Daniel Van Houten, mafia berdarah dingin itu tak pernah menyangka dirinya di vonis impoten oleh dokter. Meski demkian Daniel tidak berputus asa, setiap hari ia selalu menyuruh orang mencari gadis per@wan agar bisa memancing perkututnya yang telah mati. Hingga pada suatu malam, usahanya membuahkan hasil. Seorang gadis manis berlesung pipi berhasil membangunkan p3rkurutnya. Namun karna sikap tempramental dan arogannya membuat si gadis katakutan dan memutuskan melarikan diri. Setelah 4 tahun berlalu, Daniel kembali bertemu gadis itu. Tapi siapa sangka, gadis itu telah memiliki tiga anak yang lucu-lucu dan pemberani seperti dirinya.
____
"Unda angan atut, olang dahat na udah tami ucil, iya tan Ajam?" Azkia
"Iya, tadi Ajam udah anggil pak uci uat angkap olang dahat na." Azam
"Talau olang dahatnya atang agi. Tami atan ucil meleka." Azura.
_____
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Remaja01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
"Ay, lu berhasil kan mendapatkan uang dari bos kaya itu?" tanya Dani seketika.
"Dani!" tegur hajjah Rodiah.
Dani mendengus. "Ck! Ini urusan gue, kalian gak usah ikut campur." Dani kemudian menarik lengan Ayang yang tengah di papah hajjah Rodiah dan Bagas. "Ay, lu dengar gue gak?"
"Dan! Lo udah kelewatan! Lu gak liat keadaan Adik lu seperti ini!" seru begas yang begitu geram melihat perlakuan teman semasa kecilnya itu.
Dani mengalihkan pandangannya pada Bastian. "Eh, lu diam ya! Ini bukan urusan lu!" ucap Dani sengit sambil menunjuk wajah Bastian.
"Lu butuh uang berapa? Nih, gue kasih lu uang!" Bastian mengeluarkan dompetnya, mengeluarkan beberapa lembar uang dari sana.
"Bas, sudah, sudah!" Hajjah Rodiah menengahi perseteruan dua pemuda lajang itu.
Dani mengalihkan lagi pandangannya pada Ayang yang masih terisak pelan sambil menyebut bundanya. "Ay, lu dengar gue gak sih?"
Bastian yang sudah tak tahan lagi melihat perlakuan semena-mena Dani, mendorong kuat dada serta melayangkan pukulan ke wajah Dani, hingga laki-laki itu jatuh tersungkur ke tanah. "Pergi lu dari sini! Atau gue panggilin warga buat mengusir lu!"
"4nj1ng Lu! Lu liat pembalasan gua nenti!" umpat Dani sambil meludah kesamping.
"Bas, sudah! Ayo bantu Ayang masuk ke dalam rumah dulu,"
Amarah Bastian sedikit reda mendengar perkataan ibunya, lalu ia kembali meraih tangan Ayang, menuntunnya berjalan.
Ayang masih saja terisak sambil terus bergumam memanggil bundanya, pandangan wanita itu kosong, dirinya begitu terpukul, belum bisa menerima kenyataan jika bundanya telah tiada.
.
.
.
Di dalam rumah, Ayang menatap nanar, tubuh yang terbaring di tengah-tengah ruangan. Di tepiskannya tangan hajjah Rodiah dan Bastian yang dari tadi menopang tubuhnya.
Kemudian, ia melangkah gontai mendekati bundanya yang terbujur kaku di tengah-tengah ruangan.
Hajjah Rodiah menahan tangan Bastian yang ingin membantu Ayang berjalan. "Bastian," desis Hajjah Rodiah sembari menggeleng memberi isyarat pada putranya agar tidak mendekat.
Di depan tubuh wanita yang amat di cintainya. Ayang menjatuhkan lututnya ke lantai, memeluk erat tubuh kaku yang masih di tutupi kain batik. "Bunda, bangun, jangan tinggalin Ayang," lirihnya disertai tangis yang semakin meraung-raung, menjadikan suasana di kediaman itu semakin haru. Para tetangga yang menunggu jenazah sambil yasinan pun ikut merasakan kesedihan yang dirasakan Ayang saat ini.
*
Keesokan harinya.
Awan di langit terlihat mendung, memayungi seorang wanita yang tengah menangis memeluk gundukan tanah yang masih basah. Kehilang sosok orang yang begitu di cintainya membuat Ayang belum iklas menerima semua ini.
Dari arah gapura, Dani berjalan tergesa-gesa menghampirinya.
"Ay, kata Mami Memi lu berhasil ya memuaskan Bos besar itu?"
Diam, Ayang tak menggubris ucapan saudaranya. Ia masih saja menangis sambil memeluk tempat peristirahatan terakhir bundanya.
"Ay, lu dengar gue gak? Gue minta sebagianlah, kan berkat gua juga lu bisa mendapatkan uang itu,"
Seketika dada Ayang bergemuruh mendengar ucapan Abangnya barusan. Di gengamnya gundukan tanah yang masih basah itu lalu berdiri dan melemparkan seketika pada Dani.
"Ay! Lu apa-apan sih!" dengus Dani kesal.
"Abang ingin uang, kan!" Lalu Ayang mengeluarkan cek yang di dapatkannya dari pria yang telah merenggut kesuciannya tadi malam.
