Kisah seorang wanita yang mencari kebahagiaan setelah perceraian.
Kara Gantari seorang gadis yang menikah dengan Adi Saputro karena permintaan sang kakek disertai ancaman tidak akan mendapatkan warisan. Setahun kemudian Kara diceraikan oleh Adi karena sudah mendapatkan warisannya.
Pertemuannya dengan seorang CEO yang gesrek, pecinta dangdut, melokal luar dalam, membuat Kara pusing tujuh keliling tapi Rayden adalah pria yang sangat memuja Kara. Kehidupan keduanya pun diuji dengan tragedi.
Apakah Kara dan Rayden akan menemukan kebahagiaannya?
Cerita ini murni halu milik author
Follow Ig ku di hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lamaran Absurd
Kara dan Rayden masuk ke ruang VIP lalu keduanya segera memesan makanan, setelahnya pelayan itu meninggalkan mereka. Kali ini Kara memilih untuk duduk di depan Rayden, bukan di sebelahnya.
"Kamu kok. tidak mau duduk di sebelahku?" tanya Rayden dengan wajah manyun.
"Suka-suka aku lah" jawab Kara cuek.
"Iisshhhh kamu gemesin deh Kara Santanku" goda Rayden.
"Stop panggil aku 'Kara Santan', aku tidak suka!"
"Itu panggilan kesayangan dariku untukmu, Kara" ucap Rayden dengan tatapan mesra.
"Terserah deh! Toh aku bilang tidak suka, kamu juga bomat" keluh Kara.
"Nah tuh paham!" gelak Rayden.
Keduanya pun terdiam ketika pelayan membawakan makanan pesanan mereka. Setelah semuanya diletakkan diatas meja dan pelayan itu undur diri, keduanya mulai makan siang.
"Yakin kamu tidak mau duduk di sebelahku?" tawar Rayden.
"Memang kenapa sih aku harus duduk di sebelahmu?"
"Kan aku tidak mungkin minta kamu duduk di pangkuanku kecuali kalau kita sudah menikah" jawab Rayden absurd.
Kara mendelik. "Kamu kenapa sih? Suka sekali menggodaku?"
"Soalnya kamu enak digodain. Kalau lihat kamu marah-marah tuh rasanya membuat aku semakin gemas."
Kara hanya melengos dan mengacuhkan Rayden. Semakin ditanggapi semakin ngelunjak nih bule!
"Kara... Kita nikah yuk!"
Kara langsung tersedak air minumnya hingga terbatuk-batuk dan Rayden berdiri lalu menepuk punggung gadis itu.
"Kamu tuh!" desis Kara dengan suara serak.
"Kenapa? Aku single kamu jendes, So?"
Kara memutar matanya malas. "Kamu kira nikah itu kayak ngajak pergi ke Dufan atau makan seblak?"
"Kara Gantari, aku serius mengajak nikah dirimu. Kan masa iddah kamu selesai bulan ini?"
"Ngawur! Masih dua bulan lagi, kan aku baru cerai dua bulan lalu."
"Dua bulan sepuluh hari tepatnya. Masih ada waktu dua bulan buat mempersiapkan pernikahan. Cukuplah buat meyakinkan papaku. Oh aku belum cerita, papaku adalah orang paling galak sedunia setelah itu kakakku tapi kamu tenang saja, ada aku yang selalu di sisimu. Kalau papa masih ngeyel tidak mau terima kamu, nanti aku carikan istri buat papa!"
Kara melongo. "Ya ampun, Ray. Itu papa kamu!"
"Makanya papa harus mau menerima kamu apa adanya meskipun kamu sudah pernah sama orang lain."
Kara terdiam. Tidak mungkin kan aku bilang masih segelan? Bisa tanggap orkes dangdut seminggu penuh nih bule!
"Aku tuh sudah tertarik sama kamu semenjak pertama kali kita bertemu dan makin kemari aku makin suka sama kamu. Si mantan tuh memang picek! Tidak tahu mana berlian mana bronggolan sawah" omel Rayden.
Kara tertawa. "Bronggolan sawah? Seriously?"
"Mau ya Kara? Aku akan bersedia menunggu sampai dua bulan dan selama itu aku akan mengajak kamu ke Tokyo untuk bertemu dengan keluarga ku."
"Ray, tapi aku tidak mencin..."
"Belum, Kara. Belum. Lagipula kamu kan sudah bilang ke mantan kalau mau menikah denganku. So, aku anggap itu janjimu padaku." Rayden menyeringai licik.
Kara menepuk jidatnya.
