Rain, gadis paling gila yang pernah ada di dunia. Sulit membayangkan, bagaimana bisa ia mencintai hantu. Rain sadar, hal itu sangat aneh bahkan sangat gila. Namun, Rain tidak dapat menyangkal perasaannya.
Namun, ternyata ada sesuatu yang Rain lupakan. Sesuatu yang membuatnya harus melihat Ghio.
Lalu, apa fakta yang Rain lupakan? Dan, apakah perasaannya dapat dibenarkan? bisa kah Rain hidup bersama dengannya seperti hidup manusia pada umumnya?
Rain hanya bisa berharap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon H_L, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teman Ghio, Reno.
"Lagi mikirin apa?"
Rain tersentak dari posisi duduknya. Kepalanya langsung mendongak.
"Gak ada, kak."
Rain memaksakan senyum. Ia terlalu terkejut dengan kehadiran pria ini. Tadinya, Rain sedang berpikir cara menemukan seseorang.
Tepat beberapa jam yang lalu, Rain melihat-lihat foto yang belum sempat ia lihat. Sudah beberapa hari Rain menyimpan foto ini, dan tidak ada waktu yang tepat untuk melihatnya.
Rain hanya menunjukkan satu foto kepada Ghio. Yang lainnya sengaja ia simpan. Rain takut Ghio mengalami hal itu lagi. Rain tidak ingin Ghio mengingat ingatan buruk itu lagi.
Jadi, Rain sengaja membawa foto-foto itu ke kampus. Ia kembali mengasingkan diri dari teman-temannya. Namun sayangnya, Willy seolah tahu kalau Rain suka di sini.
"Foto siapa?"
Rain mengemas semua foto itu dengan cepat. "Bukan siapa-siapa."
"Yakin?"
Rain menatap Willy.
"Sorry. Tapi, gue sempat lihat. Bukan bermaksud ngintip... Ah... Gue gak sengaja lihat." kata Willy merasa tak enak.
Rain mengangguk. Ia kembali memaksakan senyumnya. "Gak pa-pa. Oh, ya. Kak Willy ada urusan apa?" Rain mengalihkan topik.
Willy duduk di samping Rain. "Gak ada urusan apa-apa. Tadi, gue gak sengaja lihat Lo. Makanya gue samperin."
"Ohh...okey." Rain mengangguk. Nadanya terdengar ragu.
Rain mengalihkan tatapannya ke arah lain. Ia merasa canggung berada di posisi sekarang. Willy selalu menatapnya, namun tidak mengatakan apa pun. Rain bertanya-tanya dalam hati, ada apa dengan pria itu.
"Sorry, gue lancang."
Rain mengangkat alis bertanya.
"Itu..." Willy menunjuk foto-foto yang masih Rain pegang. "Kayaknya, gue kenal sama orang dalam foto itu." kata Willy hati-hati.
Dahi Rain berkerut. Tatapan bertanya terpampang di wajahnya. Lantas, ia membalikkan foto itu, dan menampilkan foto Ghio dan pria yang tidak Rain kenal.
"Lo kenal?" tanya Rain sambil menunjukkan foto.
Willy mengangguk.
"Siapa? Mereka berdua?" Rain kembali bertanya.
Willy menggeleng. "Bukan. Gue cuma kenal dia." Ia menunjuk gambar pria di samping Ghio.
Rain menatap antusias. Lantas ia mendekat ke arah Willy.
Willy berkedip sebentar.
"Dia?" Rain menunjuk kembali. "Please! Kasih tahu gue!" katanya memohon.
Rain tidak menyangka sebelumnya dengan hal ini. Tadinya, Rain sudah berpikir bagaimana ia mencari pria itu. Rain bingung, tidak tahu harus mulai dari mana. Tapi, selalu ada jalan di setiap masalah.
Rain menatap penuh harap. Karena, pria dalam foto ini bisa saja menjadi salah satu jalan Rain menemukan keluarga Ghio.
