NovelToon NovelToon
Gadis Bayaran Tuan Duren (Duda Keren)

Gadis Bayaran Tuan Duren (Duda Keren)

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / Tamat / Duda / Romansa-Tata susila
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kopii Hitam

Aina Cecilia
Seorang gadis yatim piatu yang terpaksa menjual keperawanannya untuk membiayai pengobatan sang nenek yang tengah terbaring di rumah sakit. Tidak ada pilihan lain, hanya itu satu-satunya jalan yang bisa dia tempuh saat ini. Gajinya sebagai penyanyi kafe tidak akan cukup meskipun mengumpulkannya selama bertahun-tahun.

Arhan Airlangga
Duda keren yang ditinggal istrinya karena sebuah penghianatan. Hal itu membuatnya kecanduan bermain perempuan untuk membalaskan sakit hatinya.

Apakah yang terjadi setelahnya.
Jangan lupa mampir ya.

Mohon dukungannya untuk novel receh ini.
Harap maklum jika ada yang salah karena ini novel pertama bagi author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GBTD BAB 14.

Tanpa disadari, ternyata Bastian sudah berdiri di depan pintu. Bastian yang hendak masuk mengurungkan niatnya, dia menyadari kalau dirinya tak dibutuhkan di sana, dia keluar dan duduk di kursi tunggu.

Kecewa memang kecewa, sakit hati tentunya ada. Namun Bastian mencoba menahan dirinya, apalagi yang bisa dia lakukan.

Seberapa keras Bastian berusaha, namun hati Aina tidak akan pernah dia miliki. Melihat Aina bahagia saja sudah cukup baginya.

Di dalam sana, pelukan Aina dan Arhan terlepas, tangisan sang baby membuat keduanya tersenyum bahagia. Arhan turun dari ranjang dan menggendong putra kecilnya.

"Cup cup cup, jagoan Papa kenapa menangis, kamu haus ya?" ucap Arhan, dia mencium pipi merah itu dan menggoyang nya pelan.

Mata Aina berkaca-kaca, semua seperti mimpi yang datang begitu saja. Dia tak pernah berpikir Arhan akan kembali di saat seperti ini.

"Berikan padaku! Mungkin dia haus," pinta Aina sembari menadahkan kedua tangannya.

Arhan tersenyum, dia meletakkan tubuh mungil itu di tangan Aina. Memberi waktu agar Aina merasakan nikmatnya sebagai seorang ibu.

Aina membuka dua baris kancing bajunya. Namun saat hendak mengeluarkan benda kenyal itu, dia kelimpungan melihat Arhan yang masih berdiri menatapnya.

"Bisa tinggalkan kami berdua saja!" pinta Aina, wajahnya tampak memerah.

"Kenapa mengusir ku? Biarkan aku tetap di sini menemani kalian!" jawab Arhan dan duduk di sisi ranjang.

Aina tergugu mendengar itu, dia bingung harus bagaimana. Secara, Arhan tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud mengusir mu. Kamu tidak boleh melihatku seperti ini, ini tidak lazim!" ucap Aina, dia bergeser dari duduknya.

Aina tidak ingin Arhan melihat bentuk tubuhnya. Meskipun baby itu milik mereka, tapi tetap saja Arhan adalah orang asing baginya.

"Baiklah, kalau begitu aku keluar dulu menemui Bastian."

Arhan bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan ruangan.

Setibanya di luar, Arhan duduk di samping Bastian. Dia menghela nafas panjang, lalu membuangnya kasar sembari bersandar pada tampuk kursi yang tengah dia duduki.

"Maafkan aku Bastian, aku sudah mengetahui semuanya. Aina sudah menceritakannya padaku."

"Aku dan Aina pernah melakukan kesalahan. Jika saja waktu itu Aina tidak berbohong padaku, aku tidak akan pernah meninggalkannya sendirian."

"Aku tau kamu menyukainya, aku tidak bermaksud menyakiti hatimu. Jika aku boleh meminta, tolong lepaskan Aina untukku."

"Aku menyayanginya, aku mencintai putra kami. Aku ingin Aina tetap bersamaku dan menjadi pendamping hidupku." ucap Arhan, dia mendongakkan kepalanya menatap langit-langit ruang tunggu.

Bastian menghela nafas berat, sulit baginya menerima kenyataan ini. Dia masih memiliki hati, dia tidak boleh egois memikirkan perasaannya sendiri.

"Aku tau, aku sudah mendengarnya. Aku memang menyukainya, tapi aku tidak bisa memaksakan perasaanku padanya. Dia tidak menyukaiku, apalagi yang aku harapkan?"

"Aku rela melepasnya untukmu, tapi kamu harus berjanji padaku!"

"Jangan pernah menyakitinya apalagi menduakan nya. Dia sudah cukup menderita selama ini, sudah saatnya dia bahagia." ucap Bastian, dia ikhlas menerima semuanya.

Arhan menoleh ke arah Bastian, matanya berkaca-kaca menatap dalam wajah pria itu.

"Terima kasih untuk pengertiannya. Kamu pria baik, aku yakin kamu bisa mendapatkan wanita yang lebih segalanya dari Aina."

"Aku juga berterima kasih karena selama ini kamu sudah menjaga Aina dengan baik, menjaga putraku yang Aina sembunyikan dariku."

Arhan merangkul pundak Bastian dan menepuk nya pelan. Dia sangat bersyukur karena Bastian bisa mengerti keadaannya.

"Tidak perlu berterima kasih, aku melakukannya ikhlas tanpa mengharapkan balasan apapun. Aina bekerja di tempatku, sudah seharusnya aku memperhatikannya."

Setelah keduanya berbicara dari hati ke hati, Bastian pamit dan berlalu meninggalkan Arhan sendirian. Dia harus kembali ke kafe, masih banyak yang harus dia urus di sana.

