Kecelakaan tragis yang menimpa Dave di hari pernikahannya membuat XyRa merasakan patah hati hebat. Janji setia sehidup semati pun berganti dengan ucapan duka cita dan belasungkawa.
XyRa yang separuh jiwanya seakan ikut pergi bersama Sang calon suami sampai tak sadar jika sudah di nikahi oleh sepupu pria yang di cintainya tersebut.
Semua karna orang tua XyRa tak sanggup melihat kesedihan di wajah putrinya, terlebih acara pernikahan sudah siap di laksanakan..
"Saya Terima nikah dan kawinnya XyRa Rahardian Wijaya dengan mas kawin tersebut di bayar, Tunai"
Sebuah kalimat Ijab Qabul lantang di suarakan oleh Axel, duda beranak satu yang di tinggal selingkuh istrinya 4 tahun lalu.
Bisakan XyRa menerima pernikahannya dengan Sang suami pengganti?
Lalu, bagaimana ia harus menerima statusnya yang tak hanya menjadi istri melainkan langsung menjadi ibu sambung dari seorang anak kecil yang haus kasih sayang?
Ikuti terus kisahnya, sediakan kanebo buat air mata ya, 😇😇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 07
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
"Sekarang aku tahu jika hal paling menyakitkan itu adalah menunggu yang entah sampai kapan," ujar XyRa di tengah isak tangisnya.
Suara parau, mata merah dan wajah basah membuat hati Axel seakan di hantam habis habisan, cinta wanita cantik itu sungguh luar biasa membuatnya begitu iri dengan Dave karna bisa di cintai sebegitu besarnya oleh XyRa.
"Semua yang bernyawa akan mati, sekarang Dave yang lebih dulu sedangkan kita pun pasti akan menyusulnya entah kapan."
"Boleh sekarang?" mohon XyRa.
Axel langsung menggelengkan Kepala, ia raih tubuh XyRa untuk di peluk dan bagusnya wanita itu tak menolak karna memang sudah lemas dan butuh pelampiasan.
Axel terus menenangkan meski hanya mengusap punggung istrinya yang akhirnya tak se histeris saat awal datang.
"Aku merindukannya, sangat."
"Aku tahu, cukup minta ia datang dalam mimpimu tak perlu kamu yang ikut dengannya," ujar Axel yang mulai khawatir XyRa melakukan hal yang tidak tidak jika terus terpuruk seperti ini.
Tak ada jawaban dari XyRa membuat Axel tetap membiarkan istri sirinya tersebut tenang sebelum mereka pulang.
Tapi, keduanya terlonjak kaget saat tiba-tiba hujan turun cukup deras, Axel yang bangun lebih dulu langsung membuka jaketnya untuk menutupi kepala XyRa, awalnya wanita itu bingung namun akhirnya ia paham saat melihat senyum dan anggukan pelan kepala dari Suami penggantinya tersebut.
.
.
Di saat mereka sudah masuk kedalam mobil, Axel langsung menyalakan mesinnya dan siap melaju membelah jalan ibu kota di tengah derasnnya air hujan. Namun, ia buru-buru menepi saat merasa ponselnya bergetar di saku celana.
"Kenapa?" tanya XyRa yang sejak tadi diam menatap keluar jendela.
"Ada telepon dari rumah," jawabnya seraya menggeser layar ponsel di tangannya.
Kini, seolah ada rasa trauma tersendiri yang di alami pria itu jika sedang berkendara, ia tak mau mengulang kesalahan yang sama karna menghilang satu nyawa akan selalu menjadi dosa terbesarnya sepanjang hidup sebab itu semua karna ulah kelalaiannya sendiri.
"Iya, Mbak, ada apa?" tanya Axel tanpa basa basi.
XyRa yang tak mau tahu kembali pada posisi awalnya, ia membuang pandangan tanpa ada niat menguping pembicaraa Axel yang entah dengan siapa.
"Baiklah, saya pulang sekarang," ujarnya lagi dengan nada khawatir yang cukup jelas di dengar oleh XyRa yang akhirnya reflek menoleh.
"XyRa, kita bisa pulang kerumahku sebentar sebelum aku mengantarmu?"
"Ada apa?" tanya XyRa.
"Putraku demam," sahut Axel pelan dan lirih, raut wajah sedih tertangkap jelas oleh manik mata XyRa saat ini.
"Bagaimana?"
"Hem, baiklah," jawab XyRa yang akhirnya pasrah.
