Menanggung Beban Orang Tua Toxic

Mbah Gin tertawa kecil kala melihat dua bocah di depannya bermain ular tangga, kedua bocah itu baru saja kembali dari sekolah dan bermain di teras rumahnya

"Kalian sudah makan?". Tanya Mbah Gin sambl membawakan mereka biskuit dan juga susu "Ini makan ini dulu nanti mbah masakan yang lain untuk kalian".

"Baik Mbah".

Mbah Gin memutuskan untuk duduk di sofa dekat mereka memperhatikan kedua anak itu bermain, kakinya yang sudah tua sangat sulit untuk di tekuk karena asam urat yang dia derita

Untungnya juga ada kedua anak itu yang senantiasa menemaninya di sana, dia bersyukur dengan kehadiran Ema meski gadis itu sudah memiliki penghasilan yang bagus dia tidak pergi begitu saja dari kontrakannya

Kehadiran ketiga orang itu juga nyatanya membawa rezeki beberapa orang yang melintas dari gang depan rumahnya perlahan tertarik untuk menyewa tempatnya

Meski sudah mendengar desas desus yang tersebar di sana, tapi Ema dan kedua adiknya berhasil membuktikan jika tidak ada yang salah dengan tempat itu

"Mbah akan kedapur untuk memasak kalian tetaplah berada di sini". ucap Mbah Gin menuju kedalam rumah

Kedua bocah itu menurut mereka masih sibuk dengan permainan mereka yang entah kapan akan berakhir, kehidupan mereka yang kini kian membaik membuat kedua anak itu tumbuh semakin ceria

"Kak Leo..."

"Ada apa?". Tanya Anak laki-laki itu melihat wajah cemas adik perempuannya "Kita akan pergi kesekolah besok untuk pertama kalinya tanpa kak Ema, kak Leo tidak takut"

"Tenang saja, aku akan melindungi mu". Leo meletakan tangannya di dada seperti seorang prajurit yang berjanji dengan setia "dan lagi pula kita kan sudah terbiasa pulang sendiri, lalu apa masalah kalau kita berangkat sendiri juga"

"Kakak benar, aku hanya khawatir satu hal ... Ayah dan Ibu, bagaimana jika mereka menemukan kita nanti? aku tidak ingin kembali pada mereka"

Leo terdiam sejenak sejujurnya itulah hal yang dia takutkan Ema akan kembali dalam tiga hari lagi dan mereka akan bepergian hanya berdua

Mereka juga tidak mungkin bersama dengam Mbah Gin mengingat wanita tua itu sudah sulit untuk bergerak

"Kita pasti akan baik-baik saja". Ucap Leo menghilangkan rasa khawatir di benaknya dan adiknya tentunya.

******

Untuk hari kedua di kota X, semua tim bekerja dengan keras dan semuanya membuahkan hasil

Semua Project berjalan dengan baik baik kolega dan pihak perusahaan merasa puas dengan keputusan dan proposal yang mereka buat

Ema berdiri di samping Grey menyerahkan beberapa dokumen yang menjadi lembar pernyataan resmi mereka, Grey seperti mendapatkan angin segar karena project yang dia kerjakan akan berjalan

Dan itu bukanlah Project biasa itu adalah project kesekian yang dia kerjakan dengan susah payah, dia menatap gadis muda di samping senyum tulusnya yang belum luntur membuat Ema bisa melihat senyum indah itu

Dia bisa tersenyum juga ternyata. Batin Ema . Pak Grey sangat tampan kalau tersenyum seperti itu

"Nice...". Grey menunjuk jidat Ema dengan gemas suasana hatinya menjadi sangat bagus hari ini "Sekarang ayo kita cek lokasi, project ini tentu tidak akan akan bisa dii pantau dalam kurun waktu tiga hari"

"Umh anda benar".

