NovelToon NovelToon
Turun Ranjang

Turun Ranjang

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Cinta setelah menikah / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Beda Usia / Slice of Life
Popularitas:27.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lin_iin

Geya dipaksa menikahi kakak iparnya sendiri karena sang kakak meninggal karena sakit. Dunia Geya seketika berubah karena perannya tidak hanya berubah menjadi istri melainkan seorang ibu dengan dua anak, yang notabenenya dia adalah keponakannya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lin_iin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Akhirnya

***

"Kamu denger Mas ngomong enggak sih?"

Lamunanku seketika langsung saat mendengar decakan kesal yang disusul gerutuan. Mas Yaksa menatapku dengan wajah yang tak kalah kesal, sementara aku gelagapan karena baru tersadar dari lamunan. Benar, aku memang tidak mendengarkan Mas Yaksa sedang membicarakan apa, karena aku terlalu sibuk dengan isi kepalaku sendiri dan semua ini gara-gara teman Mas Yaksa, dokter Ivan.

Obrolan kami sudah lewat satu minggu lebih, namun, sampai detik ini aku masih sering kali memikirkan kalimatnya dan aku belum menemukan jawaban yang sedang aku cari.

"Kamu lagi mikirin apa sih? Si Galon itu?"

"Galen, Mas," koreksiku kemudian.

Dengusan tidak percaya keluar dari mulut Mas Yaksa, reflek membuatku mengulum senyum samar.

"Mas nggak peduli."

"Mas cemburu ya sama Galen?"

Niat awalku hanya ingin menggodanya karena iseng, tapi siapa sangka kalau ia akan langsung mengiyakan jawabannya tanpa perlu banyak berpikir.

"Iya. Ada masalah?"

"Mas?" Aku memanggil Mas Yaksa dengan nada ragu-ragu, ekspresi wajahku berubah salah tingkah. Lebih tepatnya tidak siap dengan jawabannya yang di luar dugaanku ini.

"Kalian masih sering bertemu?" tuduhnya tak lama setelahnya. Kedua matanya memicing curiga, "di belakang Mas?"

"Astagfirullah, enggak, Mas. Sejak hari itu kami belum ketemu lagi, kami bahkan tidak bertukar pesan apapun."

"Belum?"

Aku salah bicarakah?

"Jadi ada rencana mau ketemu lagi?"

"Kalau rencana nggak tahu, tapi takdir siapa yang tahu sih, Mas? Bisa aja kan kami ketemu lagi tanpa sengaja?"

"Jadi kamu beneran mikirin dia?"

"Enggak, Mas. Semenjak hari itu, semua sudah selesai."

"Kenapa selesai? Bukannya kamu masih suka? Dia juga kan?"

Mendengar nada bicara sarkas Mas Yaksa benar-benar membuat nyaliku menciut seketika.

"Mas." Tanpa sadar aku mengeluarkan nada manjaku, yang kali ini hanya direspon Mas Yaksa dengan dengusan tidak percaya. Ia menghela napas panjang tak lama setelahnya.

"Jadi apa dan siapa yang mengganggu pikiran kamu?" Kali ini nada bicara Mas Yaksa kembali melembut, ia terlihat jauh lebih tenang. Tidak ada raut wajah kesal atau marah.

"Dokter Ivan," akuku jujur.

"Apa?!"

Kenapa? Apa yang salah kenapa reaksi Mas Yaksa bahkan lebih parah? Ia bahkan berteriak dan ekspresinya kembali terlihat marah dan bahkan lebih.

"Bisa-bisanya kamu malah mikirin suami orang? Dan bahkan dia temen Mas sendiri? Geya, kamu ternyata begini?" Ekspresi Mas Yaksa terlihat begitu tercengang, seolah apa yang kukatakan sebuah masalah yang begitu besar.

Astaga, apa sih yang dipikirkannya?

"Enggak gitu maksudnya, Mas," elakku tak lama setelahnya.

