Lintang Pertiwi hanya bisa diam, menyaksikan suaminya menikah kembali dengan cinta pertamanya. Ia gadis lugu, yang hanya berperan sebagai istri pajangan di mata masyarakat. Suaminya Dewa Hanggara adalah laki-laki penuh misteri, yang datang bila ia butuh sesuatu, dan pergi ketika telah berhasil mendapatkan keuntungan. Mereka menikah karena wasiat dari nyonya Rahayu Hanggara, ibunda Dewa juga merupakan ibu angkatnya. Karena bila Dewa menolak semua harta warisan,akan jatuh pada Lintang. Untuk memuluskan rencananya, Dewa terpaksa mau menerima perjodohan itu dan meninggalkan Haruna Wijaya kekasihnya yang sudah di pacari selama dua tahun.
Akankah Lintang bisa meluluhkan hati Dewa? Atau suaminya akan lebih memilih Haruna. Dan jangan lupa,ada seorang secret admire yang selalu ada bila Lintang bersedih.
Yuk! Pantengin terus kelanjutan dari cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yaya_tiiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Setelah perjalanan panjang yang menguras energi, tiba waktunya untuk Lintang bersantai dengan memanjakan diri. Ia menuangkan minyak esensial pada air dalam bathtub, wangi aroma mawar menguar dalam kamar mandi. Sambil berendam Lintang merasakan tubuhnya segar, serta lelah di tubuhnya berangsur pulih kembali. Tak mau berlama-lama dalam bak mandi, ia segera meraih jubah mandi dan membungkus tubuhnya. Sambil memakai piyama, Lintang menghubungi room service. Tubuhnya butuh asupan makanan bergizi, karena perutnya mulai keroncongan.
Lintang menghubungi Om Ahmad, untuk memberitahukan bahwa ia sudah sampai di Surabaya. Nomor yang di tujunya berdering, tak lama kemudian suara Om Ahmad terdengar.
(Hallo, Assalamualaikum Om)
(Waalaikumsalam Lintang. Udah bertemu Sasongko belum?)
(Aku baru nyampe Om, kata sopirnya Om Sasongko minta aku istirahat dulu)
(Iya, persiapkan diri bertemu beliau)
(Om Sasongko itu, orangnya gimana sih?)
(Dia baik dan tegas)
(Om, boleh aku minta sesuatu?)
(Kalo Om bisa kabulkan, kenapa tidak?)
(Om tolong, jangan beritahu siapa pun keberadaan ku. Aku ingin di sini, tanpa gangguan masa lalu)
(Oke, apa pun itu jika bisa membuat kamu senang, Om akan kabulkan. Ngomong-ngomong, sampaikan salam Om buat Sasongko )
(Pasti, akan aku sampaikan .Terimakasih Om, maaf udah ganggu kesibukannya. Bye Om, Assalamualaikum)
(Waalaikumsalam Lintang)
Lintang mengakhiri panggilannya, bersamaan dengan ketukan di pintu. Seorang waiters mengantarkan pesanannya, setelah ia memberikan tip sang pelayan meninggalkan ruangan. Cepat-cepat Lintang menyantap pesanannya, sepiring nasi goreng seafood dan jus jeruk. Ia makan dalam diam, menikmati kelezatan makanan khas Indonesia. Sambil mengunyah Lintang membuka gawainya, mencari berita tentang Dewa dan Haruna Wijaya. Pasca insiden kegugurannya, Haruna resmi menjadi istri satu-satunya pengusaha sukses Dewa Hanggara. Ia yang kini di campakkan, setelah Dewa menerima seluruh peninggalan Nyonya Rahayu. Miris sekali nasibnya, di buang dan di lupakan keberadaannya. Tetapi nasib tentunya berputar, akan ada pelangi setelah hujan. Ia akan mencoba tegar, menjalani takdir yang Allah telah gariskan.
****
Pukul 08.00 WIB, Lintang sudah duduk di restoran hotel. Ia memesan secangkir coklat panas, dan sifon coklat cake. Lintang tengah menunggu Sasongko, yang akan menemuinya beberapa saat lagi. Hatinya berdebar-debar, gelisah menanti sahabat Om Ahmad. Ia takut, seandainya orang yang di maksud tidak berkenan menerimanya. Di hirupnya aroma harum, yang mengular dari cangkir porselen itu. Dari kejauhan tampak Pak Yono, sopir yang kemarin menjemputnya. Ia datang bersama seorang pria paruh baya berjas hitam, tampak berjalan dengan penampilan h percaya diri.
"Mbak Lintang, ini Pak Sasongko bos saya" sapa Pak Yono, memperkenalkan pria tegap di sisinya.
Lintang berdiri dan menjabat tangan Pak Sasongko dengan hormat. "Apa kabar, Om?"
"Baik, jadi ini yang namanya Lintang?"
"Iya, Om. Oh ya, Om dapat salam dari Om Ahmad."
"Gimana, kabarnya beliau?" tanya Sasongko, sambil menarik kursi didepan Lintang.
