Seorang tuan muda pewaris keluarga kaya raya yang menghilang akibat kecelakaan yang dialamainya. Dikabarkan meninggal namun keluarganya tidak percaya karena mayatnya tidak ditemukan. Dan seorang Nenek tua bersama seorang cucu perempuannya menyelamatkan sang tuan muda dalam keadaan hidup walau terluka sangat parah. Sang tuan muda hidup kembali dengan identitas baru karena ditemukan dalam ke adaan hilang ingatan dan cacat pada wajah serta kakinya. Namun naas sang tuan muda di fitnah sehingga harus menikahi cucu sang nenek. Disaat cinta kian tumbuh dihati mereka, sang tuan muda ditemukan kembali oleh orang-orang kepercayaan Keluarganya dan dibawa paksa kembali ke tengah keluarganya. Bagaimanakah kisah sang tuan muda dengan status barunya? Dan bagaimanakah nasib cucu perempuan nenek sang penolong? Akankah cinta mempertemukan mereka kembali?
Inilah kisahnya 👍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Guspitria Kamal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14 Ditolong Tama
'' Nenek..Nenek mau bawa Mayang kemana? Tempat apa ini Nek? Kenapa cahayanya silau sekali Nek? Aduh Nek Mayang tidak bisa melihat Nek, cahayanya silau sekali. Neneeeek... Neeek, Nenek dimana? Neeek...jangan tinggalkan Mayang Nek..hikss...hiks... hiks.. Neneeeeeek.'' Mayang terbangun dari sadarnya..
'' Mba, Mba ga apa-apa? Mba?'' Seorang pria tepat disamping tempat tidur Mayang memanggil saat Mayang mengigau kencang ketika mulai terbangun.
'' Nenek hiks..hiks..jangan tinggalkan Mayang Nek, Mayang ga mau sendiri hiks..'' Tangis Mayang makin menjadi.
Melihat wanita di depannya sudah tidak terkendali, segera pria tersebut menekan tombol pertolongan. Dan sesaat kemudian datang lah satu orang Dokter dan seorang suster.
'' Tenang Nyonya, tenang ya. Nyonya harus tenang, ingat kandungan Nyonya. Nyonya tidak sendiri ada suami Nyonya di sini.'' Ujar suster menenangkan.
Degg...
Mendengar itu Mayang langsung terdiam dan mulai mencari siapa yang dimaksud oleh tersebut. Kemudian pandangannya berhenti pada seorang pria berjas hitam yang tengah berdiri di samping Dokter.
'' Siapa dia suster?'' Mayang mulai bingung.
'' Bukankah ini suami anda Nyonya?'' Ucap Suster meyakinkan.
'' Bukan Suster, Suami saya sudah meninggalkan saya.'' Jawab Mayang sendu sambil mengalihkan pandangannya menyembunyikan kesedihan hatinya.
'' Iya Suster, saya bukan Suaminya. Saya Tama yang menolong Mba ini saat jatuh pingsan di taman tadi.'' Jelas Tama. Dokter dan Suster pun hanya mangguk-mangguk.
'' Baiklah Nyonya, nama anda siapa?'' Doter bertanya.
'' Nama saya Mayang Dok. Kalo boleh tau saya dimana Dok? Saya mau menghubungi saudara saya.'' Ucapa Mayang yang teringat akan Imah yang pasti cemas mencarinya.
'' Oh iya, tadi ponselmu berdering jadi langsung saya angkat. Temanmu Imah sedang dalam perjalanan kemari.'' Tama langsung menjawab.
''Oh begitu ya, terimakasih Tuan. Terimakasih sudah menolong saya.'' Jawab Mayang.
'' Iya sama-sama.'' Sahut Tama.
'' Sebaiknya Nyonya banyak-banyak istirahat, minum air putih yang banyak dan usahakan jangan stres. Ini sangat berpengaruh terhadap kandungan Nyonya. Kalau boleh tau kapan anda terakhir periksa kandungan anda Nyonya Mayang?'' Ucap Dokter sambil sedikit melakukan pemeriksaan denyut nadi Mayang.
Terlihat Mayang menggelengkan kepalanya, dan itu membuat orang yang ada di sana saling pandang tidak mengerti.
'' Maksud Nyonya anda lupa?'' Tanya Dokter lagi.
'' Sejak saya hamil, saya belum pernah memeriksakannya ke Dokter. Saya belum punya biaya, kalau boleh tau berapa biayanya Dok? Mahal tidak?'' Tanya Mayang polos.