Aku tahu pondasi hubungan kami tidak terlalu kuat, apalagi mengingat hubungan kami yang dimulai tanpa didasari cinta dan aku sempat memiliki perasaan untuk pria lain. Tapi harus banget ya Mas Yaksa menuduhku terus-terusan begini?

"Terus apa?" desak Mas Yaksa terkesan tidak sabaran.

Aku menghela napas. Terlalu gengsi untuk mengakuinya.

Duh, gimana ngomongnya ya?

"Geya, jangan bikin Mas semakin berpikir yang tidak-tidak," ucapnya memperingatkan dengan nada tidak main-main.

Aku menggeleng cepat. "Intinya ini semua nggak seperti yang Mas Yaksa pikirin."

Mas Yaksa menaikkan sebelah alisnya sembari menyilangkan kedua tangan di depan dada. "Memang apa yang Mas pikirin?"

Tiba-tiba aku merasa salah tingkah.

"Kata dokter Ivan aku denial," akuku pada akhirnya.

"Ivan nggak protes tuh kamu panggil gitu?"

Jujur, responnya agak sedikit melenceng dari dugaanku. Kenapa Mas Yaksa malah membahas panggilanku untuk salah satu temannya?

"Ya protes, tapi kan kita sekarang cuma berdua."

"Alin nggak kamu itung?"

Aku meringis sambil menatap Alin yang kini tengah terlelap di ranjang kami dan aku baru tersadar kalau belum memindahkannya ke ranjang box.

"Bentar, ini kenapa pembahasan kita malah kemana-mana gini sih, Mas? Kenapa kita nggak bahas inti dari pembahasan yang seharusnya kita bahas?"

"Soal kamu yang denial?"

Ragu-ragu aku mengangguk.

"Kamu denial sama Mas?"

"Kayaknya iya." Nada bicaraku terdengar semakin ragu-ragu karena aku tidak begitu yakin akan hal itu.

"Dan kamu menyadarinya gara-gara Ivan?" Mas Yaksa tiba-tiba berdecak takjub, "hebat juga ya Ivan," komentarnya membuatku bingung.

"Maksud Mas begini, setelah apa yang kita lalui memang kamu belum ngerasa sadar?"

Aku masih bertahan dengan ekspresi bingungku. Hal ini membuat Mas Yaksa menghela napas tak lama setelahnya.

"Kita bahkan sudah melangkah cukup jauh, Geya, meski memang belum sejauh itu. Tapi coba kamu ingat apa yang sudah Mas lakuin ke kamu dan apa yang sudah kita lakuin. Kegiatan dewasa. Menurutmu, kamu bakalan rela Mas apa-apain kayak kemarin-kemarin kalau seandainya kamu belum memiliki perasaan itu?"

"Tapi aku istri Mas."

"Geya, kalau hanya itu alasannya kamu akan menyerahkan SEMUANYA. Sebelum kita menikah, Mas ipar kamu, sedikit banyak Mas tahu sifat dan kepribadian kamu, meski banyak hal yang enggak Mas tahu, tapi bukan berarti Mas nggak tahu apa-apa tentang kamu."

Jadi perasaan itu sebenarnya mungkin sudah ada sebelum pertemuanku dengan Galen?

Tapi bagaimana bisa?

"Kamu ini sebenarnya beneran bisa bedain lagi jatuh cinta atau cuma kagum sih?"

"Maksudnya aku cuma kagum?"

Mas Yaksa mengangguk.

"Sama Mas?"

"SAMA GALEN, GEYA!" balas Mas Yaksa tiba-tiba ngegas.

Aku tertawa.

"Dia cukup menarik secara penampilan, wajar kalau kamu sempat bingung."

Tanpa sadar aku mengangguk dan mengiyakan. "Tapi Mas juga nggak kalah menarik kok," komentarku malu-malu.

"Udah nggak denial nih ceritanya?"

"Enggak tahu," akuku jujur, "tapi yang jelas aku nggak mau kehilangan Mas Yaksa."

"Berarti Mas udah bisa dapet hadiahnya?"

