Jika tak percaya adanya cinta pada pandangan pertama, Rayyan justru berbeda, karena semenjak melihat Mbak Tyas, dia sudah langsung menjatuhkan hati pada perempuan cantik itu.
Dan dia Rayyan Asgar Miller, yang jika sudah menginginkan sesuatu dia harus mendapatkannya dengan cepat.
"Ngapain masih ngikutin? Kan tadi udah aku bayarin minumannya tah!?"
"Bayarannya kurang Mbak!" Rayyan menyengir lalu menunjukkan sebelah pipinya. "Kiss sepuluh kali dulu, baru aku anggap impas."
"Astaghfirullah!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DB SEMBILAN BELAS
Rayyan mematikan sambungan telepon dari orang tuanya, bukan bermaksud kurang ajar, tapi sungguh, Rayyan tak suka berkata bohong, terlebih pada ibu tercintanya.
Di waktu bersamaan, bel rumah juga berbunyi, dan Rayyan yakin itu Guntur bersama Aulkafa. Rayyan titip beli sesuatu karena beberapa menit lalu kedua sahabatnya membuat story sedang ada di minimarket.
Rayyan membuka pintu, lalu mendapat tatapan mata tajam dari kedua sahabat yang merasa dikhianati. "Sejak kapan Lo ganti sandi pintu?" tukasnya.
Rayyan tertawa nyengir. Sebelumnya Guntur dan Aulkafa tahu sandi pintu rumah ini, tapi berhubung di rumah ini sudah ada Tyas, maka Rayyan mengubah sandinya.
Walau Rayyan tahu, Guntur si genius pasti bisa membobol password. Tapi setidaknya dengan diganti begini dua sahabatnya akan tahu jika Rayyan sudah membatasi mereka.
Lain dulu lain sekarang, Ning Tyas sang istri juga perlu privasi. "Mana titipan Gue?" Rayyan mengulur tangannya, meminta keresek putih berukuran kecil yang Guntur bawa.
Bukan memberikan secara baik- baik, Guntur justru melemparnya begitu saja dan segera ditangkap sigap oleh dua tangan Rayyan.
Guntur berdecak. "Sialan emang Lo, masa cowok baik- baik disuruh beli pengaman, emang dasar setan, Lo!"
"Yang setan tuh Elu, ngapain mau beliin anjir, mana Mbak Mbak kasirnya ngeliatin Gue mulu, tuh kelompok cewek rahim anget udah kayak mau perkosa Gue barusan!" Aulkafa menimpalinya.
"Sok ganteng, Lo!" Rayyan tertawa sambil menampar kepala sahabatnya.
"Gue kasian kalo Rayyan punya anak, idih, Gue geli bayanginya!" Guntur bergidik kegelian membayangkan kulit bayi. "Persahabatan kita putus kalo Rayyan punya bayi!"
Aulkafa menjawab dengan memberikan jari miring di keningnya. Dua sahabatnya ini memang tak ada yang waras, satunya batu satunya aneh.
"Neng Tyas mana?" Aulkafa menatap ke arah pintu kamar Rayyan yang tertutup.
"Ngapain Lo nyari, Tyas?!" Rayyan menatap tajam, berani juga Aulkafa menanyakan Tyas, berarti sudah bagus kalau sandi pintu diganti.
"Lumayan cuci mata!" Aulkafa menyengir, dan seketika berubah menjadi meringis setelah Rayyan menendang bagian belakang lututnya.
"Sakit sialan!"
Rayyan kemudian mendorong Guntur dan Aulkafa agar melewati pintu utama. "Udah keluar kalian, Gue mau berduaan sama istri!"
"Kasih Gue minum kek!" Guntur protes.
Rayyan mendorong kepala Guntur yang memaksa masuk. "Keluar, setan, Gue mau malam pertama sama Mbak Tyas!"
"Maklum udah halal," lanjut Rayyan yang terkesan meledek dua sahabatnya.
"Emang katak ni orang!" umpat Aulkafa.
Rayyan bahkan memanasi dengan desah yang dibuat buat. "Agh, ahh, yes, oh no!"
"Anjir, ni anak!" Guntur hilang kesabaran hingga ingin sekali memukuli Rayyan, tapi Aulkafa segera menarik jaketnya.
"Udah, yang waras ngalah!"
