kisah ini bercerita tentang gadis muda berusia 21 tahun bernama Alya, Alya terpaksa menerima tawaran menikah dari dosen kampusnya yang usianya 37 tahun bernama Rafa, Rafa meminta Alya mengandung anaknya karena istrinya tidak bisa memberikan keturunan. lambat Laun benih cinta diantara mereka mulai tumbuh, dari sinilah timbul masalah baru, istri sang dosen tidak rela suaminya membagi cinta dengan alya. dapatkah Rafa mempertahankan dan membuat Alya di akui sebagai istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisha.Gw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu mertua
"Kamu yakin mau ke kampus hari ini"
"iya mas, aku harus cepat lulus"
"Al, Jangan di paksa, keadaan kamu sekarang nggak memungkinkan, kamu bisa nyusul tahun depan"
"nggak bisa mas, aku harus lulus tahun depan"
"terserah, kamu memang keras kepala" Rafa yang kesal meletakkan sendoknya sedikit menghempas, hingga terdengar bunyi decitan antara piring dan sendok, Alya tau suaminya itu marah, Rafa melenggang pergi setelah memasang jasnya yang tersampir di bahu kursi.
"Mass, tunggu" Alya mengejar suaminya, ia tahan pergelangan tangan Rafa, punggung tangan Rafa ia cium dengan takzim. Rafa tidak memberikan respon apapun, ia hanya memperhatikan Alya yang mencium tangannya, tangan besar Rafa masih di genggam dengan erat oleh Alya.
"hati-hati mas, semangat kerjanya, aku juga janji akan langsung pulang kalo sudah ngerasa nggak enak, kamu tenang aja, jangan marah, aku takut" Cicit Alya dengan senyuman tulus berhasil meluluhkan hati Rafa yang keras seperti batu. Rafa menarik tangan nya dari genggaman Alya, ia usap pucuk kepala sang istri, dan entahlah sadar atau tidak Rafa memberikan ciuman di kening Alya, sama seperti yang ia lakukan dengan Naila, hal itu berhasil membuat Alya terkejut tidak percaya, pasalnya hubungan mereka bisa di bilang formal dan biasa saja tidak ada istimewanya, tapi apa yang lakukan padanya bukan lah hal yang biasa, detak jantung Alya berpacu lebih kuat dari biasanya, pipinya mungkin sudah memerah hanya karena perlakuan Rafa
"Kamu juga hati hati, saya berangkat dulu, assalamualaikum"
"wa-- waalaikumsallam " Alya menunggu mobil Rafa tidak terlihat lagi di halaman rumah, barulah ia masuk kembali, Alya menyandarkan tubuhnya di balik pintu yang tertutup, dengan tangan yang sudah berada di atas dada.
"Lo kenapa Al, jangan... jangan sampai Lo cinta sama dia Al, jangan... Lo bisa nyakitin diri Lo sendiri juga mbak Naila" Alya berusaha meyakinkan dirinya untuk tetap menjaga batasan pada Rafa, agar benih cinta tidak pernah tumbuh di hatinya.
...
"Lu ko sering banget nggak turun sih, Al. nggak biasanya, lu kan murid yang paling rajin "
"gue cuman nggak enak badan aja akhir akhir ini"
"Lo nggak sakit kan Al, nggak ada yang Lu tutupin dari gue kan" Jihan menatap, menelisik mencari kejujuran di mata sahabatnya, Jihan merasa ada yang aneh dengan sikap Alya akhir akhir ini.
"CK" Alya berdecak membuat jihan berhenti menatap nya
"nggak ko jih, gue sakit biasa aja"
"sampai gue tau ada yang lu sembunyiin dari gue, awas Lo"
"Hem" Alya melanjutkan makan siangnya, selama menikmati makan siang, mereka berbagi cerita yang terlewat, tak jarang mereka tertawa, tapi seketika suasana berubah saat azzam ikut duduk dan meletakkan mangkuk berisi bakso di atas meja mereka, hal biasa untuk Jihan, tapi tidak biasa untuk Alya, ia takut Rafa melihatnya dan salah paham lagi, Alya menggigit bibir bawahnya, ingin pergi dari sana tapi ia juga merasa tidak enak dengan Azzam, makan siangnya juga belum habis.
"gue gabung yaa, nggak ada tempat kosong lagi soalnya"
"oh iya, Santai aja kali zam" ucap Jihan dengan entengnya.
"lu kemana aja Al?"
"g--gue, nggak kemana mana , gue cuman kecapean dan butuh istirahat aja
"lu ko jadi gugup gitu sih, Al" goda Jihan tanpa tau apa yang sebenarnya sahabatnya itu takutkan
"ih aa--apa an sih lu, siapa yang gugup, nggak ada ko" Jihan dan Azzam saling melempar senyum.