Sreet! Sreet!
Kertas itu di robeknya menjadi beberapa bagian lalu di lemparkannya pada Dani. "Itu uangnya!"
"Ay, lu sudah gila?" Dani memunguti kertas yang telah robek itu.
Dada Ayang naik turun begitu hebat. Dia sudah tak tahan lagi dengan perlakuan Abangnya seperti ini. "Ayang yang gila atau Abang yang gila! Bisa-bisanya Abang melakukan hal ini sama Ayang! Ayang benar-benar kecewa sama Abang," amuknya meluahkan kekecewaannya. Jika saja bundanya masih bisa selamat menggunakan uang yang di dapatkannya dengan cara yang tidak halal, mungkin ia tak sesakit ini.
"Eh, gue gak ada memaksa Lu ya? Lu sendiri yang mau," balas Dani tak kalah sengit sembari tangannya menunjuk Ayang.
Ayang memegang dadanya yang masih bergemuruh hebat, teringat akan nasehat bundanya agar ia dapat bersabar mengahadapi abangnya.
Ayang menghela nafas dalam, mencoba untuk menjalankan nasehat bundanya itu.
"Punya Adik begitu bodoh! Sudah dapat uang malah di buang!" umpat Dani lalu melangkah pergi meninggalkan Ayang yang menatap kepergiannya.
*
Malam harinya di tengah suasana duka dirumah Ayang. Tiba-tiba beberapa mobil berhenti tak jauh dari rumah tersebut. Tidak lama, segerombolan pria berjas hitam memasuki halaman rumah yang terlihat ramai oleh pelayat yang datang.
"Maaf apa ini rumah Nona Juwita?" tanya seorang pria berjas hitam pada warga yang berada di luar rumah.
"Kalian mau apa?" tanya Bastian yang juga berada di sana.
"Kami di perintahkan Tuan Daniel, untuk membawa gadis yang bernama Juwita, bisa Anda tunjukkan yang mana orangnya?" ujar salah satu para pria berjas hitam itu berkata formal tanpa memperdulikan situasi disana yang tengah berkabung.
Bastian kaget mendengar nama yang di sebutkan pria tersebut. Masih segar di ingatannya kejadian beberapa tahun yang lalu, yang berdampak pemecatannya sebagai abdi negara di kerenakan Daniel.
"Disini tidak ada yang bernama Juwita, kalian salah alamat," sahut Bastian.
"Tapi menurut-"
"Tuan-Tuan pergilah, keluarga di rumah ini baru saja tertimpa musibah, jangan sampai para warga emosi dengan kedatangan Tuan-Tuan," potong Bastian.
Pria itu berpikir sejenak. "Baiklah kami akan pergi," ucap salah satu diatara mereka kemudian berlalu pergi.
Bastian menatap punggung para pria yang berjalan ke deretan mobil terparkir.
Ada urusan apa anak buah Daniel mencari Lilis? Apa jangan-jangan ada hubungan dengan Dani yang meminta uang? Ini gawat, bagaimana jika nanti mereka datang lagi kesini.
Bastian segera masuk kedalam rumah Ayang, menanyakan perihal kedatangan anak buah Daniel mencari wanita itu.
Bastian mendekati Ayang yang tengah menatap bingkai foto almarhum ibundanya.
"Lilis, bisa ikut Abang sebentar?" bisik Bastian.
Ayang tidak menjawab, ia hanya menoleh pada Bastian dengan bola mata yang terlihat berkaca-kaca.
Bastian menarik tangan Ayang berjalan keluar rumah.
Ayang bagai robot, menurut saja kemana Bastian membawanya.
Setelah agak jauh dari keramaian orang-orang, Bastian baru menghentikan langkah dan melepaskan tangan Ayang.
"Em, Lis, tadi ada yang mencarimu kesini,"
Ayang masih diam.
"Kamu kenal dengan orang yang bernama Daniel?" tanya Bastian bernada tegas.
Ayang tampak berpikir sejenak, lalu menggeleng pelan. Karna rasa-rasanya ia memang tidak mengenali nama yang di sebutkan Bastian barusan.
Bastian menghela nafas pendek. "Ya sudah, kamu kembali lah kedalam, Abang hanya ingin menanyakan itu saja," ucap Bastian lagi.
Ayang mengangguk, lalu berbalik badan hendak kembali ke rumah.
"Lis, Dani kemana? Kok Abang dari tadi tidak melihatnya?" mendengar nama saudaranya di sebut, Ayang jadi teringat nama yang di sebutkan Bastian barusan. Seketika wajah Ayang berubah ketakutan teringat kejadian naas tadi malam.
"Lis, kamu kenapa?" Bastian terlihat panik.
Nafas Ayang memburu cepat, sambil menggosok kasar kulit lengannya.
"Lis, kamu kenapa?" ulang Bastian bertanya.
Ayang terlihat semakin ketakutan, ia segera berlari masuk kedalam rumah.
di tunggu selalu aksi trio cadel😊
yg ada ayang tambah stres dan membenci danil
lanjut kak/Drool/
hadirkan kebahagiaan untuk ayang
sudah 3 THN kok masih asih Tor...?
Ayahnya Ayang ada sangkut sama si Daniel?
vote untuk mu thor