Keesokan paginya Ana pun terbangun dari tidurnya dan mendapati pria itu sedang duduk di atas ranjangnya sembari melihat ke arah jendela.
Ana bergegas bangun dan menghampirinya "Bagaimana keadaanmu Tuan?" tanya Ana tersenyum.
Tuan itu diam tak bergeming dengan tatapan melihat ke arah jendela.
"Tuan katakanlah sesuatu?"
Tuan itu menoleh dan menatap Ana "Kau siapa?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noona frog, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua
Ana mengetuk-ngetuk kepalanya "Sungguh malangnya nasibku, ingin berbuat baik tapi apa balasannya. Hehh emang siapa dirinya sombong amat itu orang jangan sampai aku bertemu orang seperti dia lagi, huufftt" celetuk Ana.
Sadar dia hampir terlambat Ana pun berlari menuju salah satu gedung rumah sakit yakni di Bagian ruang keperawatan.
***
Di salah satu bagian rumah sakit seorang wanita terlihat cemas dia adalah Tantenya Harry yang bernama Cristy "Harry seharusnya kau mengabariku secepatnya, Apakah kau yakin sudah tidak apa-apa?"
Harry berganti pakaian "Aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir!"
"Bagaimana aku tidak khawatir kau kecelakaan tadi malam dan aku baru tau pagi ini"
"Bagaimana dengan Kakek apa dia tau?"
"Tidak, dia belum tau.."
"Jangan beri tau dia, akan lebih baik kalau dia tidak tau".
Harry beranjak pergi namun langkahnya terhenti di sebuah sofa sebuah name tag tertinggal di sana. Dia pun mengambilnya. "Terus setelah ini kau mau kemana?" Tanya Cristy.
Harry masih diam memandangi sebuah name tag itu, dia pun menyimpannya di saku kemejanya.
Tokk Tokk tokk! Seorang pria datang dengan sedikit membungkuk. "Semua sudah siap" ucap pria itu.
"Hmm Jimms kau!, kenapa kau datang kesini"
"Aku yang memintanya" celetuk Harry. "Pulanglah aku mau ke kantor dulu"
"Tak bisakah kau pulang kerumah dulu Harry".
Harry berbalik "Aku sibuk, nanti malam aku pulang" Harry pun beranjak pergi bersama Asisten pribadinya Jimms dan meninggalkan Tantenya yang diam terpaku melihat kepergian Harry "Dasar Anak itu!".
Mereka pun berjalan keluar Jimms membukakkan pintu mobilnya, Harry masuk dan duduk dibelakang. "Bagaimana dengan mobilku?"
"Tenang saja aku sudah mengurusnya" sahut jimms. "Jenna menelponku".
"Dia menelponmu?"
"Iya beberapa kali saat aku sedang menuju kesini"
"Terus apa yang kau bilang?"
"Aku bilang saat ini anda ada urusan di luar kota"
"Mengganggu saja."
***
Sesampainya Ana langsung masuk di belakang barisan dokter dan perawat yang mengiringi Dokter Syaraf Alex yang saat ini sedang memberi beberapa penjelasan sembari mengunjungi beberapa pasien "Ana dari mana saja kau?".
Ana berbisik "Maaf aku terlambat"
"Jangan padaku, katakan itu kepada Dokter Alex"
Ana menggeleng "Aku tidak berani"
"Baiklah sampai di sini, kita lanjut setelah jam makan siang" ucap dokter Alex.
Barisan itu pun langsung membubarkan diri. Namun tidak dengan "Ana!" teriak Dokter Alex.
Ana pun berbalik dan menghampirinya "Iya Dok"
"Ikut aku keruanganku". Ana pun mengikutinya menuju ruangannya.
"Ini ketiga kalinya kau terlambat"
Ana tertunduk "Maaf dok".
"Maaf kau bilang, Aku tidak peduli dengan alasanmu kali ini, ini yang terakhir Ana, setelahnya aku tidak akan mentolerirnya lagi. Aku tidak ingin di tim ku ada orang yang tidak menghargai waktu".
"Iya dok, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi."
"Baiklah pergi sana jalankan tugasmu"
Ana mengangguk "Baik Dok". Ana pun berjalan keluar saat membuka pintu, mata Ana terbelalak terkejut melihat temannya yang bernama sarah ada di balik pintu. Ana menepuk pundak sarah "Apa yang kau lakukan?"
Sarah nyengir "Ya mengupinglah"
"Bagaimana kalau dia tau, habis juga kau kena"
"Hei kali ini apa alasanmu, kenapa terlambat lagi"
Ana menggeleng "Sudahlah aku malas membahasnya"
"Kenapa begitu"
"Saat ini waktunya bekerja, sudahlah aku mau keruangan pasien dulu" Ana pergi meninggalkan Sarah.
Ana mendatangi salah satu pasien wanita berumur yang akan segera pulang. Dengan tersenyum Ana memberikan beberapa obat "Jangan lupa yang minum obatnya secara teratur"
"Iya nona, terimakasih sudah mau merawatku"
Ana menggeleng "Itu sudah kewajiban kami sebagai perawat dan sudah tugas kami merawat pasien di sini" kata Ana tersenyum.
Wanita itu tersenyum "Kau baik sekali nona, aku jadi ingin punya menantu sepertimu"
"Benarkah?"
"Iya apa kau sudah punya pasangan"
Ana menggeleng "Saat ini aku ingin fokus dulu di karier aku" kata Ana tersenyum.
"Kalo begitu aku akan berdoa untuk kesuksesanmu nanti"
Ana tersenyum "terima kasih nyonya, infusan anda sudah saya lepas setelah ini nyonya boleh pulang tapi tunggu di jemput yaa dan ingat obatnya diminum secara teratur"
Wanita itu mengangguk "Baiklah, terimakasih suster"
Tanpa di sadari seseorang sedang mengawasi Ana dari jauh. Ana yang baru kembali dari kamar pasien mendadak terkejut karena kemunculannya yang tiba-tiba. "Astagah Dokter anda mengagetkanku"
"Ana sudah aku bilang jangan pernah terikat emosional dengan pasien"
"Tapi Dok, aku hanya bersikap ramah kepada mereka"
"Itu akan menghambatmu menjadi seorang perawat karena kau akan lemah ketika sesuatu yang tidak di inginkan terjadi hingga akhirnya akan merugikanmu nantinya"
Ana terkekeh "Aku rasa anda berlebihan Dok, tapi tidak papa aku akan terima itu sebagai motivasi aku, kalau begitu saya pergi dulu masih banyak yang harus saya kerjakan" kata Ana beranjak pergi.
"Aku tidak percaya apa yang dia katakan, bukankah seorang perawat harus ramah kepada pasiennya. Kenapa dia begitu pantas saja banyak yang tidak suka dengannya." Ana mengetuk-ngetuk kepalanya "Kenapa aku harus se tim dengan dia".
-
-
-
To be continued...