Karena, hanya pria ini harapan terakhir Rain. Jika tidak menemukannya, bagaimana ia menjalani problem selanjutnya?
"Namanya Reno. Dia, teman SMA gue dulu. Tapi, kita bukan teman dekat. Kebetulan dulu dia Anggota OSIS, sama kayak gue." kata Willy.
"Lo tahu dia tinggal dimana?" tanya Rain.
Willy menggeleng. "Sorry. Gue gak tahu."
Rain menghela napas panjang. Lalu ia kepikiran sesuatu.
"Atau Lo tahu dia dimana sekarang? Ah... Tempat kerjanya, atau mungkin dia kuliah dimana, atau gak, Lo punya kontaknya?"
"Gue gak punya kontaknya. Tapi, kalo gak salah dia kuliah di Universitas XXX. Itu aja yang gue tahu. Untuk jurusan, gue kurang tahu."
Mata Rain berbinar. "Universitas XXX?" Rain tahu universitas itu. Lokasinya lumayan jauh. Tapi, masih dalam kota ini.
Willy mengangguk.
Rain tersenyum senang. Akhirnya, ia akan menemukannya.
Rain sangat bersyukur. "Makasih, Kak Willy."
Willy tersenyum. "Sama-sama. Tapi, kalau boleh tahu, Lo nyari dia..." Willy tidak melanjutkan ucapannya.
Rain paham maksud cowok itu. Tapi, ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya.
"Gue punya urusan sama dia, kak."
Willy mengangguk saja. Ia tahu, Rain punya urusan dengan Reno, itu sebabnya ia bertanya mengenai cowok itu. Tapi, urusan apa?
Willy kembali mengangguk. Sepertinya, Rain tidak ingin memberitahunya. Lagi pula, siapa dia berhak tahu urusan cewek itu.
Tapi, Willy ingin Rain mengatakannya. Ia berharap.
Willy menggeleng. Begini saja sudah cukup. Melihat senyum gadis itu, Willy ikut senang. Setidaknya ia bisa membantu gadis itu. Walaupun ia tidak tahu apa masalahnya.
Willy kembali menatap Rain. Senyum gadis itu sangat manis. Sebenarnya, beberapa Minggu terakhir ini, Willy diam-diam memperhatikan gadis itu saat di kampus.
Baru beberapa Minggu mungkin bulan, Willy mengenal Rain. Willy merasa beda dengan gadis itu. Rain tampil beda dari gadis pada umumnya. Bersikap tenang, tidak banyak tingkah seperti gadis-gadis di sekitarnya, dan tampilan apa adanya.
Gadis itu sederhana. Willy suka.
Tapi, Willy selalu menelan pil pahit. Rain tidak pernah bisa diajak ngobrol sedikit lama. Gadis itu selalu sibuk dan sedikit buru-buru. Dan setiap kali ia berniat mengantar Rain pulang, gadis itu punya alasan pas untuk menolaknya. Rain selalu setia dengan motornya.
Willy sempat senang, akhir-akhir ini Rain menjoki tugas kepadanya. Dengan begitu, ia punya alasan bertemu gadis itu. Tapi, lagi-lagi, berhadapan dengan Rain sangat sulit.
"Kalau Lo mau, gue bisa bantu Lo buat cari dia. Kebetulan hari ini gue kosong." Willy berharap idenya ini berhasil. Ia berharap, Rain tidak menolak ajakannya.
Rain menggaruk kepalanya. "Gak usah repot-repot, kak." tolaknya hati-hati.
"Gak repot, kok. Gue senang bisa membantu," kata Willy dengan senyum manisnya.
Rain melihat ketulusan pria itu. Sebenarnya, Rain sedikit waspada. Kenapa Willy begitu baik kepadanya? Bukan waspada karena takut Willy jahat atau hal lain. Rain sedikit tahu alasan seorang pria peduli kepada perempuan.
Rain menggelengkan kepala. Ia tidak boleh terlalu ge-er. Mungkin saja Willy memang memiliki sifat baik seperti ini.