Jantungku mendadak berdebar kencang. Aku merasa gugup luar biasa, apalagi saat merasakan pergerakan tubuh Mas Yaksa yang kian mendekat ke arahku, ditambah lagi ekspresi wajahnya yang terlihat berbeda, sepertinya dia sudah terselimuti hawa nafsu.

"Harus banget malam ini, Mas? Alin bahkan belum dipindahin ke ranjang boxnya."

Tanpa membalas, Mas Yaksa kemudian berdiri dan memindahkan Alin ke ranjang boxnya.

"See!"

Aku memandang Mas Yaksa ragu kemudian berjalan menghampirinya.

"Ready?"

"Pelan-pelan tapi ya? Ini pengalaman pertama aku, Mas."

Mas Yaksa terkekeh sambil mengelus pipiku. "Memangnya selama ini Mas brutal kah?"

"Ya enggak sih."

"Kalau kamu masih takut, bisa kita tunda--"

Aku menggeleng cepat. Dan entah dapat keberanian dari mana, kini aku sudah mengalungkan kedua lenganku pada lehernya, perlakuan ini lah yang membuat Mas Yaksa tiba-tiba menghentikan kalimatnya.

Kedua mata kami saling bertemu, tidak ada obrolan setelahnya, Mas Yaksa langsung mengecup bibirku pelan, lama-kelamaan kecupannya berubah menjadi lumatan. Lalu tak lama setelahnya bibirnya mulai turun pada leherku, menyesapnya dalam, yang aku yakini besok pasti akan meninggalkan bekas. Tangannya dengan lihat mulai membuka piyama bagian atasku, pergerakannya tidak terburu-buru, dia melakukannya dengan tenang.

Tak lama setelahnya aku mulai merasakan hawa dingin, dan ternyata bagian atasku sudah tidak mengenakan apapun, kegiatan yang kulakukan hanya menikmati perlakuannya. Aku bahkan tidak sadar dengan pasti kapan Mas Yaksa melepaskan semuanya, bahkan sekarang kami sama-sama sudah menanggalkan pakaian kami.

Akhirnya aku menyerahkan semuanya pada Mas Yaksa.

To be continue,

1
MARLINA DJAILANI
gak meyakinkan....
holipah
lanjut Thor
Ita Putri
novel bagus ....syukaaaa
Ita Putri
hadooh jangan" hamil geta nya
Lia Kiftia Usman
seharusnya didampingi yaksaaaaa
MARLINA DJAILANI
pengen 5, tp mungkin gak ya????
Lin_iin: busettttt
total 1 replies
Lia Kiftia Usman
yaksa...oh...yaksa
Lia Kiftia Usman: suka ... kata2 yaksa...'rumah tangga urusan suami istri bukan orang lain'
Lin_iin: kenapa? kenapa?
total 2 replies
Ty
up lagi ya thorr
Lia Kiftia Usman
indah pada saatnya...
komunikasi dewasa yg bisa merekatkan keduanya.... jaga yaa geya yg terbuka ...yeksa yg membimbing...
Nina27
ada apa denganmu geyaaaaa
Lia Kiftia Usman
tu kan...tu kan....terkadang harus mikir panjang kalo mo bertemu berdua aja sama teman putih abu2
Lia Kiftia Usman
asyiiiiknya....rita😄
Lia Kiftia Usman
setuju😁😁
Lia Kiftia Usman
itulah gosip🤦‍♀️...

g enak banget ya..geya...dengernyaa
sabar yaa..
Lia Kiftia Usman
berat memang u geya...
...ibu sedikit saja mengerti,memahami geya u bisa adaptasi dengan keadaannya... toh geya pada dasarnya anak penurut.
Lia Kiftia Usman
Luar biasa
Lia Kiftia Usman
saya suka karakter yaksa (sampai eps.ini)
Lia Kiftia Usman
mas yaksamu da perhatiin dan suka kamu selagi kamu masih adik ipar ...geya 🤭
MARLINA DJAILANI
gara2 mulut org julid...... parah nih si @Lin_iin
MARLINA DJAILANI
sama2 kasih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!