"I love you Kara Gantari." Rayden mencium pelipis Kara dengan lembut dan Kara tidak menolaknya.
***
Kara akhirnya menyerah menerima pernyataan cinta Rayden yang menurutnya out of the box. Setidaknya pria itu jujur dan terbuka, tidak ada yang ditutup-tutupi soal perasaannya ke dirinya.
Usai makan siang yang selalu diiringi dengan kekonyolan Rayden, keduanya pun keluar ruang VIP setelah pria itu membayar makan siang mereka.
Kara juga tidak menolak ketika Rayden menggandeng tangannya bahkan gadis itu merasakan bagaimana jempol pria itu mengusap tangannya lembut. Benar dia sudah pernah menikah tapi Adi hanya menggenggam tangannya hanya saat ada pesta dan undangan lainnya, itu pun hanya di depan publik.
Semenjak tahu Adi memproklamirkan dia sudah mendapatkan kebutuhan biologisnya, Kara merasa jijik dengan Adi. Mungkin karena dari awal Adi tidak pernah berusaha untuk mendekati dan mengambil hati Kara, gadis itu pun bersikap acuh dengan suaminya.
Suami macam apa yang belum apa-apa sudah menyakiti dirinya tanpa malu. Meskipun Kara berusaha menjadi istri yang baik tapi Adi tetap saja menganggap dia tidak ada. Sekarang, tahu dia jalan dengan pria lain, tiba-tiba dia menjadi tampak. Apa sebelumnya aku itu halimun ya?
"Kamu kenapa?" tanya Rayden yang melihat Kara sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Tidak apa-apa" jawab Kara namun Rayden tahu gadis itu sedang galau.
"Ohya, lusa kan hari Minggu dan kamu pasti libur kan? Aku ke rumah ya buat menagih nasi goreng babat buatanmu. Awas kalau tidak buatin aku!" ucap Rayden sambil membukakan pintu mobil dan membantu Kara naik.
"Ya ampun" keluh Kara terdengar ketika Rayden menutup pintu mobilnya.
"Kenapa?" tanya pria itu setelah duduk di sebelah Kara.
"Masih diingat juga?"
"Kamu yang promo, aku jadi tertarik lah!" kekeh Rayden. "Siapa tahu sejak itu aku jadi doyan jerohan."
Kara hanya melengos dan membuang pandangannya keluar jendela mobil Rayden. Matanya melihat sebuah mobil Mercedes yang sangat dikenalnya dan dia melihat Adi hendak masuk ke dalam mobilnya dengan menatap tajam ke arahnya. *Untung kaca film mobil Rayden gelap.
Rupanya dia juga makan disini. Bodo lah*! Kara pun mengalihkan pandangannya ke depan.
***
Bik Ijah terbengong ketika mendengar Kara minta dibelikan babat dan usus sapi.
"Buat apa non? Tumben minta jerohan?" tanya bik Ijah.
"Bule sinting itu mau ke rumah besok Minggu, minta dimasakkan nasi goreng babat" jawab Kara sebal.
Bik Ijah tertawa geli melihat nonanya kesal.
"Bule minta nasi goreng babat? Memang di Jakarta tidak ada yang jual?" kekeh bik Ijah.
"Dia maunya kita yang masak, bik" keluh Kara.
"Tidak apa-apa non, idep-idep latihan besok kalau jadi istri tuan Rayden."
Kara mendelik. "Bik Ijah mendukung aku dengan Rayden?"
"1000% malahan. Tuan Rayden tuh benar-benar suka dan sayang sama non Kara lho. Kalau dia melamar nona, terima saja. Tunjukkan pada mantan bahwa non Kara bisa dapat yang lebih dari dia!" kompor bik Ijah.
Kara terdiam. Mungkin memang harus begitu biar mas Adi tidak mengganggu ku. Sekarang aku memang belum mencintai Rayden tapi seiring berjalannya waktu, insyaallah aku bisa jatuh cinta dengan pria sinting itu.
***
Rayden masuk ke dalam rumah dengan hati bahagia apalagi tadi Kara tidak menolak dicium kening dan digenggam tangannya.
Wajah bahagia Rayden menghilang ketika melihat siapa yang duduk di ruang tengah rumahnya.
"Benar kamu pacaran sama janda?" suara bariton itu menggelegar di ruang tengah yang luas.
Rayden hanya tersenyum kecut. "Assalamualaikum Papa."
***
Yuhuuu Up Sore Yaaakkk
Maaf harusnya sudah up tadi siang tapi aku malah pergi sama suami jadi lupa posting.
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️