NovelToon NovelToon
CINTA RAHASIA PAK DOSEN

CINTA RAHASIA PAK DOSEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / CEO / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: ZIZIPEDI

Dalam keheningan, Nara Wibowo berkembang dari seorang gadis kecil menjadi wanita yang mempesona, yang tak sengaja mencuri hati Gala Wijaya. Gala, yang tak lain adalah sahabat kakak Nara, secara diam-diam telah menaruh cinta yang mendalam terhadap Nara. Selama enam tahun lamanya, dia menyembunyikan rasa itu, sabar menunggu saat Nara mencapai kedewasaan. Namun, ironi memainkan perannya, Nara sama sekali tidak mengingat kedekatannya dengan Gala di masa lalu. Lebih menyakitkan lagi, Gala mengetahui bahwa Nara kini telah memiliki kekasih lain. Rasa cinta yang telah lama terpendam itu kini terasa bagai belenggu yang mengikat perasaannya. Di hadapan cinta yang bertepuk sebelah tangan ini, Gala berdiri di persimpangan jalan. Haruskah dia mengubur dalam-dalam perasaannya yang tak terbalas, atau mempertaruhkan segalanya untuk merebut kembali sang gadis impiannya? Ikuti kisahnya dalam cerita cinta mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZIZIPEDI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TIGA BELAS

Setelah menyajikan kopi untuk Bara dan Gala, Nara masuk ke kamar dan menutup pintu perlahan. Tidak ada keinginan sedikit pun untuk memperhatikan apa yang sedang dibicarakan oleh Bara dan Prof Gala di ruang tamu.

Pikirannya terlalu penuh dengan teka-teki yang belum terjawab. Nara duduk di tepi ranjang, jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya. 

"Jadi, aku dan Prof Gala sudah saling kenal sejak lama?"  bertanya-tanya dalam hati, mencoba menggali kenangan yang entah tersimpan di sudut mana dalam kepala gadis ayu itu.

Namun, tak peduli seberapa keras aku berusaha mengingat, semuanya terasa seperti dinding kosong tanpa petunjuk.

Gerak-gerik dan sikap Prof Gala selama ini memberinya tanda-tanda jelas bahwa ia pernah memiliki hubungan dekat dengannya tetapi apa? Bagaimana? Seperti apa hubungan itu sebenarnya? Nara tak dapat mengingatnya. 

Apakah itu sekadar hubungan biasa atau sesuatu yang lebih? 

"Kenapa aku tak mengingatnya sama sekali?" Pikiran Nara terus terhanyut dalam kebingungan dan rasa penasaran yang membuatnya semakin resah.

Belum terjawab teka teki tentang pak dosennya. Dari luar kamar, samar-samar Nara mendengar suara Bara dan Prof Gala yang tengah berbicara. Mas Baranya tampak serius ketika berkata.

"Ya benar, besok aku harus kembali ke Jakarta, Ga. Aku titip Nara, karena di sini hanya kamu yang aku percaya untuk menjaganya."ujar Bara penuh harap.

"Insya Allah, aku akan mengawasinya semampuku," jawab Prof Gala dengan nada penuh keyakinan.

"Terima kasih," sahut Mas Bara, suaranya terdengar lega, seolah beban yang selama ini menghantuinya sedikit terangkat. Namun, mendengar itu hanya membuat pikiran Nara  semakin kacau. 

"Kenapa Prof Gala yang dipera Mas Bara, untuk menjagaku? Hem dasar menyebalkan?" Nara, seakan tak terima atas apa yang diputuskan oleh Mas Baranya.

Sepulangnya Gala, Nara keluar dari kamar langsung memborbardir Bara dengan protesan.

"Mas, kenapa sih nitipin aku ke Prof Gala? Lagian aku udah cukup dewasa buat ngurus segala urusanku sendiri tanpa harus merepotkan orang lain," celetuk Nara kesal. 

Suaranya mungkin sedikit terlalu lantang, tapi ia sudah muak dengan cara Mas Baranya  memperlakukan Nara seperti anak kecil yang perlu diatur-atur.

Mas Baranya malah tersenyum, senyuman yang seperti sudah menyimpan rahasia besar yang Nara tidak tahu.

"Kenapa senum,Mas Bara seperti sedan mengejek?" ceplos Nara dengan bibir manyun.

"Kamu gak bisa menolaknya Ra, Kamu tahu? Gala itu bukan cuma sekedar dosen untukmu. Dia juga calon imammu." Kalimat itu keluar begitu tenang dari mulutnya, tapi seperti palu godam di telinga Nara.

"Bahkan, demi memenuhi permintaanmu dulu, dan karena janji yang pernah dia ucapkan untukmu, sampai sekarang dia masih sendiri. Kamu tahu? itu karena siapa? Karena dia menunggumu, Nara.Semua itu karena permintaanmu. Gak adil jika kamu menolaknya"

Sontak Nara tertegun. "Apa yang baru saja Mas Baranya katakan? Calon imam? Apa-apaan ini?"batin Nara tak percaya. Telinganya  mendadak berdenging, seolah otaknya sedang menolak mencerna informasi itu.

