NovelToon NovelToon
Suami Penyembuh Luka

Suami Penyembuh Luka

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:5.7M
Nilai: 4.7
Nama Author: Yunis WM

Kecewa, mungkin itulah yang saat ini di rasakan Donny Adriano Oliver. Bagaimana tidak harapan untuk segera membangun rumah tangga dengan kekasih yang sudah di cintainya selama enam tahun pupus sudah. Bukan karena penghianatan atau hilangnya cinta, tapi karena kekasihnya masih ingin melanjutkan mimpinya.

Mia Anggriani Bachtiar, dia calon istri yang di pilihkan papanya untuknya. Seorang gadis dengan luka masa lalu.

Bagaimanakah perjalanan pernikahan mereka. Akankah Donny yang masih memberi kesempatan kepada kekasihnya bisa jatuh cinta pada istrinya yang awalnya dia perlakukan seperti adik perempuan yang dia sayangi. atau Mia yang sudah lama menutup hati bisa luluh dan jatuh pada perhatian dan kasih sayang yang Donny berikan padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Epis. 16 Bertemu Fiona

“Kita mau kemana?” tanya Fiona pada Alfandi. Tadi setelah pulang kantor, Alfandi meminta Fiona ikut dengannya. Awalnya Fiona menolak, tapi setelah Alfandi mengatakan bahwa ini adalah perintah Tuan Donny, Fiona akhirnya dengan terpaksa mengikuti Alfandi walaupun dengan berat hati.

Fiona berdecak kesal setelah Alfandi hanya fokus pada jalan di depannya dan mengabaikan pertanyaan yang sudah berkali-kali di tanyakannya.

“Anda nggak mau menculik saya kan Sekertaris Al?” pertanyaan Fiona sukses membuat Alfandi meliriknya walaupun hanya sekilas, setelah itu dia kembali fokus dengan kemudinya.

“Tuan Donny ingin anda bertemu dengan seseorang”, jawabnya pada akhirnya tanpa mengalihkan fokusnya.

“Siapa?”

“Anda Akan tahu”. Fiona mencoba menebak-nebak dalam fikirannya siapa yang ingin Donny pertemukan dengannya. Seketika matanya membelalak, “apa mungkin Tuan Donny ingin aku ketemu sama orang tuanya” Fiona menutup mulutnya dengan keduan tangannya sambil menggeleng tidak percaya. Alfandi hanya menghela nafas, wanita ini sama menjengkelkannya dengan sahabatnya, begitu mungkin fikir Alfandi.

Tidak lama mobil yang membawa mereka sampai di depan sebuah gerbang kayu berwarna coklat yang besar dan kokoh. Mobil memasuki halaman saat gerbang itu terbuka. Mulut Fiona terbuka sempurna mengagumi setiap apa yang dia lihat. Mobil berhenti tepat di depan pintu utama.

Fiona menggeleng-gelengkan kepalanya takjub. Rumah yang ada di depan matanya lebih tampak seperti istana. Pintu kayu berwarna putih bersih dengan pahatan-pahatan berwarna perak  itu terbuka, seorang berpakain pelayan mempersilahkan keduanya masuk.

Fiona dengan hati-hati melangkahkan kakinya, takut membuat lantai granit itu jadi kotor oleh sepatunya. Di atasnya tepat mengantung lampu hias berwana emas yang sangat indah. Rumah dengan dominasi putih dengan warna perak dan emas sebagai pelengkapnya membuat rumah itu tampak sangat mewah dan elegan.

Donny yang sudah menunggu Fiona sejak tadi meminta Bu Mira untuk membawa Fiona ke kamar Mia. Yah, Donny memang meminta Alfandi membawa Fiona untuk bertemu dengan Mia. Walaupun Mia tidak menampakkan kesedihannya, Donny tahu gadis itu sedang menyembunyikan air matanya. Donny berharap kehadiran Fiona bisa membuatnya lebih baik.

“Mmm… sa..saya mau di bawa ke mana?” tanya Fiona takut-takut.