Arhan mengeluarkan ponselnya, dia menelepon Hendru yang tak tau entah dimana saat ini.

"Halo Tuan," sapa Hendru dari balik telepon yang sudah terhubung.

"Dimana kau?" tanya Arhan dingin.

"Aku di parkiran rumah sakit, ada apa?" jawab Hendru.

"Masuklah! Ada yang ingin aku bicarakan denganmu." ucap Arhan, kemudian mematikan sambungan teleponnya begitu saja.

Hendru turun dari mobil dan melangkah terburu-buru. Sesampainya di depan ruangan, Hendru duduk di samping Arhan dengan tatapan tak biasa.

"Ada apa Tuan?"

Arhan memberikan tugas kepada Hendru, dia mengatakan semua yang ingin dia katakan kepada asisten pribadinya itu.

Tidak lama, Hendru mengangguk kecil. Kemudian bangkit dari duduknya dan berlalu meninggalkan Arhan sendirian.

Arhan mendatangi suster dan menyampaikan niat hatinya. Dia ingin Aina dipindahkan ke ruangan VVIP, ruangan saat ini terlalu kecil untuk mereka bertiga.

Setengah jam sudah berlalu, kini Aina sudah berbaring di ruangan baru. Ruangan yang lebih besar dan memiliki fasilitas yang lengkap.

Arhan menaruh sang baby di dalam box bayi, kemudian naik dan duduk di atas ranjang.

"Maafkan aku untuk waktu yang sudah terbuang beberapa bulan ini. Jika dari awal aku tau baby ini punyaku, aku tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian."

"Harusnya aku tidak menyerah secepat itu, aku yang salah sudah membuatmu terluka menanggung beban ini sendirian."

Arhan mengusap pucuk kepala Aina lembut, matanya berkaca-kaca menatap wajah Aina yang sudah mulai memicingkan matanya.

Aina menelan kesedihannya, dia tau ini tidak sepenuhnya salah Arhan. Kebohongannya lah yang membuat keadaan jadi seperti ini.

Meskipun selama ini dia menderita saat mengandung baby mereka, tapi rasa itu tiba-tiba hilang seiring kehadiran Arhan di sampingnya.

Arhan datang disaat yang tepat. Aina hampir saja menyerah, tapi kekuatannya kembali muncul saat Arhan menggenggam tangannya erat.

Air mata Aina mengalir dari sudut matanya yang masih terpejam. Ingin sekali dia memeluk Arhan untuk melepaskan kesakitan yang selama ini dia pendam.

Namun dia tidak memiliki keberanian untuk melakukan itu. Aina menyembunyikan wajahnya di balik bantal dan terisak menahan sedu sedan.

Arhan membaringkan tubuhnya di samping Aina, kemudian memeluknya erat. Air matanya semakin tak terbendung mendengar isak tangis Aina yang tertahan.

"Jangan menangis! Ada aku di sini, aku janji tidak akan pernah meninggalkan kalian lagi."

Arhan mengecup pucuk kepala Aina dan membawanya ke dalam dekapan dadanya.

Aina merasa aneh saat wajahnya menyentuh dada Arhan, aroma tubuh itu membuatnya nyaman.

Sudah lama dia menginginkan itu, namun tidak bisa mewujudkannya. Dia bahkan tidak tau Arhan berada dimana saat itu.

Perlahan Aina mulai terlelap, Arhan menyadarinya dan mengencangkan pelukannya.

Arhan sadar semua ini tidak mudah bagi Aina. Dia tak bisa membayangkan bagaimana menderitanya Aina mengandung baby nya selama ini.

"Kamu wanita hebat Aina, kamu mampu mengandung baby kita dan menjaganya tanpa aku."

"Jika waktu bisa diputar, aku ingin kembali ke masa itu. Aku ingin menjagamu, merawat mu dan memenuhi semua keinginanmu."

"Betapa bodohnya aku, harusnya aku tidak mempercayai kata-katamu waktu itu."

Arhan membelai rambut Aina, kemudian mencium pucuk kepala Aina lembut. Entah kenapa perasaannya menjadi tak menentu melihat kedua insan itu secara bergantian.

Rasa itu masuk semakin dalam menembus relung hatinya. Perasaan yang awalnya sekedar rasa bersalah, berubah menjadi sayang.

Kini rasa sayang itu berubah menjadi cinta. Apalagi setelah menyaksikan perjuangan Aina melahirkan buah hati mereka, rasa itu semakin kuat mengikat hatinya.

1
Jue Juliza Johnson
Luar biasa
Jonosiis
makin lama makin males baca ya .yg punya tekanan tensi tinggi g usah baca novel ini bikin emosi aja
Ris Mawati
ceritanya bagus
Nicky Nick
terlmbat lu nai mknya jgn sok
Nicky Nick
ayo arhan lihat kedpn pst kamu kaget deh
Bunda Puput
Luar biasa
feri marlinda
yg jelas author nya yg bertele-tele
Yohana Kanta
males aina bego
Eva Juliana
Luar biasa
Yohana Kanta
aina ribet
Katrien Gorung
penasaran
Juni Yati
sprtinya ceritanya asik
Mlly Ferli
menarik ceritanya
masnia masnia
lanjut dong ceritanya
Siti Aminah
baru nyimak thor...semoga cerita ny bgs
masnia masnia
lanjut
masnia masnia
jantung aku yg tegang. lanjut
masnia masnia
/Good/
༻♛A̷͙ͭͫ̕ḑ̴̞͛̒ỉ͔͖̜͌r̴̨̦͕̝a̤♛༺
seru😀
Debbie Teguh
kalo tuan saga mah ud teriak, kamu mau mati yaa!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!