"habisin makanan kalian, jangan ngecengin gue terus" Alya memutar matanya jengah dan kembali menikmati makan siangnya yang mulai dingin
selesai menghabiskan makanan nya, Alya buru buru ingin pergi dari sana, tapi tidak segampang itu, Jihan menahannya untuk menunggu Azzam menghabiskan makanannya dan masuk ke kelas bersama.
dan ini lah mereka sekarang, menyusuri lorong fakultas dengan beriringan, posisi jihan berada di tengah, jujur keringat dingin mulai bercucuran, ia takut, apalagi jalan yang mereka lewati tepat berada di ruangan Rafa, bisa habis Alya jika terlihat Rafa masih berdekatan dengan Azzam. Alya kesulitan menelan salivanya saat pintu ruangan Rafa terbuka
"habislah gue" batin Alya. tapi tidak seperti yang ia pikirkan, bukan hanya Rafa yang berjalan keluar dari sana, ada Naila yang menggandeng mesra lengan Rafa, mereka saling pandang karena memang mereka mengambil jalan yang berlawanan, jujur ada sedikit rasa sakit di hati Alya melihat kedekatan Naila dan Rafa.
"sadar lu Al, sadar. lu tu bukan siapa-siapa dia, jangan mimpi" Alya tanpa sengaja bergumam yang membuat orang di sampingnya menatap bingung
"Al, Lo kenapa" tanya Jihan.
"hah, gu--gue, g--gue nggak kenapa kenapa"
"sawan nih anak" celetuk jihan, tapi Berbeda dengan Azzam ia merasa ada yang tidak beres dengan gumaman Alya tadi, apalagi sesuatu yang Alya ucapkan seakan mengarah pada sosok dosen berwibawa yang berpapasan dengan mereka, tatapan Alya tidak bisa di sembunyikan, tatapan kecemburuan, tapi Azzam menepis semua prasangka itu
"nggak mungkin, nggak mungkin Alya suka sama pak Rafa, yang gue tau alya cewe baik baik nggak mungkin dia mau mencintai pria yang sudah beristri, nggak mungkin" batin Azzam di dalam kelas, sampai tidak fokus lagi dengan dosen di depan.
....
"Dah hati hati"
"lu juga hati hati, daah" kedua sahabat itu berpisah di persimpangan jalan, Jihan mengendarai mobilnya sedangkan Alya dengan sepeda motornya, di arah jalan pulang, Alya melihat ada penjual martabak manis, Alya mampir sebentar untuk membeli martabak manis yang tiba tiba begitu ia inginkan.
"rasa apa neng"
"emm, keju coklat aja mas"
"duduk dulu neng, ini masih buatin punya orang"
"iya, mas"
"nak, kamu mau rasa apa sayang"
"Kacang di campur coklat aja mah"
"Kamu duduk aja dulu nak, pasti lama nunggu antriannya"
"Iya mah" Alya belum menyadari siapa sosok yang baru saja duduk di samping nya begitu juga dengan Naila, sampai akhirnya, buku yang ingin di masukan Alya kedalam tas justru jatuh berserakan, naila membantu Alya memunguti buku bukunya
"Makasih m--mbak... Naila" keduanya saling tatap, Dewi membantu menantunya untuk duduk kembali.
"Kalian saling kenal, siapa nak"
"Bukan siapa-siapa mah, mungkin dia salah satu mahasiswa di kampus mas Rafa, jadi nggak asing sama aku"
"Ooh" Dewi tersenyum hangat pada Alya.
"Makasih" ucap Alya setelah naila membantunya, keduanya nampak kikuk, ini kali kedua mereka bertemu setelah di hari akad tempo hari, keadaan semakin tidak karuan saat sosok Rafa juga datang ke warung martabak manis itu.
Alya menggigit bibir bawahnya menahan kegugupan, ia berharap lekas berlalu dari sana, ia ingin cepat menjauh dari mereka semua.
"Lama banget sih daf, kesian Naila dari tadi nunggu kamu"
"Iya mah, tadi Rafa mampir ke kantor papah" Rafa mengacuhkan sosok wanita hamil yang terus meremas tali tas di sampingnya, alya lebih memilih duduk menjauh dari mereka.
"Rafa kamu jangan bikin istri kamu capek, dia lagi hamil, harusnya banyak istirahat"
"Iyaa mah, Rafa tau ko"
Alya mendengar obrolan hangat itu, ada perasaan cemburu di hati Alya, tapi apa pantas, ia hanyalah orang asing, tidak ada yang mengenal dirinya di keluarga Rafa selain Naila, Alya menghapus sudut matanya yang mulai berkaca-kaca.
"Neng... Ini martabak nya"
"Oh, iyaa mas. Ini uangnya makasih yaa"
"Iyaa neng"
"Mbak nai, pak Rafa, ibu, saya duluan yaa" ucap Alya sopan, dengan kepala menunduk menghindari tatapan Rafa.
"Oh iyaa Al, hati hati yaa" Alya hanya tersenyum hangat
....
di sepanjang jalan, Alya merutuki dirinya sendiri, kenapa harus ada perasaan itu di hatinya, harusnya ia bisa bersikap biasa saja saat melihat keharmonisan keluarga Rafa, karena memang sejak awal ia adalah orang asing di Antara mereka, ia tidak memiliki hak untuk merasakan kehangatan juga kasih sayang mertuanya.
Alya langsung membersihkan diri setelah sampai rumah, ia yang awalnya begitu menginginkan makanan manis itu kini seleranya hilang. Martabak manis itu ia letakkan ke dalam lemari es, setelah membersihkan diri Alya lebih memilih mengistirahatkan diri di dalam kamar.
Dreet
Dreet
Dreet
Ponsel yang berdering membuat Alya kembali tersadar.
tapi Kenapa ya like' nya dikit ya