Hanya kedua orang itu yang pergi yang lain tetap berada di hotel untuk mengerjakan dokumen dan beberapa dari mereka juga sudah boleh pulang

"Apa kau tidak merasa aneh dengan pak Grey? dia sangat berbeda ketika bersama dengan gadis itu"

"Ema? ya sepertinya begitu... aku jadi iri kepadanya, apa pak Grey suka daun muda". Mereka tertawa kecil dengan candaan mereka sendiri

"Kalian sudahlah pak Grey itu sudah punya tunangan, jangan menggosip yang tidak-tidak"

Pesisir Pantai.

Grey mencuri pandang pada Ema untuk kesekian kalinya dia tidak mengerti kenapa dia selalu ingin dengan gadis itu, dan seperti sekaran mereka tidak seharusnya pergi kelokasi karena akan di lakukan besok

Untuk apa kami keluar hari ini, padahla

Ema di menekuk tangan di lutut dia sedikit canggung karena hanya berdua dengan Grey di dalam mobil, pria itu memlih menyetir sendiri padahal pihak hotel sudah menawarkan sopir untuk mereka

Di tambah mereka hanya pergi berdua saja, Ema tidak terbiasa dengan situasi ini karena dia memang belum pernah pergi kemanaun berdua dengan seorang laki-laki apalagi pria yang jauh lebih tua darinya

Jadi Ema memutuskan untuk diam saja karena dia bingung akan mencari obrolan apa

Kenapa jantungku sejak tadi berdebar ya? pikiran ku juga tidak tenang, apa Leo dan Linda sudah pulang sekolah?. Ema bertanya dalam hati dia memalingkan padangannya menuju pesisir pantai yang mereka lalui

"Ada apa? kenapa kau tampak sangat gelisah".

"Benarkah? saya tidak apa pak". Jawab gadis itu mencoba lebih tenang dari sebelumnya meski begitu tetap saja Ema gusar . Kenapa aku jadi memikirkan mereka berdua ya? ku harap mereka tidak apa-apa ada Mbah Gin yang menjaga mereka

Grey memarkirkan mobilnya di sisi jalan dia menatap Ema dengan lekat, pintu mobil masih terkunci seperti enggan membiarkan gadis itu keluar dari sana

"Ada yang ingin ku katakan dengan mu". pria itu tampak sangat serius namun sayang perhatian mereka teralihkan dengan panggilan seseorang di ponsel Ema.

Tring..Tring...Tring... .

Suara ponsel Ema berdering mendakan panggilan masuk, ada nama Mbah Gin di sana membuat gadis itu penasaran dia dengan cepat mengangkat panggilan itu

"Halo ada apa Mbah?". Tanya gadis itu, namun hanya terdengar isak tangis dari ujung sana "mbah... mbah tidak apa? jawab saya mbah". Kini Ema ikutan panik

"Ema.. adik mu Ema... mereka diculik, saat hendak kesekolah...".

Terdengar suara Gin menangis pilu di sana wanita tua itu seperti tidak sanggup bercerita membuat Ema semakin panik saja

"Ini pasti ulah Ayah!!". Ema mengepalkan tangannya, gadis itu sangat panik tapi dirinya sendiri berada jauh dari kota mereka tinggal "Hiks... apa yang harus ku lakukan...". Ema menatap Grey gadis itu tampak memohon dari sorot matanta

Bisakah saya pergi. Begitu arti sorot mata gadis itu

"Project kita sangat penting dan masih harus berjalan minimal dua hari kedepan". Grey memberi pernyataan yang benar tapi Ema sendiri akan mengorbankan apapun untuk kedua adiknya "Kau memegang peranan penting untuk hal ini"

"Tapi saya juga sangat penting untuk adik-adik saya pak".

"Lalu kau pikir dengan kau kembali sekarang kau bisa menyelamatkan adik mu? apa kau tidak tahu ancaman apa yang akan mereka dapat?"

"Penculiknya sudah pasti Ayah atau Ibu ku, mereka tidak akan menyakiti adik-adik ku ketika aku memberi mereka uang"

"Ema... butuh 12 jam untuk kembali ke kota, apa kau yakin waktu selama itu adik mu tidak akan di sakiti setelah aa yang kau perbuat jangan pikir aku tidak tahu latar belakang mu"