Rian adalah siswa sekolah menengah atas yang terkenal dengan sebutan "Siswa Kere" karna ia memang siswa miskin no 1 di SMA nya.
Suatu hari, ia menerima Sistem yang membantu meraih puncak kesuksesan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 ~ Persiapan
"Tunggu dulu.." Ucap liana melihat pakaian rian.
"Sebelum itu, kita belanja dulu yuk. Aku mau kamu ganti pakaian jas. Jangan cuma pakai kemeja, Ayahku lebih suka orang yang tampil formal." Lanjutnya.
Rian mengerang pelan.
"Hadeh… iya, iya. Ini beneran kayak audisi calon mantu aja sepertinya."
Liana tertawa kecil. "Hehe, Bisa dibilang begitu sih. Jadi jangan main-main nanti gagal rencana kita!"
Tanpa menunggu jawaban rian, Liana menarik tangan Rian dan membawanya menuju toko pakaian terdekat.
Terlihat Nama Toko Suna Collection berlampu berwarna emas, sudah terlihat ini adalah toko baju kelas atas.
Rian terkejut di dalam hatinya karena ia tak mengira liana akan membawanya ke tempat toko baju kelas atas.
Namun alih - alih menolak, ia mengikuti Liana dengan tarikan tangan olehnya.
Rian tidak menolak karena tugasnya harus diselesaikan agar mendapatkan uang Rp.50.000.000 dari Liana.
Mereka telah memasuki toko Suna collection dan dia berdua telah berada di deretan pakaian pria.
"Rian, silahkan pilih - pilih jas yang mana menurutmu bagus?" Ucap Liana berjalan menuju jas pria.
Sebelum liana menjawab ia menambahkan "celana panjangnya juga pilih yang berada di sebelah sana." Liana menunjukkan arah penjualan celana panjang.
Rian menghela napas, menatap deretan jas yang tergantung rapi di dalam toko. Semua tampak mahal dan berkelas, jauh dari pakaian yang biasa ia pakai.
“Seriusan nih? Aku bebas milih ini liana?” tanya Rian, sedikit ragu.
Liana mengangguk dengan senyum manis. “Iya dong, pilih yang menurutmu paling cocok. Aku juga bakal bantu kasih saran buatmu.”
Rian akhirnya mulai melihat-lihat, tangannya menyentuh kain jas yang terasa lembut dan berkualitas tinggi. Ia mengambil salah satu jas berwarna hitam dengan potongan ramping, lalu menoleh ke Liana.
“Gimana kalau yang ini?” tanyanya.
Liana memperhatikan sebentar, lalu menggeleng. “Hmm... kelihatan bagus, tapi aku rasa warna biru dongker bakal lebih cocok buatmu. Coba deh yang ini.” Ucap Liana.
Liana mengambil jas biru dongker tersebut dan menyodorkannya ke Rian untuk berganti.
Tanpa ragu, Rian pun menerimanya dan menuju ruang ganti karena memang ia sedari tadi bingung varian jas mana yang terlihat bagus.
Saat ia keluar dengan jas tersebut, Liana menatapnya sejenak sebelum tersenyum lebar. “Wah, keren banget! Ayahku pasti bakal terkesan.”
Rian melihat dirinya di cermin, merasa agak canggung tetapi tak bisa menyangkal bahwa jas itu memang terlihat pas di tubuhnya.
“Yaa.., kalau ini yang terbaik, aku ambil yang ini,” kata Rian akhirnya.
Liana tersenyum puas. “Bagus! Sekarang kamu ganti celana yang bagus." Liana berlari kecil menghampiri tempat celana panjang kantor yang dijual.
Liana saat ini terasa seperti istri yang menyiapkan barang - barang untuk sang suaminya.
"Kenapa dia bersemangat begitu?" Pikir Rian heran.
Sebelum ia bisa sempat berfikir panjang, Liana telah datang menghampiri dengan celana panjang warna biru dongker yang sama dengan jas yang sedang dipakainya.
"Nih, celana panjangnya, ganti gih" Ucap Liana untuk Rian segera mengganti celana panjangnya yang sebelumnya berwarna putih.
Rian mengangguk dan mengambil celana tersebut pergi ke ruang ganti pakaian.
Saat ini, rian telah berganti celananya dan terlihat keren di mata liana.
"Tampan" Ucap suara kecil liana refleks.
Liana langsung menghampiri rian yang tengah menatapnya.
"Ayo rian kita ke kasir, nanti kemaleman nyampenya." Ucap Liana.
Rian mengangguk dan berjalan ingin kembali ke dalam ruang ganti, namun ditahan.
"Kenapa kamu kesana, kasir di sebelah kiri" Liana menegur.
"Eh..ini aku mau ganti, emang boleh bayarnya pakaiannya sedang di pakai?" Tanya Rian bingung.
Liana merasa ingin tertawa di dalam hatinya namun ia tahan karena pacar pura - pura nya ini ternyata orang yang polos.