"Alhamdulillah sehat, Om."
"Kamu sudah siap mental, untuk terjun ke dunia kerja?"
"Insyaallah siap, aku mau mengamalkan ilmu yang ku pelajari di sekolah" ucap Lintang yakin.
"Bagus, Om suka dengan anak muda yang punya semangat tinggi" puji Sasongko. "Tapi kamu akan kerja, dengan putra bungsu Om. Ia sedang butuh sekretaris sekarang, jadi nanti akan Om kasih alamat kantornya."
"Baik Om. Tetapi kalo bisa, aku mau bekerja dari bawah. Takutnya orang berpikir aku kerja karena koneksi, bukan karena kemampuan sendiri."
"Itu bisa di atur, nanti Om ngomong dengan bagian HRD, supaya di tempatkan sesuai ijazah kamu. Tapi kamu kata Ahmad lulusan akademi sekretaris, jadi kenapa menolak?"
"Aku fresh graduate Om, takutnya belum punya pengalaman kerja, untuk menghandle tugas-tugas perusahaan."
"Oke, oke itu gampang di atur" ucap Sasongko enteng. "Wah, Om harus ke kantor sekarang" ucapnya, sambil melihat jam di pergelangan tangannya. "Besok datanglah ke kantor, Om tunggu di sana" Om Sasongko mengeluarkan kartu namanya, dan menyerahkan pada Lintang.
"Iya Om, makasih" kembali mereka berjabat tangan, senyum manis Lintang segera terbit, manakala terlintas dalam benaknya, bisa mengumpulkan pundi-pundi rupiah dari jerih payahnya.
Setelah Om Sasongko pergi, Lintang meneruskan kembali sarapannya. Karena masih besok ia bekerja, maka di putuskan untuk mencari tempat kost yang dekat dengan kantornya nanti.
"Senyum-senyum sendiri, pasti dapat lotre ya."
Lintang mencari asal suara yang berkata seenaknya, ia mendapati cowok tengil yang kemarin di jumpainya. Ia berlagak acuh dengan kehadirannya, dan lebih tertarik pada gosip-gosip di internet.
"Cantik-cantik tuli!"
"Apa kamu bilang?"
"Aku bilang kamu tuli, tapi ternyata tidak" rupanya cowok itu menggoda Lintang, yang lebih suka bermain hape daripada memandang wajah tampannya.
"Dasar modus, bilang aja pengen kenalan" ucap Lintang galak.
"Emang benar, aku ingin mengenal kamu lebih jauh" senyumnya menggembang, menatap bening mata Lintang yang menyorot tajam. "Kenalin aku Dion Arya, siapa nama mu?" tanyanya, dengan tangan terulur.
"Aku Lintang" jawabnya singkat, menerima uluran tangan Dion.
"Nama kamu cantik, secantik orangnya."
"Ish, gombal!"
"Tapi, suka kan di gombalin?!"
Wajah Lintang yang putih, memerah seperti kepiting rebus. Ia sebal sekaligus tersanjung, dengan gombalan receh Dion. Tetapi tidak berlangsung lama kemudian, seorang gadis berpenampilan seksi membuyarkan lamunannya.
"Ih Dion, di tunggu-tunggu kok malah parkir di sini sih" ucapnya manja, tangan rampingnya menarik tangan Dion yang berada di atas meja. "Kebiasaan banget sih, kalo liat cewek cantik pasti matanya jelalatan." Bibir mungil gadis itu, nyerocos tiada henti. "Maaf ya Mbak, tunangan saya ini kerjanya emang godain cewek. Apalagi Mbaknya cantik, jadi dia sering modus buat deketin mangsanya."
"Eh, siapa kamu?" tanya Dion, merasa risi dengan kelakuan cewek yang super-duper aneh. "Kapan kita tunangan?" tanyanya lagi, sambil melepaskan belitan tangannya.
'What, the h*ll!' pekik Lintang dalam hati. Menatap dua sejoli, yang kini beradu kata. "Pergi kalian dari sini, tolong bawa tunangannya Mbak" perintah Lintang ketus. "Kalo punya masalah, selesaikan berdua jangan di tempat umum." lanjutnya lagi.
"Lintang, jangan percaya omongan dia. Perempuan ini salah sangka, aku bukan tunangannya. Dia baru keluar dari RS jiwa, karena stres di tinggal tunangannya pergi."
"Stop it, Dion ! Jangan banyak bercanda, aku adukan pada ayah mu. Malu-maluin, keluarga aja!"
ujarnya bersungut-sungut. Ia menarik Dion paksa, agar mengikutinya. Akhirnya dengan muka pasrah, Dion mengikuti langkah kaki berheels tinggi itu keluar dari restoran.
Lintang hampir tertawa terbahak-bahak, melihat bagaimana cowok tengil dengan penampilan urakan di seret paksa perempuan. Dasar cowok, udah punya tunangan ngakunya masih sendiri. Sial sekalinya ketemu cowok, malah ketemu cowok kurang setengah ons.
\*\*\*\*
yg ad hidupx sendirian nnt x