakan nya.
Siang itu Xiao Yuen kembali ke bagian barat lembah, kedaerah ladang tanaman aneh dahulu.
Kali ini Xiao Yuen bergerak cepat, dan bisa menangkap dua buah tanaman aneh itu.
Ternyata tanaman itu memiliki umbi yang cukup besar berwarna putih susu.
"Ah aku punya kuali tanah di dalam cincin Ong Yok Sian Wu, sebaiknya umbi ini ku masak saja!" pikir Xiao Yuen sambil mengeluarkan tembikar untuk memasak umbi itu.
Sebenar nya, karena ketidak tahuan nya, tanpa sadar Xiao Yuen memasak Ginseng ratusan ribu tahun secara percuma.
"Wah ternyata umbi ini sangat enak sekali, aku suka rasa nya yang manis sedikit asin dan ada rasa asam nya sedikit!" gumam Xiao Yuen sambil mengunyah umbi Ginseng ratusan ribu tahun itu.
Meskipun begitu, khasiat Ginseng itu tetap tinggi, tanpa sadar, tubuh nya semakin sehat, kekuatan pisik nya meningkat drastis, dan energi murni nya semakin banyak terkumpul.
Berselang seling, apa bila bosan makan ikan, maka Xiao Yuen makan kelinci yang dibawa Pek Eng, dan kalau pun bosan Xiao Yuen makan umbi Ginseng ratusan ribu tahun itu.
Karena dia memilih yang paling besar, sudah pasti yang dia makan yang berumur paling tua.
Begitulah kehidupan Xiao Yuen di pulau terpencil di tengah samudra itu setiap hari nya, berlatih ilmu silat , ilmu pedang, ilmu pengobatan dan aneka macam pil serta tumbuhan herbal sebagai sumberdaya nya.
Tiga tahun pun berlalu, kini Xiao Yuen berusia sembilan tahun, masih bisa dibilang anak kecil yang mulai meningkat remaja.
Selama tiga tahun itu, tidak lain pekerjaan nya, hanya berlatih segala apapun yang dia dapat dari kitab kitab peninggalan Pat Sian (delapan Dewa), sehingga kemahiran nya dalam menguasai ilmu silat jurus Hong Sian Coan Soan (Dewa Angin Menerjang badai) hingga tingkat ke delapan, atau tingkat akhir, tidak diragukan lagi, bahkan bisa digolongkan sangat mahir sekali.
Begitupun dengan jurus pedang Hun Sao l San (menyapu awan, memindahkan gunung), sudah sangat mahir dia lakukan, bahkan gerakan nya pun kini semakin kuat, semakin cepat dan sangat bertenaga.
Gwa Khang (tenaga pisik), Lwe Khang (tenaga Dalam), Sin Khang ( tenaga Sakti) dan Gin Khang (ilmu meringankan kan tubuh), sudah mencapai tingkat tinggi.
Gwa Khang nya kini sudah mencapai seratus lima puluh kati (*1 kati\=6 ons*), sebuah tenaga luar biasa bagi anak usia sembilan tahun. Hal itu terjadi, karena pil dan sumberdaya yang berlimpah yang dia miliki.
Bahkan, tingkat kultivasi nya pun kini, tanpa disadari nya, sudah naik ke ranah Alam Ksatria tingkat akhir, walaupun secara pisik tetap terlihat di tanah Alam Taruna menengah, hal itu alamiah tanpa menyembunyikan kultivasi nya, karena pengaruh dari kecacatan Dantian nya dahulu, sehingga orang melihat dia memiliki tingkat kultivasi yang mandek di ranah dasar itu.
Pagi itu, Xiao Yuen kembali menjemur Ginseng ratusan ribu tahun yang dia ambil kemarin.
Sudah banyak Ginseng langka yang dia simpan didalam Cincin ruang Ong Yok Sian Wu. Karena kini dia tahu apa saja tumbuhan herbal langka yang sangat berguna bagi kesehatan, itu berkat dia membaca dan mempelajari kitab Thi Thien (langit Bumi) milik Ong Yok Sian Wu.
Tadi malam dia mendengar ada suara raungan di sisi timur lembah, suara raungan yang membuat daerah sekitar nya bergetar.
Rasa penasaran, membuat Xiao Yuen memutuskan pergi ke timur lembah untuk melihat apa yang sebenar nya ada disana.
Sambil melompat lompat diatas bebatuan, Xiao Yuen berlari kearah timur lembah.
Sebentar saja, dia sudah tiba di timur lembah, namun tidak ada sesuatu apapun selain Padang gersang berbatu batu.
Tiba tiba Xiao Yuen tertegun, melihat sesuatu dihadapan nya.
Seekor binatang aneh sebesar pergelangan tangan, berdiri diatas batu sambil memperhatikan diri nya dengan tatapan mata nya yang merah menyala.
Binatang itu memiliki tubuh seperti kuda, namun bersisik agak besar seperti sisik naga, memiliki kumis mirip kumis lele, namun berwajah mirip singa dan memiliki bulu surai di leher nya, berkaki empat yang berbeda tiap kaki nya, dan memiliki sepasang sayap, serta dua tanduk mirip tanduk rusa, namun berwarna kuning emas, bertengger di kepala nya, dengan warna kulit nya yang kuning kecemasan semua nya.
Xiao Yuen mundur beberapa langkah kebelakang, dada nya tiba tiba bergetar saat menantang tatapan mata mahluk itu.
...****************...