Kesuksesan Istri Yang Di Anggap Benalu

Semburat jingga mulai terlihat di ufuk barat, pertanda senja akan segera hadir. matahari tampak bulat sempurna terlihat lebih besar berwarna oranye cerah.

Aku mengendarai motor dengan perlahan, menikmati suasana sore ini. Melewati persawahan yan baru di tanami padi tampak mulai menghijau. Area persawahan yang ada di desa ku, di kelilingi oleh pegunungan. Di pinggiran sawah juga di tanami pohon kelapa. Di tepi jalanan di lewati parit irigasi dengan air yang mengalir deras terlihat jernih melintas di depan ku. Suara katak di sawah saling bersahutan terdengar merdu, bagaikan alunan musik khas perdesaan. Hembusan udara dingin menerpa tubuh ku, terasa menembus kulit. Terlihat jelas di jalanan yang tergenang air dan Hiasan awan mendung masih Bergelantungan di langit menandakan desaku habis di guyur hujan.

Tampak dari kejauhan, hiruk pikuk penduduk yang sedang melakukan aktifitas setelah turun hujan. Lama aku berdiri menyendiri di atas rerumputan hijau tiupan angin semilir yang menerpa tubuh ku, seolah tak ku rasakan. Aku tetap diam tenang di tempat tanpa sedikit pun bergeming dengan pesona alam. Yang ku pikirkan saat ini adalah kata-kata Bapak tadi siang yang membuat ku cukup terenyuh...

flashback on.....

"ndok.Bapak minta maaf, karena Bapak sudah gagal mendidik anak laki-laki Bapak untuk menjadi imam yang baik buat kamu, Bapak juga minta maaf karena belum bisa mendidik istri Bapak, untuk menjadi ibu mertua yang baik buat kamu. semua ini terjadi terlepas dari kendali Bapak. Bapak harap kamu mau menerima maaf Bapak". ucap Bapak mertua ku dengan wajah penuh sesal dan kecewa.

"Bapak gak usah minta maaf sama Ning, karena Bapak tidak bersalah. Ini semua sudah jadi suratan takdir untuk Ning. Dan Ning ikhlas menjalaninya.... ucap ku dengan menitikkan air mata.

"Ning Bapak minta maaf yang sebesar-besarnya sama kamu, Bapak harap kamu bisa menerima keputusan Bapak Ini walaupun itu terasa berat. Bapak mohon sama kamu izinkan Bayu menikahi Susi, karena dia juga harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. mungkin Bapak terlihat egois di mata kamu, tapi Bapak sudah tidak punya pilihan lain selain menikahkan mereka, karena saat ini Susi juga sedang hamil. Ujar Bapak dengan bergetar. dengan manik mata yang terlihat merah. "Bapak juga berharap kamu tetap mempertahankan pernikahan ini. Insyaallah Bapak akan menekankan Bayu supaya bersikap adil. Ujar Bapak lagi.

Deg....

Bagaikan tersambar petir di siang bolong, aku terperangah mendengar keputusan Bapak. aku tidak menyangka kalau Bapak akan memutuskan hal yang menyakitkan bagi ku. tidak ada satu pun wanita yang mau di poligami, apapun itu alasannya.... seadil-adilnya suami pasti tetap akan ada kesenjangan dalam rumah tangga. karena kodratnya suami adalah manusia biasa, bukan seorang Nabi. lidah ku terasa kelu untuk menjawab pertanyaan dari Bapak. Aku hanya diam membisu, dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipi ku. hati ini bagaikan terkoyak-koyak oleh sebilah pisau. sakit, perih, sesak semua rasa itu bercampur aduk di dada. Membayangkan kehancuran rumah tangga yang kini berada di depan mata.

Lama sekali Bapak tak mendapatkan Jawaban dariku kemudian Bapak bangkit dari duduknya. sambil menepuk pundak ku. dan berkata. "Semoga Allah selalu memberikan kebahagiaan untukmu, yakinlah bahwa setelah mendung datang pasti akan hadir pelangi". Bapak pun berlalu meninggalkan ku yang terpaku.........

flashback of.

sayup-sayup terdengar suara azan berkumandang dari masjid Darul Huda, memanggil umatNya agar menghentikan aktivitas mereka sejenak. Untuk kembali berserah pada sang Pencipta. Aku putus untuk pulang ke rumah.

sesampainya di rumah ternyata ibu mertua ku sedang duduk di teras dengan lipatan mukena dan sajadah yang di sampir kan di lengannya, sepertinya dia akan berangkat ke masjid.

Dengan wajah masam, dia menegur ku. "Dari mana saja kamu Ning", ucapnya dengan nada membentak. perempuan kok kerjaannya keluyuran saja. kamu gak lihat apa di dalam masih banyak pekerjaan yang numpuk. kamu pikir kamu siapa. berharap aku yang beresin. kamu itu numpang di sini. dan sebentar lagi pasti akan di tendang sama Bayu untuk keluar dari rumah ini". tukasnya dengan sarkas.

aku hanya diam saja, karena jika ku jawab pasti akan berbuntut panjang. yang ada ibu mertua ku gak jadi pergi ke masjid.

"sudah ya bu ngomelnya. nanti ibu terlambat ke masjid". sindir ku. aku pun berlalu masuk kedalam, tak ku hiraukan dia ngomel sepanjang jalan..... aku yang sedang di landa kegundahan, buru-buru ke kamar mandi untuk berwudhu. dan berserah diri pada Sang Pencipta.