“Jangan Khawatir Nona, silahkan ikut saya”, Bu Mira mempersilahkan Fiona mengikutinya. Fiona menatap Al, lalu menatap Donny kemudian menatap Bu Mira. Fiona lalu mengehla nafas panjang dan berjalan mengikuti Bu Mira yang berjalan di depannya.

“Tidak mungkin orang terhormat seperti Tuan Donny melakukan hal yang memalukan bukan” bisiknya dalam hati untuk meyakinkan dirinya.

Bu Mira membukakan pintu kayu berwarna putih bersih dengan warna perak sebagai pamanisnya. Fiona menengokkan kepalanya kedalam mencari tahu siapa sosok yang ingin Donny pertemukan dengannya.

“Wuahh…” Fiona takjub. Luas kamar itu lebih besar dari rumah kontrakkannya bersama Mia yang memiliki dua kamar tidur, ruang tamu dan dapur. Interior berwarna senada dengan setiap sudut rumah, televisi layar datar yang menempel di dinding, satu set sofa dan perabotan mewah lainnya nampak menghiasi kamar itu. Juga ada beberapa pintu di dalamnya yang Fiona tidak tahu pintu apa saja itu.

Mata Fiona beralih pada tempat tidur berukuran king size yang ada di tengah ruangan besar itu, kakinya melangkah mendekati tempat tidur itu. Seseorang yang tidak benar-benar sedang tidur itu lalu terbangun ketika merasakan ada orang yang sedang memperhatikanya. Fiona membekap mulutnya sendiri dengan kedua tangannya ketika melihat dengan jelas sosok yang ada di atas tempat tidur itu.

“Mia?”, panggilnya lirih. Mia tidak kalah terkejutnya melihat siapa yang sedang berdiri di hadapannya. Fiona berlari memeluk Mia, dengan segala kekuatan yang dia miliki menahan air mata yang sudah berkumpul ingin berjatuhan. Dia tidak boleh membiarkan Mia melihatnya menangis.

Bagaimana tidak, hati Fiona bagai teriris-iris melihat keadaan sahabatnya itu. Mia selalu mengiriminya pesan bahwa dia baik-baik saja, bahkan tadi pagi Mia juga sempat memberi kabar lewat pesan singkat bahwa dia sangat sibuk dengan pekerjaannya sampai tidak ada waktu untuk bertemu dengannya. Walaupun kesal, tapi Fiona senang Mia baik-baik saja.

Tapi hari ini dia melihat sendiri apa yang terjadi dengan orang yang sangat dia sayangi itu. Walaupun pipinya sudah tidak lebam tapi bibirnya masih menyisahkan luka membuat hati Fiona sangat sedih.

“Ini kenapa?”, tanyanya pelan menyentuh luka itu.

“Aku di tampar Mas Donny”, air mata Mia tumpah setelah mengatakannya membuat hati Fiona semakin berdenyut. “Aku layak mendapatkan tamparan ini, Fi”, akunya. “Aku layak”.

“Aku tidak tahu dari mana kata-kata kasar itu bisa keluar dari mulutku, aku merasa tidak lagi menjadi diriku”, air mata terus mengalir di kedua pipinya, air mata yang tidak ingin dia perlihatkan pada Donny. Fiona memeluknya menyalurkan kekuatan dan kehangatan. Fiona mendongakkan kepalanya, menahan bulir-bulir air yang sudah memaksa ingin jatuh. Walaupun dia tidak tahu apa yang Mia katakan sampai Donny menamparnya, Fiona yakin itu adalah bagian dari luka masa lalunya yang mengendalikannya, karena Mia tidak akan terlalu perduli pada orang yang tidak dia inginkan menjadi bagian dari hidupnya.

Isak tangis Mia menghentikan langkah Donny yang akan masuk ke dalam kamar memberi vitamin pada Mia. Hatinya ikut berdenyut sakit mendengar isak tangis istrinya, dia pasti benar-benar terluka, pikirnya. Donny menundukkan kepalanya, menarik nafas pelan lalu meninggalkan Mia dan Fiona.