"Tapi, kita gak tahu dia jurusan apa. Mungkin bakal sulit. Kak Willy gak perlu capek-capek. Lagian, dengan informasi yang Lo kasih udah sangat cukup banget, kak," tolak Rain dengan sopan.
Willy menatap Rain. Sepertinya, gadis itu memang tidak ingin tujuannya diketahui. Willy menghela napas. Kenapa sesulit ini mendekati Rain.
Willy diam sambil berpikir. Ia kembali menemukan ide. "Gue gak bakal ikut campur dengan urusan Lo sama Reno. Serius." Willy mengangkat kedua jarinya.
"Eh... Bukan gitu, kak." kata Rain merasa tak enak.
"Gue cuma mau bantu Lo, kok. Gue yakin Lo bakal kesusahan nyarinya. Karena gue udah kenal lama sama Reno, mungkin aja gue bisa cari tahu dia jurusan apa. Apalagi, sekarang semua serba bisa. Alat udah canggih-canggih." kata Willy.
Rain diam berpikir. Sebenarnya, ia merasa tak enak menolak cowok itu. Tapi...
"Gue gak bakal ganggu. Beneran." kata Willy lagi, seolah tahu isi pikiran Rain. "Lagian, gue udah lama gak ketemu sama dia. Ah, sekalian ketemu lagi."
Rain menggigit bibirnya. Ia tidak tahu apa tujuan Willy. Apakah hanya sekedar membantu? Atau ada maksud lain? Tapi, akhirnya Rain hanya bisa mengangguk.
"Serius, bisa?" tanya Willy.
"Gue gak bisa nolak, kak." kata Rain jujur.
Willy tersenyum senang. "Oke. Sebentar. Ahh..." Ia terlihat berpikir. Lalu, selang beberapa detik ia kembali menatap Rain. "Gue antar hari ini?"
"Kalo bisa hari ini, ya, lebih bagus. Tapi, besok juga bisa. Lagian besok gue cuma masuk pagi." kata Rain.
Willy kembali berpikir. Gue ada matkul besok siang, batinnya.
"Kalau gitu, sekarang aja. Gue hari ini Free." kalau besok, mungkin Rain akan berangkat sendiri. Willy tidak punya alasan lagi untuk menemaninya besok.
"Okey," kata Rain.
Willy tersenyum.
"Kebetulan ini masih pagi. Gue yakin, hari ini Reno pasti di kampus." Willy lalu mengeluarkan labtopnya. Ia mengotak-atik labtop itu.
"Kita cari dulu Username Instragram-nya."
Rain diam, memperhatikan Willy yang nampak fokus dengan pencariannya. Beberapa saat mereka berada dalam suasana hening itu.
Hingga beberapa menit kemudian, Willy menghentikan pencarian. Ia menatap Rain dengan senyum cerah.
Rain menaikkan alis, bertanya tanpa suara.
"Ketemu." kata Willy.
Mata Rain melebar. "Serius, kak?"
"Serius." Willy menunjukkan labtopnya. "Kayaknya dia masuk bagian bisnis gitu. coba lihat postingannya."
Rain menatap dengan teliti. "Ekonomi."
"Yes."
"Eh... Ini, bukannya cowok dalam foto?" tanya Willy sambil menunjuk pria dalam postingan itu.
Rain mendekatkan matanya ke arah labtop. Ditatapnya video singkat itu. Video yang menampilkan Ghio yang sedang makan. Reno merekamnya dari sisi samping sambil tertawa, seolah sedang memamerkan anaknya. Sedangkan Ghio yang direkam hanya menatap datar sambil menjauhkan diri. Tapi, tetap fokus dengan makanannya.
Rain tertawa kecil. Ghio memang sedoyan itu jika dihadapkan dengan makanan.
Melihat video itu, Rain semakin yakin kalau jawaban yang ia inginkan selama ini bisa Reno jawab.
Rain berharap, itu memang benar.