Arunika Nrityabhumi adalah gadis cantik berusia dua puluh tujuh tahun. Ia berprofesi sebagai dokter di salah satu rumah sakit besar yang ada di kotanya.
Gadis cantik itu sedang di paksa menikah oleh papanya melalu perjodohan yang di buat oleh sang papa. Akhirnya, ia pun memilih untuk melakukan tugas pengabdian di sebuah desa terpencil untuk menghindari perjodohan itu.
Abimanyu Rakasiwi adalah seorang pria tampan berusia dua puluh delapan tahun yang digadang - gadang menjadi penerus kepala desa yang masih menganut sistem trah atau keturunan. Ia sendiri adalah pria yang cerdas, santun dan ramah. Abi, sempat bekerja di kota sebelum diminta pulang oleh keluarganya guna meneruskan jabatan bapaknya sebagai Kepala Desa.
Bagaimana interaksi antara Abi dan Runi?
Akankah keduanya menjalin hubungan spesial?
Bisakah Runi menghindari perjodohan dan mampukah Abi mengemban tugas turun temurun yang di wariskan padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Tak cemburu
"Itu, Fans nya Abi dari jaman sebelum negara api menyerang. Mereka sering nyariin Abi, mau PDKT, padahal Abi udh nolak mereka berkali - kali." Jelas Iqbal.
"Mereka? Banyak dong ceweknya?" Tanya Runi.
"Dih, Iqbal. Si begooo!" Danu tergelak, sementara Abi hanya bisa tersenyum sambil memijat pelipisnya.
"Ya kamu lihat sendiri Abi. Spek dewa gini, Mustahil kan kalo gak banyak cewek naksir!." Kata Iqbal.
"Mantannya Mas, banyak juga, dong?" Selidik Runi.
"Enggak, dek!" Sergah Abi ketar ketir.
"Enggak tau, yang diem - diem pacarannya." Celetuk Danu!
"Mana dari dulu banyak banget, Run, cewek yang deketin Abi. Apa lagi jaman kuliah, beeeuugghhh..... si pak presma ini banyak banget fans nya. Siapa aja perempuan yang jadi pacarnya, pasti di teror sama cewek satu kampus." Iqbal turut mengompori.
"Lo inget gak sama si Maiza? Sampe sakit - sakitan doi gegara putus sama Abi." Kata Danu.
"Ck! Ya inget lah. Padahal dia yang cari masalah, sok kelarisan mau ngeduain Abi tapi dia juga yang merasa paling tersakiti." jawab Iqbal.
"Ada Lula yang manjat kosan Abi, cuma karna minta balikan. Terus Marsha yang ngancam bundir kalo sampe Abi mutusin dia." Imbuh Iqbal.
"Shena sih yang menurut gue paling gila! Sampe bilang lagi hamil anak Abi, biar di nikahin sama Abi. Faktanyaaa eng ing eng...... cowok yang nananinu sama dia buka suara dong, bahkan sampe nyebarin vidio mereka nananinu." Sambut Danu.
"Wiih iya! Diem - diem, bahaya emang tuh cewek. Padahal spek yali - yali gitu." Sahut Iqbal.
"Anjaayyy spek yali - yali gak tuh!" Kata Danu sambil tertawa, tentu saja Runi dan Abi pun ikut tertawa.
"Masih banyak sih, mantan Abi. Tapi yang memorable ya beberapa itu." Danu semakin memanas - manasi.
"Lo berdua mau bunuh gue?" Protes Abi yang merasa di kuliti, sementara Danu dan Iqbal tertawa puas melihat ekspresi Abi.
"Gak usah panik gitu, Mas. Aku gak peduli kok sama mantan Mas, selama mereka gak ganggu Mas lagi. Lagi pula mereka cuma masa lalu, aku yang bakal jadi masa depan Mas. Gimana pun, tetep aku yang jadi pemenangnya, kan?" Kata Runi santai.
"Uluh uluh sayangku, cintaku, kasihku. Pastinya cuma kamu yang jadi pemenang." Kata Abi bahagia karena Runi tak terpancing dengan omongan sahabatnya.
