Perjalanan kisah dari anak Patriak Klan Ning yang bernama Ning Wie dalam menempuh kultivasi menjadi kultivator terhebat di Kerajaan Jing di benua Biru.
Di bantu dengan dua Spirit yang telah menjadi patnernya yaitu Spirit Pheonix Api dan Spirit Pheonix Es yang tinggal di lautan Spiritualnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wiwiek, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chap 2
"Huek!" Ning Wie muntah. Perutnya terasa di aduk -aduk dan kepalanya terasa berputar - putar. Dan yang muntah buka hanya Ning Wie seorang ada juga yang lainnya.
" Ayo pergi!" Perintah Patriak Ning Bing pada anggota Klannya. Sebab farmasi Dahpi mulai bersinar menandakan akan ada rombongan lain yang datang.
Rombongan yang dipimpin Patriak Ning BIng langsung bergegas keluar dari Paviliun Gianpi bergabung dengan rombongan kloter pertama yang dipimpin oleh ketua Agung Ning Long yang ada di pelataran.
" Huek!" Ning Wie kembali muntah kondisinya belum baik.
" Wie'er bagaimana keadaan kamu?" Tanya Ning Ling pada anaknya yang sedang menghapus sisa muntahan yang ada di bibir tipisnya.
"Dia tidak apa- apa! Sudah wajar bila Wie'er mengalami hal itu. Ini adalah pengalaman pertama kalinya dirinya menggunakan formasi Dahpin." Saut Patriak Ning Bing akan kondisi anak tunggalnya itu.
Ning Wie langsung berbicara membenarkan apa yang di ucap oleh ayahnya, " Benar kata ayah, aku baik-baik saja Bu! Jangan kwatir. Begini sih masih kecil.." Bocah kecil itu menyombongkan diri.
" Hah... Dasar sombong! Idiiih, di bilang ini kecil! Haha... Tapi muntah! Hai...lihat Aku! Aku yang tidak muntah saja tidak jumawa seperti kamu!" Nyiyir Ning Lia saudara sepupu dari Ning Wie.
Ning Wie melirik tajam setelah mendengar apa kata saudara sepupunya itu. Sepupu nya ini memang suka ikut campur. " Aih.... Bodoh amat! Memangnya aku peduli!"
" Ihh... di kasih tahu malah bawel. Aku berkata seperti ini demi kebaikanmu!" Saut Ning Lia tidak mau kalah.
"Berisiik! Diam! Suaramu bikin telinga aku ini mau pecah!" Ning Wie menutup kedua telinganya dengan menggunakan tangan.
" Wie'eeer ka---------" Perkatan Ning Lia belum tuntas sudah terpotong oleh suara ayahnya.
"Lia'er, Wie'er sudah cukup! Lihat kalian jadi tontonan malu..."
Ketua Agung Klan Ning memperingatkan. Kedua bocah yang mau lanjut berdebat seketika itu juga langsung terdiam dan tertunduk. Tidak salah bila Ning Wie dan Ning Lia dapat teguran karena Paviliun Gianpi lagi ramai jadi bukan hanya anggota Klan Ning saja yang ada di tempat itu.
Setelah seluruh anggota klan Ning yang ikut berkumpul, mereka selanjutnya melanjutkan perjalanan ke arah barat menuju ke Pavilun Spirit. Hanya menempuh waktu tidak sampai dari setengah jam, mereka telah tiba di tujuan.
Dan ternyata pelataran Paviliun Spirit dalam kondisi sangat ramai. Sudah banyak orang yang berkumpul. Padahal ini masih lah pagi. Dan tentu saja mereka yang datang serta berkumpul itu adalah peserta bersama dengan keluarganya dari seluruh wilayah kerajaan. Tak ketinggalan juga dengan warga Ibukota yang ingin menonton dan menyaksikan lahirnya para generasi penerus kultivator Kerajaan Jing.
"Haha.... Tidak kusangka Aku bakal bertemu denganmu disini Patriak Ning Bing! Oh.. ketua Agung Ning kita ketemu lagi padahal baru kemarin kita sempat minum bersama, hehe..." ucap lelaki pendek dan gendut itu.
" Saudara Ling! Senang bisa bertemu dengan Anda!" kata Patriak Ning sambil menganggukkan kepalanya.
