Naas, kemarin Ceren memaksa hatinya untuk menerima Gilang, si teman sekolah yang jelas-jelas tidak termasuk ke dalam kriteria teman idaman, karena ternyata ia adalah anak dari seorang yang berpengaruh membolak-balikan nasib ekonomi ayah Ceren.
Namun baru saja ia menerima dengan hati ikhlas, takdir seperti sedang mempermainkan hatinya dengan membuat Ceren harus naik ranjang dengan kakak iparnya yang memiliki status duda anak satu sekaligus kepala sekolah di tempatnya menimba ilmu, pak Hilman Prambodo.
"Welcome to the world mrs. Bodo..." lirihnya.
Follow Ig ~> Thatha Chilli
.
.
.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MDND ~ Bab 29
Hilman mendekap kedua tangannya di dada menyaksikan anak-anak bandel di lapang tengah berlari berkeliling dengan pak Wahyu sebagai gembalanya, sesekali senyumnya terurai ketika melihat gestur gelagat pak Wahyu yang kesal dan beradu mulut dengan Ceren.
Baru kali ini, hatinya tak sebeku kemarin. Perilaku Ceren sedikitnya mampu mengurai urat tegang di wajah Hilman.
Miss Yunita yang tak sengaja melintas saat akan mengajar menuju kelas ikut tertular senyuman tipis pak kepala sekolah satu ini.
Ia sampai berhenti sejenak demi melihat wajah berseri Hilman, "ada yang lucu ya pak?" tatapannya ikut jatuh ke arah lapangan dimana pemandangan disana ya...seperti biasa, normal-normal saja. Apakah hari ini unicorn turun dari langit hingga membuat para penghuni bumi ini termasuk Hilman diliputi rasa bahagia?
Wajahnya kembali ke stelan awal dan menggeleng, "ah, tidak. Mari bu," pamitnya dari sana, Hilman merasa jika---dengan terus memandangi Ceren dirinya akan dikira aneh dan gila--- makanya ia memilih menyudahi aksinya saat itu juga.
Fira menyeka keringatnya dan langsung menjatuhkan diri di pinggir lapangan, "hah! Gila, capek! Ini nih malesnya nyatu sama anak-anak....huhh.. Huh...huh..." nafasnya tersengal lelah.
"Suka kena getahnya!" keluhnya. Bukan hanya Fira, yang lain akhirnya ikut menyusul membaringkan diri di atas lapangan, tak peduli jika itu kotor.
Bwahahahaha!
Bukannya mengeluh dan meratapi kesalahan, mereka justru tertawa, menertawakan kelakuan nakal mereka, "njiiirr lah sue, lo liat ngga muka si Aji tadi pas kena gep?" tawa Faiz.
"Hahaha! Any innkkk, gue kaget...mana rokoknya gue lempar ngga tau kemana, 2 ribu gue lenyap, co!"
"Hahahahaha!" Ceren ikut tertawa, mereka begitu lepas menertawakan satu sama lain. Seolah kejadian ini adalah potret kenangan manis yang nantinya akan menjadi kesan romantis mereka selama masa SMA. Tentunya akan menjadi kenangan tak terlupakan dan membuat rindu.
"Tumben-tumbenan bro, pak Bodo ngikut razia, biasanya paling-paling berdiri kaya patung batu jaman megalitikum di pojokan..."
Bwahahahaha!
Mereka kembali tertawa termasuk Ceren, sampai-sampai gadis itu memegang perutnya sakit saking puasnya tertawa.
"Udah ah!" Fira beranjak berdiri dan menepuk-nepuk rok bagian pan tatnya, "yu masuk kelas!" ajaknya, karena memang sejak tadi pak Wahyu sudah tak disana.
"Belum selesai kalii, masih mesti hormat bendera kan?"
"Yeee...itu mah elo, yang pada ngudud...gue sama Ceren sama Kanza kan engga..jadi bye!" ucap Fira.
"Yaa, Ra...ngga setia ka win nih!" balas Aji.
"Asek!" sahut Hanan.
"Ck. Ayo ah! Ren!" ajaknya tak peduli sorak dan selorohan kawan-kawan lain, Ceren mengangguk lalu menatap ke arah selasar penghubung ruang kepala sekolah dan ruang guru untuk sekilas lalu berdecih, cih!
"Yuk!" gidik Ceren menggandeng Fira.
"Ren! Ngga akan nemenin nih? Wah kadar kesetiaan lo kayanya pudar, Ren!" seloroh Hanan.
"Setia kawan sama lo bikin gue nyesek!" jawabnya melengos.
.
.
"Ren!" panggil Wita, siswi teladan yang kabarnya tahun ini mewakili nama sekolah di olimpiade tingkat nasional bidang matematika.
Jarang-jarang kan, anak pinter manggilin anak yang jauh dari circlenya.
"Gue?" Ceren dan Fira berbalik. Gadis berkacamata itu mengangguk lalu menyerahkan dua botol air mineral yang masih tersegel untuk Ceren dan Fira.
"Eh, apa nih?" tanya Fira.
"Dapet amanah dari bapak kepala, barusan. Katanya nyuruh bagiin minum sama anak-anak yang dihukum pak Wahyu. Sisa minum anak-anak yang rapat OSN tadi..."