Hal itu sontak membuat semua orang yang mendengarkannya menjadi kasihan terutama Tama, bukan hanya rasa iba tetapi juga terenyuh saat Mayang mengatakannya.
'' Kalau anda mau Nyonya, kebetulan di sini ada dokter kandungan jadi bisa langsung di periksa.'' Jelas Dokter.
'' Bagaimana ya? Apa uangku cukup untuk semua biaya rumah sakit ini? Tapi aku juga ingin banget periksa ke dokter, gimana ya...?'' Terlihat Mayang tengah bingung dan itu membuat Tama tidak bisa melihatnya.
'' Jika uang kamu tidak cukup, nanti pakai uang saya dulu. Masalah ganti itu gampang, karena sepertinya kita bekerja di kantor yang sama.'' Ujar Tama saat melihat seragam CS yang masih dikenakan Mayang.
'' Wah begitu ya Tuan, baiklah Tuan saya mau. Tapi gajian bulan depan ya Tuan hehe.. Soalnya saya masih kariyawan magang.'' Kata Mayang dengan senyum polosnya. Tama hanya menjawab dengan senyum menganggukan kepala.
Tepat saat berada di dalam ruang pemeriksaan, terlihat Mayang tengah berbaring dengan alat USG menari-nari di atas perutnya..Tangan dokter begitu lihai dalam memainkan alatnya.
'' Lihat lah Nyonya bayinya sehat, air ketubannya cukup dan posisi bayi juga bagus. Usia kandungan anda memasuki usia 21 minggu.'' Dokter mulai menjelaskan dan mata mayang langsung berkaca-kaca saat melihat calon anaknya bergerak-gerak, akhirnya tumpah sudah air matanya. Sungguh Mayang tak kuasa menahan haru bercampur sedih, karena ini kali pertama dia memeriksakan kandungannya ke dokter dan tanpa suaminya menemani.
'' Tuan, sepertinya anda ada saingan. Calon anak anda kemungkinan besar berjenis kelamin laki-laki. Selamat ya Tuan Nyonya.'' Sungguh Tama terkejut untuk yang kedua kalinya, namun sekarang Tama terlihat membalas dengan sebuah senyuman. Entah mengapa ada rasa aneh saat Tama melihat layar monitor yang memperlihatkan seorang makhluk mungil yang tengah bergerak- gerak. Mayang yang sedang bergelut dengan perasaannya juga tidak membantah.
'' Baiklah Tuan Nyonya, sebulan lagi kita lakukan pemeriksaan dengan tanggal yang sama seperti hari ini. Apakah ada yang ingin ditanyakan?'' Dokter mulai berjalan menuju mejanya, dan suster membantu Mayang membersihkan jel yang tadi dioleskan diperutnya dan suster menuntun Mayang turun dari tempat tidur.
'' Ini resep obat tambah darah dan vitamin ibu hamil. Silahkan tebus di apotek ya Tuan.'' Ujar Dokter pada Tama saat Mayang sudah siap untuk dibawa keluar. Setelah selesai Tama Membawa Mayang dan tepat Imah datang menghampiri mereka
'' May, maaf aku telat. Tadi aku beresin kerjaan kita dulu. Gimana kondisi kamu May? Apa ada yang sakit? Kandungan kamu ga apa-apa kan May?' Imah mulai mencerca Mayang dengan deretan pertanyan yang membuat Tama menjadi kesal.
'' Main nyerocos aja, ga liat apa Mayang lagi sakit. Nanti aja tanya-tanyanya, jagain Mayang saya mau ke apotek duku.'' Ketus Tama pada Imah yang hanya bisa melongo saat mengetahui siapa yang sedang bicara.
'' Tu tuan Tama, kok kok...kok anda bisa sama Mayang?'' Bukannya diam Imah malah balik bertanya.
'' Jangan banyak tanya, jagain aja Mayang dulu. Tunggu saya di lobi rumah sakit.'' Ujar Tama makin kesal lalu berlalu meninggalkan Imah yang terlihat mengerucutkan bibirnya pada Tama.
'' Dasar beruang kutub, kalo ga ganteng udah aku sumpal mulutnya tu.'' Ucap Imah yang tak kalah kesal melihat keangkuhan Tama.
'' Sudahlah Mah, jangan terlalu benci gitu. Ntar kalo cinta baru tau rasa.'' Ejek Mayang.