" Ohh.... Tuan Ling Wan. Hehe kebetulan sekali kita berdua ini bisa dipertemukan kembali dalam waktu yang sangat singkat." Ucap Ketua Agung Ning sambil menangkupkan tinju di dadanya sebagai salam penghormatan.
"Apa kabar Patriak Ning, Ketua Agung Ning! Kalian tambah makmur saja!" ucap Ketua agung Klan Chan juga mendekat bersamaan dengan Ling Wan.
" Ketua Aging Chan Yan! Kata Ketua Agung Ning dan Patriak Ning bersamaan.
"Patriak Ning Bing, Ketua Agung Ning Long Saudara Ling Wan, Saudara Chan Yan tidak ku duga, kita semua di pertemukan di tempat ini!" Sapa lelaki jubah kuning yang baru tiba langsung saja bergabung dan berdiri di samping kiri Ketua Agung Klan Chan.
"Patriak Fang Yu!" Ling Wan, Ning Bing, Ning Long dan Chan Yan berseru keras bersamaan. Ke empat lelaki itu langsung tertawa serentak.
HAHA HAHAHA HAHA
"Lama tidak berjumpa. Anda berempat makin kuat saja. Kalau seperti ini, aku tertinggal jauh dari kalian." Ucap Ling Wan setelah melihat kondisi mereka.
"Haha... Kau bisa saja. Ini semua karena aku tidak sengaja bertemu dengan keberuntungan."
"Ehh... itu tidak heran karena Patriak Bing dan Patriak Fang Yu memang sangat jenius dari dulu Apalagi ditambah dengan sumber daya, jadi tidak heran apa bila kultivasi mereka sangat tinggi."
" Kau ini merendahkan diri saja Ketua Agung Chan Yan. Padahal kultivasimu sama dengan kami. Hehe.. kau khan orang paling tinggi kultivasinya di Klan Chang-mu."
Mendapat sindiran dari temannya membuat membuat ketua Agung Khan Chan Yan hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Sebenarnya mereka berlima masih ingin berbincang- bincang lebih lama lagi akan tetapi pintu Paviliun Spirit telah terbuka. Dan saatnya bagi para peserta untuk masuk kedalam Paviliun.
" Sayang sekali waktunya tidak memihak. Nanti kita lanjut lagi ngobrolnya. Aku harus pergi dulu." Kata Patriak Ning pada teman-temannya. Dan Ia juga memberi isyarat kepada anggota Klan Ning-nya, yang anggota keluarganya mau tes segera ikut bersama dirinya masuk ke dalam Paviliun Spirit.
Patriak Ning Bing segera meraih tangan putri kecilnya. Diikuti ketua Agung Ning Long dengan ananya. Mereka menggiringnya berbaris menuju bilik pengambilan nomer. Dan nomor yang akan didapatkan para peserta itu adalah nomor acak bukan nomer berurutan.
Di dalam bilik pengambilan nomer, ada petugas yang mencatat data setiap anak. Data diperlukan untuk mengetahui dalam satu tahun berapa banyak jumlah kultivator yang terlahir.
"Wie'er majulah ambil nomermu! " Ucap Patriak Ning Bing pada anak tunggalnya.
Ning Wie menganggukkan kepalanya kemudian melangkahkan kaki kecilnya maju ke depan mimbar. Di atas mimbar, Ia melihat ada sebuah bejana emas. Sedikit agak ragu tangan kanannya pelahan-lahan terulur masuk ke dalam bejana.
Dan ternyata di dalamnya berisikan ratusan bola kecil warna merah. Kemudian tangannya mengaduk- aduk dan kemudian menggenggam salah satu buah bola warna merah itu. Dan bola- bola itu sebesar kelereng.
" Bawa segera ke sini bola yang sudah kau pilih itu. Sebentar lagi kau akan tahu berapa nomor yang kamu dapat." ucap petugas bilik pengambilan nomer.
Segera saja Ning Wie menyerahkan bola warna merah yang di dapatkannya itu kepada petugas. Begitu bola itu di serahkan, petugas langsung menyalurkan energi Qi pada bola.
WHUUUUS
Seketika itu juga bola kecil tiba - tiba bersinar, perlahan- lahan sinar yang keluar itu redup dan nampaklah angka membias 45 dari dalam bola merah.
"Kau dapat nomer 45, giliranmu nanti pada saat gelombang ke 2. Semoga beruntung!" ucap petugas cantik itu memberitahu sekaligus memberi semangat pada bocah cantik yang ada dihadapannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...