“Permisi Nyonya, waktunya minum vitamin”, Fiona mengambil  nampan yang berisi vitamin dan segelas susu itu dari Bu Mira. Donny tadi memnita Bu Mira mengantarkannya ke kamar karena dia tidak ingin ada di sana lebih lama dan mendengar tangisan Mia, entah kenapa dia ikut merasakan sakit yang istrinya rasa walau tidak ada hubungan apapun di antara mereka.

Setelah Bu Mira pergi, beberapa pelayan kembali masuk membawa minuman dan cemilan untuk Fiona. “Silahkan nona”, kata salah satu pelayan itu lalu pergi. Fiona hanya meliriknya, sama sekali tidak berselera untuk menyentuhnya walaupu kelihatan menggiurkan.

“Kamu sudah makan?’ tanya Fiona lalu di jawab dengan gelengan kepala oleh Mia. Fiona berdecak kesal. “Sudah sakit gini masih tidak mau makan, gimana mau sembuh”, Mia tersenyum, entah bagaimana Donny bisa membawa Fiona datang kemari tapi Mia sangat mensyukirinya. Dia memang membutuhkan sahabatnya itu sekarang.

Fiona ikut tersenyum melihat Mia yang akhirnya bisa tersenyum, walaupun pipinya masih basah dan matanya masih sembab, tapi senyuman itu benar-benar tulus dan tidak di buat-buat.

“Aku ambilin makan ya”, tanpa menunggu persetujuan Mia, Fiona berjalan keluar mencari seseorang yang bisa dia mintai tolong mengambilkan makanan untuk Mia. Fiona kaget melihat Bu Mira yang berdiri di depan pintu. Lalu dengan canggunggungnya meminta makanan untuk Mia.

Tidak menunggu waktu lama, Bu Mira kembali dengan sebuah nampan. Fiona mengambil alih, lalu dengan telaten menyuapi Mia. Isi mangkuk itu sudah habis tak bersisa membuat Fiona tersenyum puas. Setelah melihat Mia lebih baik dari pertama kali tadi melihatnya, Fiona bernafas lega walau tidak menghilangkan sedikitpun kesedehin di hatinya.

“Aku ngantuk”, ujar Mia membaringkan tubuhnya. Fiona menarik selimut sebatas leher Mia.

“Kamu berhutang penjelasan kenapa bisa Tuan Donny adalah suami kamu”, ujar Fiona.

“Kamu juga berhutang penjelasan kenapa tiba-tiba ada disini”, mereka saling tatap lalu terseyum.

“Aku pulang ya”, pamit Fiona. “Kamu tidak lupa padaku kan, sama Alex juga. Kita akan selalu ada buat kamu, jadi jangan pernah menyimpan semuanya sendiri”, Mia mengangguk pelan. Setelah dia sembuh dia berjanji akan menceritakan semua pada Fiona, juga pada Alex.

Fiona lalu pergi setelah memastikan Mia sudah benar-benar tertidur.

1
uukais
semoga dimas dan natasya yg jd baik
Ani Susana
bagus
Endah Lestary
Luar biasa
Endah Lestary
Lumayan
DG s
Luar biasa
fajar Rokman.
mampir
Hasanah
masyaAllah
Khusnul Khotimah
bagus tor /Good/
Suyati
sukses slalu thor
Suyati
kasian jg dimas ya
Suyati
kamu hrs terima na, jangan sakit hati
Suyati
udah bucin nih donny
Suyati
seru thor
Suyati
donny plin plan, egois
Suyati
yaa.. kesian Mia kl donny nikah ma tu cewek
Yulianthy Ethi
Kecewa
Yulianthy Ethi
Buruk
Syaeful Bachris183
y
Suyati
tp hati g bs d bohongin kan..
Suyati
pasangan beneran cuma lom ada perasaan, br dkit
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!