Fira terkekeh setengah tak percaya, "thum...ben..." langsung saja gadis itu menerimanya, "udah. Ambil Ren, mumpung si bapak lagi kesambet jin islam..." Fira menyambar air minum untuk Ceren yang tak jua di raih Ceren dari tangan Wita.
"Thanks Ta."
"Sama-sama." Gadis itu melengos sementara Ceren mendengus sumbang, "kapan lagi, ye khan?" kekeh Fira menyeret Ceren kembali yang kini meneguk air minumnya.
Kedua gadis ini berjalan santai, padahal pelajaran di kelas sudah berlangsung, bahkan keduanya anteng mengobrol seraya sesekali cekikikan.
"Sebenernya ya Ren, kalo dikasih ramah aja....beuh! Kepala sekolah kita tuh...udah paling best! Ya ganteng, ya berkharisma, ya berwibawa, suaranya itu loh..."
Ceren memutar bola matanya jengah.
"Kalo nih ya, seandainya ditanya....calon suami idaman seperti apa, aku jamin 99 persen wanita disini, pasti milih yang kaya pak Hilman."
"So tau." Jawab Ceren, "aku engga."
Fira berdesis, "kamu wanita ngga normal kalo ngga mengakui kegantengan pak Hilman."
"Sembarangan." sahutnya tak terima, mendadak hawa panas menjalari wajah Ceren, entah kenapa saat Fira menjabarkan kelebihan dan sosok Hilman, yang terbayang oleh Ceren adalah wajah dinginnya saat tadi pagi, saat keduanya tak berjarak, hufftt...panas! Bisakah kita pindah topik?!
Fira tertawa renyah.
"Kalo 99 persen, mana mungkin dia jadi duda, Ra..." ujar Ceren membolak-balikan botol yang sudah berkurang airnya, sehingga riak airnya membuat buih-buih di dalam sana dan kembali bening saat ia mulai tenang.
"Eh iya. Lo tau ngga gosipnya anak-anak, yang bilang katanya mantan istri pak Hilman tuh pramugari...kebayang ngga tuh cantik dan badan semampainya?"
Mulai again, Fira membuka forum ghibahnya pagi-pagi. Andai Fira tau jika orang yang sedang ia bongkar kehidupannya itu adalah suaminya...mungkin Fira akan mati berdiri.
Ceren hanya menggaruk pipinya mendadak gatal, "ngga tau." Padahal jangankan profesinya, wajahnya saja Ceren sudah tau, karena tadi pagi putra sambungnya sendirilah yang menunjukannya.
"Ck. Katanya pak Hilman bisa cerai tuh karena mantan istrinya lebih milih----"
Dorrr!
"Ayam!" teriak Fira latah. Entah darimana rimbanya, tiba-tiba Aji datang macam setan, mengejutkan keduanya, terutama Fira.
"Si alan banget!" rutuk Fira memukul Aji.
Ceren tak bisa untuk tak tertawa mendengarnya, bukan karena Aji yang mengejutkan Fira ataupun karena Fira yang latah, melainkan karena Hilman yang tak lebih baik dari ayam.
"Pagi-pagi udah ngomongin orang. Pengen, bibir lo berdua jon tor?"
"Amit...amit...." sergah Fira, "lo ngapain juga ih! Bukannya di hukum hormat bendera?" sewot Fira berwajah keruh.
Aji hanya terkekeh, "gue kan belum ngerokok, jadi aman..." jawabnya.
"Mendingan kita ngantin yuk, mau masuk juga percuma....udah mau masuk jam istirahat!" tanpa di duga Aji merangkul leher kedua gadis itu dan menjepit keduanya di dalam rangkulan sehingga keduanya mengaduh.
"Adududuhhhh ih! Bau ketek lo!" berontak Fira membuat gaduh selasar ruangan kelas yang tengah belajar, tanpa sengaja ketiganya melintasi kelas MIPA 2 yang nyatanya dari sana keluarlah Hilman karena guru kelas itu berhalangan hadir.
Tatapan dan langkah yang beradu membuat mereka menghentikan sejenak langkahnya dalam posisi tak mengenakan.
"Pak," angguk Aji.
Netra kelam itu berpaling dari Aji yang nyengir sampai Fira yang mengangguk tak enak, bahkan Aji sudah melepas rangkulannya dari kedua gadis itu dan melengos sambil membungkuk disusul Fira.
"Ngga pantas..." lirihnya berucap saat Ceren melintas menyusul Fira dan Aji, ucapan itu sukses membuat Ceren terhenti dan membalikan badannya, padahal orangnya saja sudah melanjutkan langkahnya berlawanan arah.
"Lo berdua duluan deh..." ujar Ceren.
"Loh, kamu mau kemana?" tanya Fira.
"Ke toilet!" ia segera berjalan cepat menyusul Hilman yang masih terlihat punggungnya, meski semakin menjauh.
"Ren!"
"Sebentar, Ra!" jawabnya bergegas.
"Pak!"
"Pak Hilman!" panggil Ceren berkali-kali namun pria itu hanya menoleh tanpa menghentikan langkahnya.
.
.
.
.
.
happy ending buat pasangan mas bodo dan cerenia, happy selalu bersama keluarga...makasih mbk sin, udah bikin novel yg greget kayak maa bodo
next, going to the next novel, gio adik bontotnya mas tama ya
kopi sudah otewe ya..