Ia menyusul Runi duduk di sofa, lalu memeluk gadisnya.
"Maturnuwun, sayang. (Terima kasih, sayang.) Percaya sama Mas, mas gak pernah macem - macem sama cewek." Kata Abi.
"Iya, Mas. Aku percaya sama Mas." Jawab Runi.
"Sini sayangnya Mas." Abi meraih sesuatu di tasnya.
"Jadilah istri Mas, tolong tetap di samping Mas, temani perjuangan Mas, temani hari - hari Mas, jangan pernah tinggalin Mas. Mas gak bisa janjikan banyak hal untukmu, dek. Yang pasti, Mas akan berjuang agar kamu selalu bahagia karena sudah memilih Mas." Kata Abi sembari menyematkan sebuah cincin di jari manis Runi.
"Ceileeehhh, gue jadi saksi lamarannya Abi." Girang Iqbal yang segera on vidio saat Abi mengambil hadiah dari tasnya yang ternyata adalah sebuah kotak beludru berwarna merah.
"Eh, belum di jawab sama Runi! Main pake - pakein aja tu cincin." Kata Danu
"Mas abi gak tanya sama aku mau atau enggaknya. Dia langsung maksa karna bilang 'jadilah istri Mas' gitu." Jawab Runi.
"Terus, kamu mau di paksa Abi?" Tanya Danu.
"Ya mau lah, Kak.! Mas Abi aja rela berjuang buat aku tanpa di paksa!" Tegas Runi.
"Run, kamu gak cemburu?" Tanya Iqbal masih penasaran dengan sikap santai Runi.
"Apa yang harus ku cemburuin, kak. Kalau yang aku dapat, lebih dari mereka?" Jawab Runi santai.
"Lagian ya, setiap orang kan punya masa lalu. Nikah aja sama bayi kalo cari yang gak punya masa lalu." imbuh Runi.
"Denger lo, Bal, Nu? Seribu satu nih, calon istri spek ibu peri! Dan yang kayak gini, gak bakal gue lepasin, seberat apapun ujiannya." Kata Abi yang terlihat bangga menggenggam tangan Arunika.
"Bocah prik! Mingin - minginin aja, lo!" Kesal Danu.
"Cari di mana sih lo, Bi?. Bisa - bisanya nemu cewek modelan gini. Mujur banget idup lo." Timpal Iqbal.
"Dahlah. Ayo dek, kita ke RS. Nanti kamu di cuci otaknya sama mereka berdua kalo kelamaan di sini." Ajak Abi.
"Kak Danu, Kak Iqbal, lusa kalau sempat, datang ke acara resepsi abang ya. Nanti biar Mas Abi share lokasinya." Runi mengundang dua sahabat Abi.
"Ok! Thanks ya undangan langsungnya. Nanti kita sempetin dateng." jawab Danu.
"Kalian berdua, sekalian aja ijab qobul di sana!" Goda Iqbal.
"Doain aja secepetnya. Kalo emang papanya Runi ngizinin, gue sih gak keberatan buat nikahin dia lusa." Jawab Abi.
"Gue sama Runi cabut dulu ya! Nanti malem gue kabarin lagi." Kata Abi.
"Yoi, hati - hati, bro!"
...****************...
"Kak Abi! Tunggu!" Seorang wanita menghadang mobil yang di tumpangi Abi dan Runi di halaman perusahaan.
"Ini salah satu cegilnya Mas?" Tanya Runi.
"Iya. Namanya Sherli." Jawab Abi.
"Kak Abi! Tolong keluar, aku mau bicara sebentar. Aku kangen banget sama Kak Abi." Ujar Sherli sambil mengetuk - ngetuk kaca mobil Abi. Padahal kaca mobil itu sudah di lapisi dengan kaca film gelap yang sama sekali tak tampak dari luar.
"Mas tunggu sini. Jangan buka kaca, apa lagi sampe keluar mobil." Runi mulai gemas dengan wanita yang menghadang mobil mereka itu.