"Boleh, ayo bareng aja" Ucap Liana santai.
Rian baru mengetahui itu dan mengangguk saja mengikuti liana.
Mereka telah didepan kasir untuk membayar "Rp.2.500.000 mas dan mbak."
Rian ingin membayar melalui qr namun di tahan liana.
"Biar aku aja yang bayar" Ucap Liana santai.
"Gapapa liana biar aku aja kan ini baju aku" Rian menolak.
Namun rian kalah cepat dan liana pun menyodorkan kartu debitnya kepada kasir membayar tagihan rian.
Kartu aksesnya telah telah di bukakan oleh ayahnya karena liana telah membuktikan bahwa sudah ada pacar dan ia akan membatalkan perjodohan dengan anak temannya.
Tring...
Pembayaran Berhasil bunyi mesin edc itu.
Liana mengambil kembali kartu debitnya. “Rian, ayo pergi.” Ucap Liana berjalan pelan keluar toko Suna Collection di ikuti oleh rian di belakangnya.
Setelah keluar dari toko, Liana dan Rian berjalan menuju parkiran. Langit mulai menampakkan teriknya, menandakan tengah hari.
Rian membawa kantong belanjaan berisi jas yang baru dibeli, sementara Liana berjalan di sampingnya, sesekali melirik tanpa sadar, merasa ada perasaan aneh.
Saat mereka tiba di samping mobil, Liana mengabaikan pikiran itu dan membuka pintu pengemudi dan masuk lebih dulu. Rian, yang masih berdiri di luar, menatap mobil tersebut sejenak yang mewah itu "mungkin berharga lebih dari Rp. 700.000.000" pikir kagum rian sebelum akhirnya masuk ke kursi bersebelahan dengan liana.
Rian tahu etika menumpang mobil orang, ia telah diajarkan oleh tetangganya di desa sebelum ke kota adana.
Ia sering menumpang naik mobilnya menuju kota membeli perlengkapan sekolah.
Tetangganya mengatakan "Dek, duduk di kursi depan jangan kau di belakang, aku merasa jadi sopir kalau kau duduk di belakang."
Dan juga ia memberi penjelasannya saat mereka menuju kota.
"Dek, maaf tadi sedikit keras"
"Iya pak gapapa saya santai aja kok"
"Oh iya dek bapak tadi nyuruh kamu duduk di depan karna bapak mau mengajarkan bahwa kamu itu harus memperlakukan semua manusia itu sama, sekalipun profesinya jauh dari kita."
"Dengan duduk di depan adalah bentuk kamu menghargai mereka dan menganggap mereka “setara”. Bukan hanya sopir tapi sebagai teman." Lanjutnya.
"Terima Kasih ya pak, saya jadi tahu karna bapak bilang begitu." Ucap Rian berterima kasih.
Begitu mesin dinyalakan, Liana menarik napas dalam. “Yakin udah siap nih?” tanyanya sambil menoleh ke Rian.
Rian menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi, menutup mata sejenak sebelum membuka satu mata dan menatap Liana santai. “Mau nggak mau harus siap, kan hehe?” Ucap Rian diakhiri dengan tawa kecil.
Liana terkekeh. “Haha, Benar juga.”
Liana mengendarai mobil itu sudah 1 jam dan merasa perutnya kosong.
"Rian, ayo kita makan dulu di restoran puncak alam, udah laper nih" Ucap Liana.
"Ayo" Rian mengangguk dan menerima ajakan Liana untuk makan memamg ia juga merasa lapar sedari tadi namun ia tahan karena perasaan tak enak mengganggu.
Liana memarkirkan mobilnya dan telah sampai di parkiran restoran puncak alam.
Liana baru mau keluar dari mobilnya namun ia melihat seseorang yang familiar.
"Siapa.. Eits.. Aduh lupa" Liana mengingat - ngingat namanya.
"Ah.. Baru teringat itu Alam yang sebelumnya di jodohkan oleh ayahku." Ucap Liana sendiri.
Rian mendengar hal itu dan mengangguk saja karna memang ia tak mengetahui dan tak mengenalnya.
"Uh.. Untung saja aku bukan dengan dia, dia ternyata pembohong katanya dia jomblo apaan bersama 3 cewe di sebelahnya, udah keliatan banget ga jujurnya."
"Uh.. Untuk saja aku tak menyukainya" Liana mengakhiri ucapannya dan merasa lega karena tidak tertipu dengan laki - laki brengsek.
"Benar, kalau sesuai dengan ucapanmu begitu maka ia adalah seorang laki - laki yang tak baik" Rian mengomentari laki - laki calon perjodohan pacar pura - puranya itu.
Liana mengangguk membenarkan.
"Rian kita beli makanan cepat saji ajalah, aku muak liat dia saat makan" Ucap Liana.
"Okee, aku pun merasa begitu jika di posisimu" Jawab Rian.
Liana mengangguk dan segera menghidupkan mesin mobil mewahnya.
mohon maaf lahir dan batin