Perjalanan pun akhirnya di lanjutkan ke rumah Axel yang ia sewa untuk satu bulan kedapan, ia yang sudah 4 tahun tinggal di luar kota memang tak punya rumah di ibu kota.
Dan jarak yang ternyata cukup dekat itulah yang jadi alasan Axel pulang lebih dulu lalu setelahnya mengantar XyRa ke kediaman Rahardian.
Kereta besi itu kini sudah masuk kedalam garasi yang hanya cukup untuk satu mobil, bangunan berlantai dua model minimalis tersebut nyatanya cukup membuat XyRa sedikit menyunggingkan senyumnya saat sudah siap melangkah ke teras.
Axel yang membuka pintu utama dengan lumayan keras sangat di maklumi oleh XyRa karna itu pemandangan biasa baginya karna para lelaki Rahardian panik pun akan sama seperti itu apalagi jika sudah menyangkut anak dan istri.
Ceklek
Di dalam kamar, Axel langsung naik keatas ranjang berukuran sedang dimana kini ada seorang bocah laki-laki sedang meringkuk memeluk guling di bawah selimut sebatas pinggangnya.
"Sean, kamu demam, Nak?" Axel yang panik langsung memegangi seluruh wajah putranya yang tampan meski sedikit pucat dengan bibir yang kering.
"Dari kapan, Mba?" tanya Axel pada pengasuh anak semata wayangnya.
"Kurang lebih satu jam, saat bangun tidur tepatnya, Pak," jawab wanita beroperasi kecil tapi tinggi tersebut.
Axel kembali menatap lagi putranya sambil terus bertanya langkah apa saja yang sudah di lakukan pengasuhnya itu dan ia hanya menggangguk pelan saat dirasa semua sudah tepat.
"Papih dari mana?" tanya Sean yang kini matanya sudah lebih besar terbuka.
"Papih ada urusan, maaf ya sudah sering meninggalkanmu beberapa hari ini," jawab Axel penuh sesal.
Sean, bocah berumur 4 tahun itu memang tak tahu apa yang terjadi pada papihnya belakangan ini, yang ia tahu pria itu ada sedikit urusan yang tak bisa di tinggalkan, berangkat pagi dan kadang pulang sore bahkan malam menjadi hal biasa bagi Sean yang memang hanya tinggal berdua selama ini.
"Udah kerjanya?"
"Hem, belum. Habis ini Papih mau antar teman Papih pulang dulu, kamu mau tidur? biar Papih temani," ujar Axel yang ingat dengan XyRa yang mungkin kini ada di ruang tamu lantai bawah.
"Ada temen Papih?" tanya Sean yang biasanya tak pernah melontarkan pertanyaan tersebut.
"Iya, Nak."
Axel mengusap tengkuknya sendiri, entah benar atau salah ia menyebut XyRa sebagai temannya karna ia tak mau memberi harapan apapun pada Sean mengingat hubungannya dengan wanita itu masih belum jelas kedepannya akan seperti apa meski Axel tetap berniat mempertahankan pernikahannya tapi ia juga tetap akan memasrahkan jodohnya itu pada Sang Maha Kuasa, ia yakin akan ada yang terbaik untuk mereka berdua entah itu tetap bersama atau mungkin berpisah sebab ia tahu siapa pemilik hati istrinya.
"Sean sama Mbak aja, gak apa-apa," ucap Si anak tampan yang membuat papihnya langsung tersenyum karena lagi dan lagi Sean begitu pengertian padanya.
"Papih liat temen Papih dulu ya, nanti balik sini lagi," pamit Axel sebentar pada putranya yang di jawab anggukan kepala.
Satu kecupan pun mendarat di kening Sean dari pria yang selama ini tak pernah memberitahu dimana ibunya tinggal.
.
.
.
"Maaf sudah membuatmu menunggu," ucap Axel yang membuat XyRa langsung menoleh ke belakang.
"Tak apa, bagaimana anakmu?" tanya XyRa.
"Sudah jauh lebih baik, mari ku antar pulang," ajak Axel yang malah di balas dengan gelengan kepala oleh wanita yang kini sudah berdiri di depannya.
"Kenapa?" Axel sampai mengernyitkan dahinya saat melihat penolakan dari XyRa.
"Bisa tolong telepon Apih atau kak ArXy saja untuk minta supir menjemput ku disini, temani saja anakmu, siapa namanya?" tanya wanita cantik tersebut.
.
.
.
Aku Sean, Aunty...