"Apa...? Calon imam?" Aku mendengus sambil menahan tawa yang tak kunjung keluar.

"Yang benar aja, Mas! Aku nggak mau! Jangan pernah coba-coba jodohin aku sama dia!" sergah Nara tegas. Lalu, seperti tak cukup,Nara pun menambahkan.

"Dia nggak nikah bukan gara-gara aku. Jangan-jangan dia emang nggak suka sama perempuan!" Nara tahu kata-katanya mungkin terdengar jahat, tapi otaknya terlalu kacau untuk menyaring. Ada rasa tidak percaya dan perlawanan yang bergumul di dalam dadanya. 

"Prof Gala? Masa iya dia selama ini... karena aku? Tapi kenapa? Kenapa harus aku?" Pertanyaan itu berkumpul di benaknya.

"Sudah, jangan nolak. Itu kan permintaanmu dulu. Kamu harus tanggung jawab sama permintaanmu sendiri. Kamu yang dulu minta seorang pria berjanji untuk menunggumu,hingga dewasa" ujar Bara sambil melirik ke arah adiknya, membuat Nara hanya bisa diam mematung.

Nara mencoba memproses kata-kata itu, tetapi rasanya sulit. Kenapa Masnya harus mengungkit hal seperti itu, yang Nara sendiri tak mengingatnya sama sekali. 

Melihat adiknya tidak merespons, Bara malah terkekeh kecil. Wajahnya penuh godaan, seolah menikmati keadaan Nara yang terpojok. 

Dengan santai, Bara berbalik dan berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Nara dengan perasaan campur aduk.

"Mas Baraaaa!" Nara refleks berteriak, tangannya dengan kesal meraih bantal kursi dan melemparkannya ke arah punggung Masnya. Tidak tepat sasaran, tapi cukup membuat Nara merasa sedikit lega.

Namun belum selesai Nara meredam kekesalan, Bara berhenti di ambang pintu kamarnya. Dia berbalik lagi, kali ini dengan tawa yang lebih lebar.

"Yakin gak mau sama Gala? Kamu gak takut nyesal? Dia kan cinta pertamamu,Dek" katanya, suaranya seperti duri yang menusuk jantung Nara.

Mendengar kalimat itu disebut, Nara merasa jantungku hampir berhenti berdetak.

"Apa sih..?" Batin Nara."Gala... kenapa harus dia yang dibahas?" batinnya semakin berkecamuk.

"Mas Baraaaaaa!" pekik Nara, lebih keras, suaranya hampir bergetar antara marah dan malu, saat Bara memasangkan dirinya dengan Gala.

Nara menggigit bibirnya, menatap Mas Baranya yang tertawa kecil sebelum akhirnya benar-benar menghilang ke dalam kamarnya. Bara.. selalu tahu cara membuat adiknya  kesal.

Keesokan harinya, Nara terbangun lebih awal. Ia tahu hari ini akan menjadi hari yang panjang, mengingat rencananya untuk menemui dosen menyebalkan itu.

Ucapan Bara semalam masih membekas di pikirannya, membuat Nara tidak sabar untuk mendapatkan kejelasan. Sambil menyantap sarapan, samar-samar Nara mendengar suara Mas Bara berbicara dengan seseorang di teras rumah.

Suara itu berhenti sejenak, dan kemudian Mas Baranya memanggil dari luar.

"Dek, udah siap? Ini sudah dijemput." Suaranya terdengar santai, namun tetap ada nada mendesak di sana.

Nara langsung menyambar tas ranselnya dan menjawab terburu-buru.

"Iya, sebentar, Mas!" Namun, saat melangkah keluar, Nara mendadak tertegun. Matanya membulat penuh keterkejutan. Bukan mobil Sasa yang ada di halaman rumahnya, tetapi mobil hitam milik Gala.

"Loh, mana Sasanya, Mas?" tanya Nara sambil melirik ke sekeliling, berharap melihat Sasa yang menjemputnya.

Bara hanya terkekeh kecil, lalu berkata santai, "Dari tadi gak ada Sasa. Ini, lho, Mas Dosenmu udah jemput kamu dari tadi. Buru, berangkat sana." Nada bicaranya seperti mengisyaratkan Nara untuk tidak memperpanjang masalah.

Nara melirik sekilas ke arah Gala, dan seketika rasa gugup itu menyeruak. Rasanya berat untuk melangkah mendekat ke mobilnya.

"Aku nunggu Sasa aja," tolak Nara, mencoba mencari alasan. Tapi, panggilan Bara berikutnya menghentikan niat gadis bermata bulat itu.

"Raaa..." Suaranya lembut, namun penuh penekanan. Ada makna tersirat di balik intonasi itu. Mas Baranya jelas ingin Nara menjaga sikap, ingin adiknya, menunjukkan bahwa ia bisa dewasa, setidaknya untuk menghadapi dosen yang ia nilai menyebalkan itu.

Nara menghela napas pelan, menelan ludah dengan berat, lalu memaksa dirinya melangkah maju. Sambil melirik sekilas ke arah Gala.

Nara menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya, dengan terpaksa, melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil dosennya.

1
Mira Hastati
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!