Rayyan tertawa cekikikan sambil menutup pintunya, dia lalu kembali ke kamar setelah akhirnya dia memiliki pengaman. Rayyan belum siap Tyas hamil, makanya sedia saja sebelum dia khilaf memaksa istrinya bercinta.
Di kamar, Tyas sudah membuka jilbab, dan itu membuat Rayyan terpesona, dengan segera pemuda itu mendekat. Namun sayangnya sang istri menunjukkan telapak tangannya.
"Stop!" larangnya.
"Why?" sambung Rayyan.
Jujur saja, Rayyan sudah ingin sekali mencium ceruk leher Tyas ketika dalam keadaan tanpa jilbab. Rayyan penasaran dengan aroma damainya tentu saja.
"Mau shalat!" Tyas memakai mukena, lalu menggelar sajadahnya. Dan Rayyan tahu istrinya memang sudah terbiasa melakukan ibadah sunnah tersebut sebelum tertidur.
"Oh, ok."
Rayyan membuka kaus, dan menjatuhkan diri di atas ranjang. Berbaring miring dengan satu tangan menyangga kepalanya. "Aku tunggu di sini, Baby..."
Tyas sempat mengernyit, sungguh Rayyan ini berondong yang meresahkan. Bisa bisanya pemuda itu menggigit bibir bawah di depannya seperti sedang memancing.
Tyas berusaha tak pedulikan itu, dia lanjut untuk menunaikan ibadahnya. Rayyan kini menunggu, dan untuk sementara waktu dia bermain game dahulu.
Sesekali Rayyan melirik ke arah Tyas, sudah selesai dua rakaat, lalu ditambah lagi dengan dua rakaat kembali. Rayyan mendengus jengah, tapi ya sudahlah, mungkin Tyas memang terbiasa begitu.
Dia kembali melanjutkan pertarungannya di game online. Dan sekali lagi Rayyan melirik ke arah Tyas yang sepertinya sudah mau ambil dua rakaat ke tiga.
Sumpah, Rayyan sudah mulai jenuh menunggu istrinya selesai, tapi memarahi orang yang tengah shalat, Rayyan rasa itu perbuatan yang sama sekali tidak terpuji.
Kembali Rayyan bermain game, hingga mata mulai kantuk dan tertutup perlahan. Ponsel yang masih menyala terjatuh ke sisi ranjang.
Suara brak yang Tyas dengar, akhirnya membuat wanita itu menoleh. Dan ketika melihat Rayyan tertidur, hal yang pertama kalinya Tyas lakukan adalah, melambai tangan tepat di depan wajah pemuda itu.
Tak ada pergerakan lagi, karena sepertinya Rayyan memang sudah benar- benar terlelap pulas saat ini. "Katanya mau malam pertama, kok tidur, Mas?"
Tyas berbisik- bisik agar tak mengganggu tidur Rayyan. Dia bahkan menahan cekikikan karena akhirnya dia berhasil menghindari malam pertama dengan pemuda resek ini.
"Peluk aku, Mbak!" Tyas terperosok ke pelukan Rayyan ketika saja pemuda itu meraih tubuhnya untuk diletakkan dalam dekapan hangatnya.
Tyas mendelik, tapi tak berani bersuara apa lagi meronta. Karena bila mana itu sampai terjadi, jelas Rayyan akan meminta hak malam pertama padanya.
"Aku makan kamu, Mbak!"
Dalam alam bawah sadar Rayyan juga memanyunkan bibirnya. Itu hal yang membuat Tyas ingin tertawa, tapi sekuat tenaga dia tahan sebisanya.
Pada akhirnya keduanya tidur dalam keadaan berpelukan hingga Rayyan terjaga di pagi hari dan baru tahu jika dirinya ketiduran. Rayyan segera meraih ponsel dari atas nakas, dan ternyata sudah jam setengah lima.
"Tiiiiiyaaaaaaass!" Rayyan berteriak saking kesalnya, bisa bisanya dia tertidur dan Tyas diam tak membangunkan dirinya.
Rayyan bangkit dengan kesal, berjalan arogan kemudian membuka kamar mandi karena gemercik air membuat Rayyan tahu jika istrinya di sini.
"Mas!" Benar saja, Tyas segera meraih handuk demi menutupi tubuh polosnya. "A-ada apa, Mas?!" kagetnya membelalak.
Rayyan menyeringai. "Kebetulan, sekalian kita mandi sama- sama!" putusnya.
📌 Bab berikutnya, tahap seleksi...
Wkwk...