"Kamu mau ngapain, dek? Jangan macem - macem!. Mas gak mau kamu kenapa - kenapa." Kata Abi yang menahan badan Runi.
"Ck! Mas diem aja. Cegil itu harus di lawan sama kegilaan juga!" Kata Runi yang terlihat tetap tenang walaupun ia sebenarnya sangat kesal melihat Sherli.
"Dek, kita lanjut jalan aja, ya. Gak usah di ladenin." Kata Abi.
"Mas mau terus - terusan di gangguin kayak gini? Atau Mas emang seneng di gangguin cegil gitu?" Tanya Runi. Ia menatap tajam netra pria di sampingnya.
"Astaghfirullah. Mboten to, sayang. Mas njih mboten nyaman. (Enggak to, sayang. Mas ya gak nyaman.)" Jawab Abi.
"Yaudah! janji demi aku, Mas, jangan buka jendela, apa lagi sampe keluar. Pria bermartabat seperti Mas, akan selalu memegang janjinya." Kata Runi sembari meletakkan tangan Abi di atas kepalanya sebelum ia keluar menemui Sherli.
"Dek! Arunika...!" Abi hampir frustasi karena gagal melarang Arunika turun. Apa lagi kata - kata Runi barusan, membuatnya tak bisa berkutik sama sekali.
Abi menyugar kasar rambutnya, ia tak mungkin turun dari mobil jika tak ingin menambah masalah. Tapi sialnya, dia tidak bisa untuk tak khawatir melihat Runi yang menghadapi Sherli.
Abi segera menelfon Danu dan meminta dua sahabatnya segera turun untuk menjaga Runi dari wanita tempramental yang kini berada di hadapan Runi.
"Mbak, cari siapa ya?" Runi memulai percakapan dengan Sherli.
"Lo siapa? Kok turun dari mobil kak Abi?" Wanita itu langsung mendekat ke arah Runi.
"Mbaknya siapa? Kenapa menghalangi mobil kami? Ada urusan sama saya? Atau sama calon suami saya?" Tanya Runi dengan tenang.
"Apa? Calon suami? Siapa calon suami Lo?" Tanya Sherli yang semakin emosi.
"Menurut mbaknya? Memang ini mobil siapa?" Kata Runi.
"Haah! Bohong banget. Mana mungkin calon suami lo kak Abi! Halu lo jablay!" Bentak Sherli.
"Kalo bukan? Berarti ini bukan mobil Mas Abi, kan? Kenapa mbaknya berhentiin mobil kami?" Tanya Runi yang membuat Sherli terdiam.
"Tolong minggir ya, mbak. Kami mau lewat. Oh iya, tolong jangan ganggu Mas Abi lagi. Dia sudah punya calon istri." Kata Runi yang hendak kembali masuk ke dalam mobil.
"Eeeh tunggu! Apa kata lo? Jangan ganggu kak Abi? Siapa lo ngelarang gue buat ketemu dia? Gila lo ya! Kebanyakan menghayal jadi istri kak Abi." Kata Sherli sembari mencekal tangan Runi.
"Lepasin!" Runi menghempaskan tangan Sherli.
"Mbaknya punya gangguan pendengaran atau gangguan di otak? Sesulit itu mencerna kata - kata saya dari tadi? Saya bilang, ini mobil calon suami saya dan mbaknya tau kan, kalau ini mobil milik Abimanyu Rakasiwi? Sampe sini paham? Atau harus saya perjelas kalau saya ini calon istri Abimanyu Rakasiwi?" Cicit Runi sambil menunjukkan cincin yang baru saja di pasangkan Abi tadi di ruangannya.
"Shit! Panggil calon suami lo keluar!" Tantang Sherli.
"Hah! Kenapa saya harus menuruti permintaan kamu? Lagian, saya yang melarang dia buat nurunin kaca apa lagi keluar dari mobil." Jawab Runi.
"Dasar perempuan ja*la*ng....!!!!" Seru Sherli sembari melayangkan tangannya ke wajah Runi.