'' Mimpi kali May, ketinggian..kalo jatoh sakitnya ga tahan.'' Jawab Imah sambil mendorong kursi roda Mayang melewati lorong rumah sakit menuju lobi.
Sekarang Mayang tengah berada di dalam mobil Tama menuju kontrakan Imah. Awalnya terjadi tolak menolak, namun akhirnyfa Mayang mengalah karena alasan kondisinya yang masih lemah. Setelah mengantar Mayang sampai pintu rumah, akhirnya Tama pamit dan tak lupa Mayang mengucapkan terima kasih.
Tepat saat Tama akan membuka pintu mobil, Imah datang dengan sepeda motornya. Dengan sopan Imah menyapa dengan senyum sambil menganggukan kepala, jangankan membalas melihat Imah pun tidak.
'' Is..dasar bos sombong, mentang-mentang kaya. Jadi laki gue baru tau rasa.'' Ucap Imah mengomel sambil menunjuk-nunjuk mobil Tama yang makin menjauh. Mayang hanya geleng-geleng kepala melihat tinggkah Imah yang sangat tidak suka dengan Tama.
Sebernarnya Imah sudah melarang keras agar Mayang cuti sakit beberapa hari, namun Mayang yang takut karena tidak dapat cuti kekeh tetapasuk karena takut dipecat.
'' Seharusnya kamu istirahat dulu May, baru semalam kamu masuk rumah sakit. Kan aku udah bilang, kalo masalah Pak Coy biar aku yang urus. Semua pekerjaan kamu aku bisa kerjain kok.'' Cerocos Imah saat dia dan Mayang berjalan menuju lirf kariyawan di lobi kantor.
'' Udah aku ga apa-apa kok Mah, lagian aku kan udah minum vitamin juga dari dokter jadi insyallah aman lah.'' Jawab Mayang ringan.
'' Terserahlah, tapi pokoknya kamu hanya boleh melihat saja. Semuanya aku yang kerjain.'' Ujar Imah.
'' Ya ga bisa gitu lah Mah, aku kan kerja diruangan Tuan Danu. Takut nanti dia Marah, kalo marah aku malah makin repot Mah.''
'' Ya..yaa..tapi May...''
'' Sudah, nanti aku kerjanya pelan aja kok, okay.'' Ucap Mayang dengan membenruk huruf o pada jari jempol dan telunjuknya.
Tepat saat Mayang dan Imah akan melangkah masuk ke dalam lift, tiba-tiba tedengar ada yang memanggil nama Mayang.
'' Mayaang..'' Teriak seorang pria dari arah belakang, Imah dan Mayang langsung menoleh.
Melihat siapa yang memanggil Mayang dan Imah langsung tersenyum.
'' Pagi Tuan Tama.'' Ucap Mayang dan Imah bersamaan.
'' Pagi Mayang, kok kamu masuk kerja? Seharusnya kamu masih harus istirahat. Kasian dedek bayinya nanti kecapean..'' Ujar Taman sambil sedikit mengelus perut Mayang.
'' Ah, sudah tidak apa-apa kok Tuan. Malah saya makin sehat kalo bekerja hehe...'' Jawab Mayang cengengesan.
'' Ya sudah, ayo kita masuk. Itu pintu liftnya sudah terbuka.'' Tama menahan pintu lift samapai Mayang sudah benar-benar masuk. Kemudian melirik Imah yang masih diam membeku.
'' Apa kamu mau naik tangga?'' Ketus Tama dan Imah masuk dengan memasang wajah dingin.
'' *Salah gue apa coba, nih si manusia kutub cari masalah terus sama gue. Untung bos, kalo ga udah gue injak tu kaki. Bikin kesel aja dari kemaren*.'' Batin Imah kesal dengan Tama yang selalu marah tiap kali bertemu dengannya.
Dari kejauhan terlihat seorang pria tengah memandang dengan penuh emosi saat Tama dan Mayang terlihat begitu akrab, tanduknya makin keluar saat melihat Tama mengelus perut Mayang dan parahnya lagi Mayang malah tersenyum manis pada Tama.
'' Kurang ajar, brengs\*k! Berani sekali dia menyentuh istriku, sudah cukup kamu merebut Kakekku tapi tidak untuk istriku.'' Ucap Danu dengan wajah yang sudah memerah menahan amarah serta kedua tangan yang sudah terkepal kuat.